Beranda / Romansa / DALAM DEKAPAN MAFIA / 3. Kabrur dari Sang Mafia

Share

3. Kabrur dari Sang Mafia

Penulis: Cherry Blossom
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-19 11:01:47

Chapter 3

Kabur dari Sang Mafia

Kecelakaan itu membuat hidup Luna berubah seratus delapan puluh derajat. Setelah keluar dari rumah sakit ia tinggal di sebuah mansion di pinggiran kota Sisilia. Pemandangan dari dalam kamarnya yang berada di lantai dua sangat indah, ia dapat menyaksikan indahnya pantai di pulau terbesar di laut tengah.

Beberapa orang pelayan melayaninya keperluannya, ia juga tidak diperbolehkan keluar dari kamar. Pernah ia mencoba keluar dari kamar dan di depan kamar ada dua orang bodyguard yang berjaga.

Orang mungkin menyebutnya sangkar emas, tetapi bagi Luna ini adalah penjara. Luna merasa sehari di dalam kamar seperti satu tahun, ia merasakan bosan yang tidak terkira. Tidak ada teman berbicara bahkan pelayan  pun tidak menggubrisnya setiap kali ia mencoba bicara dengan mereka. Ia hanya bisa menonton televisi sepanjang hari, tidur, makan, dan begitu terus terulang sepanjang hari membuatnya hampir mati karena bosan.

Bahkan ia tidak pernah bertemu dengan pria yang bernama Luciano Genevece, ia hanya bertemu pria bermata emas itu satu kali di rumah sakit. Entah apa mau pria itu sehingga memenjarakannya.

Luna memutar otaknya, bagaimanapun ia harus keluar dari  mansion itu secepatnya. Hidup di luar meskipun penuh perjuangan dan air mata baginya jauh lebih indah dari pada terkurung di sebuah kamar mewah.

Luna bangkit dari duduknya dan melangkah menuju jendela, dibukanya jendela dengan hati-hati, jarak antara jendela ke tanah sekitar 10 meter. Luna mengamati apa yang bisa dilakukan dengan jarak setinggi itu, jika melompat bukan hanya tulangnya yang patah, dirinya mungkin akan mati bersama bayinya dan ia tidak sebodoh itu.

Luna mengamati ruangan, matanya tertuju pada pisau di atas buah-buahan yang tergeletak di atas meja. Tiba-tiba terbersit di otaknya cara yang bisa digunakan untuk melarikan diri dan wanita itu tersenyum. Ia mengambil bangku lalu satu demi satu melepaskan tirai jendela kemudian memotong-motong tirai itu memanjang menggunakan pisau.

Namun, panjang tirai itu dirasa tidak cukup panjang, bahkan belum separuhnya. Jadi, ia melepaskan seprei dan mulai memotongnya dan menyambungkannya dengan tirai. Ia tersenyum sangat puas ketika mengulurkan tirai dan seprei yang kini berubah menjadi tali panjang itu sudah cukup dan menyentuh tanah.

Luna mengikat kain panjang itu di kusen jendela lalu perlahan-lahan turun menggunakan tali tersebut. Untung saja ia pernah mengikuti kegiatan panjat tebing di sekolah dan di kampusnya sehingga menuruni tembok tinggi itu tidaklah sulit hingga ia pun berhasil mendarat dengan selamat di pasir pantai.

Wanita itu lalu setengah berlari menyusuri pantai tanpa alas kaki hingga cukup jauh dan beberapa kali bersembunyi di halaman rumah orang di pinggir pantai. Ia juga mencuri topi dan pakaian yang sedang dijemur di halaman orang untuk menyamarkan diri, berjaga-jaga kalau anak buah Luciano Genevece mengejarnya.

Setelah dirasa cukup jauh meninggalkan mansion, Luna tidak langsung pulang ke apartemennya. Ia bukan wanita bodoh karena berpikir jika pria gila yang pernah memerkosanya itu pasti sudah menyelidiki dirinya. Kemungkin besar hal yang pertama dilakukan pria itu akan mencarinya ke apartemennya atau ke rumah keluarga Valentinus. Jadi, Luna berjalan menuju tempat tinggal temannya.

"Dari mana saja kau?" tanya Julie Claire, sahabat Luna saat mendapati Luna berdiri di depan pintu apartemennya tanpa alas kaki.

"Julie, bisakah kau menolongku?" tanya Luna sambil terengah-engah mengatur napasnya.

Julie menatap Luna seolah menyelidik. "Ada apa denganmu? Apa sesuatu terjadi?"

"Bisakah kita bicara di dalam?" tanya Luna.

Julie mempersilakan Luna masuk. "Kau menghilang sepuluh hari!"

"Aku mengalami kecelakaan dan bed rest di rumah sakit," jawab Luna.

"Ya Tuhan, bagaimana keadaanmu sekarang?"

Luna menggeleng. "Aku harus pergi dari Sisilia secepatnya."

"Apa kau bilang?"

"Kau harus menolongku," kata Luna seraya menatap Julie dengan tatapan memohon. "Please."

"Apa masalahmu?"

"Tolong ambilkan paspor di apartemenku, dan buku tabunganku juga beberapa lembar pakaian. Oh, iya ada beberapa lembar uang di laci meja riasku juga."

"Aku tidak mengerti."

"Ayah dari anak yang kukandung adalah keturunan klan Genevece."

Mata Julie melotot. "Apa?"

"Dia baru saja mengetahuinya dan menyekapku di rumahnya."

"Kau tidak sedang bercanda, 'kan?"

Luna menggeleng. "Aku tidak mau anak ini menjadi mafia, aku harus menyelamatkan anak ini."

"Lalu ke mana kau akan pergi?"

"Aku juga belum tahu."

Julie menghela napasnya. "Kandunganmu sudah enam bulan. Kau sebentar lagi akan melahirkan dan bagaimana studimu?"

"Bagiku sekarang tidak ada yang lebih penting dibandingkan dengan menyelamatkan anak ini."

"Baikah jika kau sudah bertekad seperti itu," kata Julie dengan tatapan iba menatap Luna.

***

"Tuan, pelayan mengatakan wanita hamil itu melarikan diri," kata Matt kepada Luke yang sedang menghisap rokoknya di ruang kerja di kantornya.

Luke menyipitkan matanya, tidak percaya wanita lemah itu bisa lepas dari cengkeramannya terlebih lagi di tempat tinggalnya. "Bagaimana caranya di kabur?"

"Dia memotong-motong tirai dan seprei dijadikan tali untuk turun melalui jendela," jawab pelayan.

Luke justru tersenyum mendengar cara wanita itu melarikan diri. "Sebelum matahari terbenam kalian harus sudah menemukannya."

Di Sisilia siapa yang tidak mengenali keluarga Genevece, klan paling berkuasa dan paling kejam. Tidak satu pun buronan klan Genevece yang dapat lolos dari pengejaran mereka.

Di Sisilia dan Italia, wanita mana yang tidak bertekuk lutut di depan Luke. Tetapi, wanita hamil itu justru melarikan diri dengan cara yang tidak pernah dipikirkan olehnya. Wanita yang terlihat lemah dan pucat itu bisa-bisanya memiliki keterampilan menuruni tembok yang tingginya 10 meter dengan keadaan hamil besar. Benar-benar mengesankan sekaligus membuat Luke marah.

Luke membuka rekaman CCTV di rumahnya, sialnya hanya terlihat Luna menuruni tembok dan beberapa meter wanita itu berjalan ke arah timur bibir pantai. Luke tersenyum sinis dan bersumpah akan membuat wanita itu lebih menderita jika tertangkap dan tidak akan bisa melarikan diri untuk kedua kalinya.

Luke memeriksa jam tangannya, di Sisilia anak buahnya tersebar di berbagai tempat sehingga untuk menangkap Luna seharusnya bukan hal yang sulit. Luke bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan kantornya untuk kembali ke kediamannya, ketika tiba di sana seluruh pelayan menyambutnya dengan menundukkan wajah. Tidak satu pun di antara mereka berani mengangkat wajah mereka.

Meskipun bara amarah di dadanya menyala-nyala, Luke tidak mengucapkan satu kalimat pun. Tatapan matanya yang berwarna emas dan rahangnya yang mengeras sudah cukup menjelaskan berapa kadar kemarahan pria itu.

"Aku sudah menugaskan seluruh orang-orang kita untuk memeriksa semua pelabuhan dan stasiun kereta api, juga halte bus," ucap Matt.

"Cari dia di rumah keluarga Valentinus," ucap Luke dengan dingin. "Dan selidiki siapa saja teman-temannya."

Bersambung....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fifi Tasya
Weh Luna gak bakal bisa kabur kamu... hehehehe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • DALAM DEKAPAN MAFIA   13. Tidur dengan Mama

    Chapter 13Tidur dengan Mama “Apa kau tahu salah satu hal yang paling kubenci?” tanya Luke dengan nada dingin. Luna meremas handuknya, bagaimana mungkin ia tahu hal-hal yang disukai dan tidak disukai Luke sementara dirinya tidak mengenal Luke—belum lebih tiga hari sejak dirinya kembali ke Sisilia. “Aku tidak tahu,” jawab Luna pelan seperti menggumam. Dengan gerakan pelan yang terkesan angkuh lalu tatapan dinginnya mengarah pada Luna, Luke berkata, “Bagaimanapun, kau adalah wanita dari klan Genevece. Kuingatkan padamu sekali lagi jika tidak sepantasnya kau terlihat lemah di depan siapa pun.” Luna nyaris tidak bisa bernapas mendengar ucapan Luke yang sarat dengan tekanan, pria itu rupanya masih sangat marah perihal dirinya dianiaya oleh ibu tirinya. “Aku... aku tidak menyangka kalau ibu tiriku akan memukuliku,” desah Luna seraya cengkeramannya di handuk semakin erat. Luke menelusuri Luna dari ujung rambut hingga ke ujung kaki dengan tatapan matanya lalu kembali menatap wajah Luna

  • DALAM DEKAPAN MAFIA   12. Pertolongan Pertama dan Terakhir

    Chapter 12Pertolongan Pertama dan Terakhir “Tuan Genevece, ini hanya salah paham. Ya, ya, ya... hanya pertengkaran ibu dan anak biasa,” kata Draco seraya membungkuk-bungkukkan badannya dan menatap Luke dengan ekspresi ketakutan. “Mereka berani menyentuhmu?” tanya Luke pada Luna seraya menatap Luna. Tatapan Luke memang tertuju padanya, kata-kata pria itu juga lembut di telinga. Tetapi itu bukan tatapan penuh kasih sayang dan Luna bisa membacanya dengan jelas karena ia mantan mahasiswa fakultas seni jurusan teater meskipun tidak menyelesaikan kuliahnya, ia pernah mempelajari ekspresi manusia. Pria yang memangkunya itu menatapnya seolah hendak membunuhnya dengan tatapan dingin hingga Luna bergidik karenanya hingga dengan linglung Luna mengangguk. Luke sengaja memerintahkan Azzura memasang alat perekam, juga pelacak di aksesoris yang digunakan Luna agar dengan mudah melacak keberadaan Luna, juga apa yang dibicarakan Luna dengan keluarganya. Ia juga sengaja diam-diam mengikuti Luna ka

  • DALAM DEKAPAN MAFIA   11. Orang-orang Munafik

    Chapter 11Orang-orang MunafikLuna memasuki rumah keluarga Valerianus dengan tenang seorang diri, sopir yang bersamanya hanya mengantarkannya sampai depan pintu utama dan tidak ikut masuk ke dalam. Ada sedikit rasa ragu terselip di benaknya karena mengingat kata-kata Audrey, ia mungkin akan mendapatkan pengusiran dari rumah yang seharusnya menjadi miliknya. Namun, ia harus mencoba. Paling-paling ia akan mendapatkan cacian, hinaan, dan cacian. Juga tamparan. Karena tidak ada seorang pun di ruang tamu, Luna menuju ruang keluarga dan rupanya penghuni rumah yang tidak sudi lagi ia sebut sebagai keluarga berada di sana. Bahkan Scott juga berada di sana dan Scott langsung berdiri melihatnya, begitu juga Audrey.“Luna, kau datang?” kata Audrey sinis begitu melihat keberadaan Luna. Audrey bersikap seperti itu pasti karena keberadaan Scott, jika tidak pastinya sikap Audrey tidak akan begitu, batin Luna sinis. “Hai, Scott,” sapa Luna seraya tersenyum. “Kebetulan sekali aku dan Scott sedan

  • DALAM DEKAPAN MAFIA   10. Penerus Klan Genevece

    Chapter 10Penarus Klan Genevece Luke sedang duduk di ruang kerja pribadinya sembari mengisap cerutu di tangannya, matanya yang berwarna keemasan mengawasi monitor di depannya dengan ekspresi datar. Ruangan kerja pribadi Luke berukuran 10 meter persegi dengan nuansa gelap dan furnitur didominasi dengan kayu-kayu berkualitas tinggi. Ruangan itu terletak di bawah tanah dan tidak bisa diakses oleh sembarang orang, selain dirinya hanya Matthew dan seorang kepala pelayan yang diizinkan memasukinya. Ruangan itu selain didesain tahan gempa, juga didesain tahan banjir, dan tahan api juga memiliki akses pintu rahasia untuk melarikan diri. Setiap furnitur di ruangan itu adalah pilihan yang didesain khusus yang hanya ada satu di dunia, bahkan lorong-lorong tempat penyimpanan dokumen didesain menyerupai labirin sehingga orang biasa mungkin akan tersesat di ruang bawah tanah dan tidak bisa keluar. Belum lagi setiap bagian penyimpanan dokumen terdapat kamuflase dan mekanisme rahasia, misalnya se

  • DALAM DEKAPAN MAFIA   9. Seorang Gundik

    Chapter 9 Seorang GundikLuke menarik keluar kejantanannya dan memuntahkan cairan kentalnya di atas perut Luna lalu dengan napas yang tidak teratur berkata, “Kau harus mengenakan alat kontrasepsi kecuali jika kau bersedia melahirkan lagi.” Luna mengangguk, ia lebih baik menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan melahirkan lagi meskipun masa depan anaknya sudah pasti terjamin dengan bergelimpangan harta klan Genevece. Luke bangkit dan meraih sebuah kotak tisu yang berada di atas nakas lalu meletakkannya di samping Luna kemudia pria itu meninggalkannya, sementara Luna menyeka cairan yang membasahinya dengan tisu dan membiarkan tisu bekasnya berceceran di lantai lalu mengenakan pakaiannya kemudian meninggalkan kamar Luke. Di kamarnya Luna menanggalkan pakaiannya lalu membersihkan diri di bawah guyuran shower, membersihkan seluruh jejak Luke dari tubuhnya. Luna merasa jika dirinya kotor karena telah menjual dirinya kepada seorang pria demi memenuhi ambisi balas dendamnya dan ia jijik

  • DALAM DEKAPAN MAFIA   8. Transaksi Pertama

    Chapter 8 Transaksi Pertama Luke baru saja masuk kamar bermaksud untuk mengganti pakaiannya karena makanan Liam jatuh mengenai jasnya, tetapi pintu kamarnya diketuk. Ia pun berbalik dan membuka pintu dan mendapati Luna berdiri di depan pintu kamarnya. Luke menatap Luna beberapa saat dan alisnya berkerut. “Ada apa?” Luna meremas pakaiannya. “Kemarin kau bilang agar memberitahumu jika aku ingin melakukan sesuatu pada keluarga Valerianus, aku sudah memikirkannya.” Sebelah mata Luke menyipit. “Secepat itu?” Luna mengangguk. “Semakin cepat semakin baik.” “Apa rencanamu?” tanya Luke seraya menatap mata Luna dengan tegas, sorot matanya seperti mengintimidasi. Luna membalas tatapan Luke meskipun ragu-ragu. “Langkah pertama aku ingin muncul di tempat tinggal mereka,” jawabnya pelan. Bibir Luke mengulas senyum meremehkan. “Sebagai apa kau datang ke sana?” “Aku ingin mereka melihatku, menunjukkan pada mereka jika aku baik-baik saja tanpa mereka,” jawab Luna dengan teg

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status