Chapter 12Pertolongan Pertama dan Terakhir “Tuan Genevece, ini hanya salah paham. Ya, ya, ya... hanya pertengkaran ibu dan anak biasa,” kata Draco seraya membungkuk-bungkukkan badannya dan menatap Luke dengan ekspresi ketakutan. “Mereka berani menyentuhmu?” tanya Luke pada Luna seraya menatap Luna. Tatapan Luke memang tertuju padanya, kata-kata pria itu juga lembut di telinga. Tetapi itu bukan tatapan penuh kasih sayang dan Luna bisa membacanya dengan jelas karena ia mantan mahasiswa fakultas seni jurusan teater meskipun tidak menyelesaikan kuliahnya, ia pernah mempelajari ekspresi manusia. Pria yang memangkunya itu menatapnya seolah hendak membunuhnya dengan tatapan dingin hingga Luna bergidik karenanya hingga dengan linglung Luna mengangguk. Luke sengaja memerintahkan Azzura memasang alat perekam, juga pelacak di aksesoris yang digunakan Luna agar dengan mudah melacak keberadaan Luna, juga apa yang dibicarakan Luna dengan keluarganya. Ia juga sengaja diam-diam mengikuti Luna ka
Chapter 11Orang-orang MunafikLuna memasuki rumah keluarga Valerianus dengan tenang seorang diri, sopir yang bersamanya hanya mengantarkannya sampai depan pintu utama dan tidak ikut masuk ke dalam. Ada sedikit rasa ragu terselip di benaknya karena mengingat kata-kata Audrey, ia mungkin akan mendapatkan pengusiran dari rumah yang seharusnya menjadi miliknya. Namun, ia harus mencoba. Paling-paling ia akan mendapatkan cacian, hinaan, dan cacian. Juga tamparan. Karena tidak ada seorang pun di ruang tamu, Luna menuju ruang keluarga dan rupanya penghuni rumah yang tidak sudi lagi ia sebut sebagai keluarga berada di sana. Bahkan Scott juga berada di sana dan Scott langsung berdiri melihatnya, begitu juga Audrey.“Luna, kau datang?” kata Audrey sinis begitu melihat keberadaan Luna. Audrey bersikap seperti itu pasti karena keberadaan Scott, jika tidak pastinya sikap Audrey tidak akan begitu, batin Luna sinis. “Hai, Scott,” sapa Luna seraya tersenyum. “Kebetulan sekali aku dan Scott sedan
Chapter 10Penarus Klan Genevece Luke sedang duduk di ruang kerja pribadinya sembari mengisap cerutu di tangannya, matanya yang berwarna keemasan mengawasi monitor di depannya dengan ekspresi datar. Ruangan kerja pribadi Luke berukuran 10 meter persegi dengan nuansa gelap dan furnitur didominasi dengan kayu-kayu berkualitas tinggi. Ruangan itu terletak di bawah tanah dan tidak bisa diakses oleh sembarang orang, selain dirinya hanya Matthew dan seorang kepala pelayan yang diizinkan memasukinya. Ruangan itu selain didesain tahan gempa, juga didesain tahan banjir, dan tahan api juga memiliki akses pintu rahasia untuk melarikan diri. Setiap furnitur di ruangan itu adalah pilihan yang didesain khusus yang hanya ada satu di dunia, bahkan lorong-lorong tempat penyimpanan dokumen didesain menyerupai labirin sehingga orang biasa mungkin akan tersesat di ruang bawah tanah dan tidak bisa keluar. Belum lagi setiap bagian penyimpanan dokumen terdapat kamuflase dan mekanisme rahasia, misalnya se
Chapter 9 Seorang GundikLuke menarik keluar kejantanannya dan memuntahkan cairan kentalnya di atas perut Luna lalu dengan napas yang tidak teratur berkata, “Kau harus mengenakan alat kontrasepsi kecuali jika kau bersedia melahirkan lagi.” Luna mengangguk, ia lebih baik menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan melahirkan lagi meskipun masa depan anaknya sudah pasti terjamin dengan bergelimpangan harta klan Genevece. Luke bangkit dan meraih sebuah kotak tisu yang berada di atas nakas lalu meletakkannya di samping Luna kemudia pria itu meninggalkannya, sementara Luna menyeka cairan yang membasahinya dengan tisu dan membiarkan tisu bekasnya berceceran di lantai lalu mengenakan pakaiannya kemudian meninggalkan kamar Luke. Di kamarnya Luna menanggalkan pakaiannya lalu membersihkan diri di bawah guyuran shower, membersihkan seluruh jejak Luke dari tubuhnya. Luna merasa jika dirinya kotor karena telah menjual dirinya kepada seorang pria demi memenuhi ambisi balas dendamnya dan ia jijik
Chapter 8 Transaksi Pertama Luke baru saja masuk kamar bermaksud untuk mengganti pakaiannya karena makanan Liam jatuh mengenai jasnya, tetapi pintu kamarnya diketuk. Ia pun berbalik dan membuka pintu dan mendapati Luna berdiri di depan pintu kamarnya. Luke menatap Luna beberapa saat dan alisnya berkerut. “Ada apa?” Luna meremas pakaiannya. “Kemarin kau bilang agar memberitahumu jika aku ingin melakukan sesuatu pada keluarga Valerianus, aku sudah memikirkannya.” Sebelah mata Luke menyipit. “Secepat itu?” Luna mengangguk. “Semakin cepat semakin baik.” “Apa rencanamu?” tanya Luke seraya menatap mata Luna dengan tegas, sorot matanya seperti mengintimidasi. Luna membalas tatapan Luke meskipun ragu-ragu. “Langkah pertama aku ingin muncul di tempat tinggal mereka,” jawabnya pelan. Bibir Luke mengulas senyum meremehkan. “Sebagai apa kau datang ke sana?” “Aku ingin mereka melihatku, menunjukkan pada mereka jika aku baik-baik saja tanpa mereka,” jawab Luna dengan teg
Chapter 7 Garis Kehidupan Luna menghela napasnya dengan berat, makan malam dengan Aami dan Liam di ruang makan yang mejanya sangat panjang hingga muat untuk perjamuan enam belas orang dan mereka hanya bertiga dilayani oleh tiga orang pelayan yang masing-masing melayani satu orang bahkan hanya untuk menuangkan air minum. Dulu ketika keluarga Valerianus belum terperosok ke dalam jurang kebangkrutan, mereka cukup kaya dan memiliki beberapa pelayan di rumah mereka meskipun tidak sebanyak pelayan di mansion Luke. Hanya seorang juru masak, dua orang pemelihara kebersihan, satu orang tukang kebun, dan satu orang sopir yang bertugas mengantar dan menjemput Audrey sekolah. Sementara dirinya diperlakukan tidak istimewa, ia seolah menumpang di rumah itu bahkan setelah usianya dewasa ayahnya pun tidak membelikannya mobil. Luna harus berpuas hati hanya menumpang di mobil Audrey atau terkadang menggunakan transportasi umum, sekarang batinnya dipenuhi dendam karena kekayaan ibunya dinikmati ol
Chapter 6 Hidupmu Milikku Luna menyipitkan matanya menatap Luke. "Apa maksudmu?" Luke telah menyelidiki asal-usul Luna, wanita yang melahirkan putranya itu diakui Luke cukup cerdas karena dapat melarikan diri dari cengkeramannya menggunakan gorden dan kain seprei yang dipotong-potong menggunakan pisau buah yang kelihatannya sepele. Luna juga berhasil membuatnya mencari keberadaan wanita itu selama tiga tahun dan bersembunyi di sebuah lembah yang notabene bukan tempat terpencil, bahkan bagaimana Luna keluar dari Italia dan masuk ke Perancis belum ia ketahui sampai saat ini. Jika bukan memiliki kecerdasan dan perhitungan, sudah pasti Luna telah ia temukan sejak lama. "Ibumu bukan meninggal karena sakit," ucap Max dan itu bukan bualan, semua tentang Luna sudah lama ia kantongi. "Ibumu diracun," kata Luke dan menatap Luna dengan serius. Bibir Luna menganga mendengar ucapan Luke dan mendekati Luke. "Tidak mungkin." "Ibumu adalah putri satu-satunya keluarga Cavarallo dan meni
Chapter 5 Kembali ke SisiliaHabislah sudah, batin Luna saat mendapati siapa pria di depannya. Ia berusaha tenang dan berdehem pelan. "Liam, minta maaf pada Uncle." "Papa... Papa...," ucap Liam.Luna putus asa karena Liam menempel pada kaki Luke seperti gurita kecil yang menempelkan tentakelnya pada sebatang kayu. Luke mengulurkan kedua tangannya, matanya yang berwarna kuning emas menatap Liam dengan penuh kasih sayang. Tiga tahun ia mencari wanita yang mngandung putranya ke mana-mana, seluruh Sisilia telah ia cari tanpa terlewatkan satu jengkal pun tanah di sana hingga seluruh daratan Italia, bahkan semua pulau-pulau kecil di sekitar Italia dan kini ia menemukan wanita itu di Perancis, di sebuah lembah penghasil anggur terbaik. Benar-benar tidak disangka.Luke mengangkat Liam dan membopongnya. "Jadi, namamu Liam?" tanyanya dengan suara sedikit parau, hampir tenggelam dalam kebahagiaan yang tidak pernah dibayangkan. Liam mengangguk dan melingkarkan lengannya di leher Luke. "Papa!"
Chapter 4Kembali Bertemu Rhoney Valley, Perancis. Tiga tahun kemudian. Cuaca di Rhoney Valley cerah dan hangat, awal musim panas adalah sesuatu yang menggembirakan bagi Luna karena bisa berjemur di bawah terik matahari. Luna memakaikan topi pada putranya yang belum genap berusia tiga tahun. “Kau tampan sekali,” ucap Luna pada putranya Liam Adams. “Apa aku setampan ayahku?” tanya Liam. Mata Liam berwarna emas seperti ayahnya, Luciano Genevece dan Luna tidak menampik jika putranya mirip dengan Luciano Genevece yang pernah ia temui satu kali. Luna sengaja memberi nama putranya Liam Adams, tidak mengambil nama keluarga Genevece maupun keluarganya yang sudah membuangnya. Tiga tahun ini ia tinggal di perkebunan angur milik kenalan lama keluarga Julie, bekerja di sana mengurus kebun anggur yang sangat luas. Tentunya Luna bukanlah satu-satunya pengurus kebun anggur, ada puluhan orang yang bekerja di kebun anggur itu dan Luna merasa sangat aman tinggal di sana. Luciano Genevece mungki