Chapter 2
Wanita di Genangan Darah Enam bulan kemudian. Luciano Genevese, pria berusia tiga puluh lima tahun bermata emas dengan rambut cokelat terang itu adalah anak pertama klan Genevese yang paling berkuasa di Sisilia. Dia adalah pria dingin yang angkuh, kejam, arogan, dan tidak mengenal belas kasihan. Orang-orang menjulukinya : si iblis dari pulau terbesar di laut tengah, Sisilia. Sore itu ia sedang berada di sebuah jalanan di Palermo menuju dermaga tua, di sana ia memiliki ratusan kapal yang disewa oleh nelayan untuk mencari nafkah. Selain memiliki ratusan kapal dan mengusai beberapa dermaga, klan Genevese juga memiliki beberapa kapal pesiar, yacht, dan aset lain yang tak terhitung jumlahnya. Bisnis mereka tidak hanya mencakup bisnis legal, kla Genevese juga memiliki bisnis ilegal yang tidak tersentuh oleh pemerintah dan bisnisya bukan hanya di Sisilia, Italia. Mereka menjalankan bisnis hingga ke Amerika serikat. Orang-orang di Sisilia mengenal namanya, Luciano Genevese, putra dari Alessandro Genevese. Tetapi, hanya sebagian orang yang mengenali dirinya secara langsung. Hari itu ia sengaja datang ke dermaga di kota tua itu untuk menemui orang yang mengelola gudang penyimpanan ikan, gudang itu terlihat seperti layaknya penyimpanan ikan dari nelayan setempat. Tetapi, tidak seperti yang terlihat. Di dalam perut ikan yang disimpan di lemari pendingin ada ribuan kilo gram morfin. Luke, begitu Luciano Genevese biasa dipanggil menyalakan rokoknya sembari duduk dengan angkuh di belakang pengemudi mobilnya yang berlogo klan Genevese di bagian belakang kaca mobil dan mobil itu anti peluru. "Habisi penjaga gudang jika terbukti dia bersekongkol dengan klan Camorra," kata Luke dengan suara bariton yang tegas kepada si pengemudi mobil. "Kau ingin aku menembaknya di kepala atau di jantungnya?" "Lakukan sesuka hatimu," kata Luke acuh. Tiba-tiba saat membelokkan mobil, si pengemudi mobil menginjak rem mendadak karena benturan yang cukup keras. "Sialan," kata Matteo, si pengemudi mobil. "Apa dia tidak melihat rambu-rambu jalan?" Luke menghisap rokoknya tanpa memedulikan ocehan Matt. "Bos, kita menabrak seorang wanita," kata Matt sembari keluar dari mobil. Luke sama sekali tidak bereaksi atas insiden itu, pria itu kembali menghisap rokoknya dengan tenang. "Bos, wanita ini sedang hamil." "Panggil orang untuk mengantarkannya ke rumah sakit," kata Luke sambil melongokkan kepalanya di jendela mobil. Matt menatap bosnya dengan ekspresi kebingungan. "Bos, dia... sepertinya aku pernah melihat wanita ini." "Mungkin kau melihatnya saat di rumah bordil." Matt menggeleng. "Bukan, dia putri keluarga Valerianus." "Keluarga Valerianus?" Luke bahkan hampir tidak ingat dengan keluarga itu. Tetapi, Luke membuka pintu mobil dan keluar untuk melihat wanita itu. Ketika ia melihat wanita yang terkapar tak sadarkan diri dan berada di genangan darah, Luke segera mengingat wanita itu. Ketika itu saat Luke memasuki kamar hotel wanita muda itu ditutup matanya dengan kain hitam, tangannya terikat ke belakang. Tetapi, bibir dan dagu belah wanita itu menjadikan ciri khas yang mudah diingat. Wanita hamil itu memang putri keluarga Valerianus yang pernah ia beli keperawanannya enam bulan yang lalu seharga 1 milyar Dolar dan sekarang wanita itu sedang hamil. "Angkat dan bawa dia ke rumah sakit," kata Luke. Sesampainya di rumah sakit, saat dokter sedang memeriksa keadaan wanita itu di ruang unit gawat darurat, Luke mendekati dokter. "Berapa usia kandungan wanita itu?" tanya Luke. "Sekitar enam bulan, Tuan," kata dokter sambil menempelkan stetoskop pada perut wanita hamil yang masih tidak sadarkan diri. "Bagiamana keadaannya?" "Dia mengalami pendarahan cukup serius, dia harus segera mendapatkan penanganan khusus," jawab sang dokter. "Selamatkan dia dan bagaimanapun bayinya harus selamat," kata Luke kepada dokter kemudian berlalu pergi. Di depan pintu unit gawat darurat, Luke menatap Matt dan berkata, "Periksa tanggal berapa aku meniduri wanita itu." *** Dua hari kemudian Luna membuka matanya dan yang ia lihat adalah ruangan di rumah sakit, infus tertancap di pergelangan tangannya. Ia meraba perutnya yang membuncit dan bersyukur bayi itu selamat, Luna menghela napas lega dan hendak bangkit dari posisinya. "Dokter mengatakan kau harus bed rest." Suara bariton pria itu mengejutkannya, ia menoleh ke sumber suara dan mendapati seorang pria berkulit sawo matang yang tidak dikenal dengan tinggi sekitar 190 cm dengan rambut cokelat terang. Dari cara pria itu menatapnya membuat Luna seperti seekor kelinci yang siap dilahap oleh seekor serigala. Luna membuka bibirnya, tetapi tidak sepatah kata pun terucap dari bibirnya. "Kau sengaja tidak meminum obat pencegah kehamilan, bukan?" tanya Luke. "A-apa maksudmu?" tanya Luna kebingungan. Luke menatap Luna dengan tatapan dingin. "Kau sengaja ingin mencuri benih dariku, ya?" Luna semakin bingung. Siapa pria di depannya? Dan kapan ia mencuri benihnya? "Aku tidak mengerti," ucap Luna masam. Bibir Luke menyunggingkan senyum sinis. "Jangan harap kau bisa memerasku menggunakan anak itu." Sekarang Luna mengerti, siapa pria di depannya itu. Pria yang mengambil kesuciannya, pria yang membeli mahkota kewanitaannya dengan nominal yang sangat besar. "Aku tidak akan meminta pertanggungjawaban darimu," kata Luna dengan gusar. "Kenapa tidak mengaborsnya?" Aborsi? di mana hati nuraninya jika ia mengaborsi janin yang ia kandung meskipun ia tidak menginginkannya. Dan lagi pula di dunia ini tidak seorang pun yang dapat ia percaya lagi selain anaknya kelak. Bahkan ayah kandungnya pun menjualnya kepada ketua klan mafia paling berbahaya di Sisilia lalu searang setelah ayahnya dan ibu tirinya tahu jika dia sedang mengandung, mereka mengusirnya sehingga mau tidak mau Luna harus hidup di apartemen kecil yang disewanya lalu menyambung hidup dengan menjadi seorang barista. "Mulai saat ini kau harus tinggal di sisiku." "Aku tidak mau," kata Luna dengan tegas. "Anak ini milikku dan aku akan membesarkannya sendiri." "Aku tidak mengizinkan kamu membesarkannya sendiri karena bayi itu milikku." Luke sudah meniduri banyak wanita, tetapi semua wanita yang pernah ia tiduri hanya untuk kesenangan satu malam saja. Ia selalu memastikan wanita yang ditidurinya tidak akan mengandung anaknya. Luke selalu menggunakan pengaman, tetapi enam bulan yang lalu saat Draco Valerianus meyakinkan jika putrinya masih suci dan menjual kesuciannya padanya demi membayar utang, Luke tidak melewatkan kesempatan, ia mencicipi gadis yang masih suci tanpa pengaman lalu ia meninggalkan obat pencegah kehamilan di samping cek yang ia tinggalkan. Tidak disangka jika wanita itu tidak meminumnya dan itu membuat Luke sangat murka. Sebagai calon pemimpin klan Genevese, ia sudah memilih untuk tidak menjalin cinta dengan wanita mana pun, ia juga tidak berniat memiliki keturunan karena keturunan dan wanita akan menjadi sumber kelemahan baginya kelak. Namun, sekarang seorang wanita muda justru mengandung anaknya. Jika ada klan lain yang mengetahuinya bukan tidak mungkin keselamatan wanita itu dan bayinya akan terancam. Satu-satunya jalan adalah membuat wanita muda itu berada di sisinya. Bersambung.... jangan lupa tinggalkan jejak komentar like rate ya guys!Chapter 20Hasil Autopsi Setelah sarapan Luna pergi berlatih memanah, seperti hari-hari sebelumnya. Hanya yang membedakan kali ini tidak lagi berambisi mengenai targetnya dengan cepat, ia berusaha menekan emosinya seperti kata Luke dan hasilnya masih sama seperti kemarin, belum mengenai bagian merah papan tengah target. Luna menghela napasnya beberapa kali, mengakui jika mengelola emosi bukan hal yang mudah dan dapat dipelajrai dalam waktu sehari apalagi mengingat seluruh kepahitannya selama ini. Tetapi, dalam hidup ini manusia mana yang tidak memiliki kepahitan sendiri? Bukankah dalam hidup ini setiap insan memiliki kesulitan masing-masing?Luna berusaha menepis semua gejolak di hatinya, tetapi bukannya gejolak yang dirasakannya menjauh justru terasa seperti beban besar bergelung di dasar hatinya. Terasa sangat berat dan membuat jantungnya seperti membengkak.Jika seperti ini seribu tahun pun sepertinya latihannya hanya akan menjadi percuma, batin Luna masam.Luna merasakan kekesal
Chapter 19 Kagum Luna memandangi tubuh tua ringkih yang menjauh dari pandangannya dikawal oleh dua pengawalnya, tangannya memegangi kotak makanan sementara jantungnya terasa sangat sakit bagaikan tertusuk ribuan duri. Dulu saat kekek dan neneknya dari pihak ibunya masih hidup, Beata tidak berani bersikap keterlaluan padanya. Beata bersikap baik meskipun di belakang keluarga ibunya, Beata sama sekali tidak tulus dan setelah keluarga Cavarallo tiada dan hanya menyisakan dirinya, sifat asli Beata tidak pernah lagi ditutupi. Apa pun yang dilakukan Luna tidak pernah benar di mata Beata, kecerdasannya dianggap ancaman bagi Audrey, dan kehadirannya di rumah itu seolah hanya bayangan. Air mata Luna tergelincir mengingat seluruh kepahitannya dan duduk di kursi sembari memangku kotak makanan yang diberikan kakeknya. Kakeknya selalu menyayanginya, tetapi kakeknya dulu tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa melindungi Luna dengan caranya. Bahkan kedatangan kakeknya bukan untuk membujuknya
Chapter 18Nona Muda Keluarga Valerianus Audrey memperbaiki posisi gaunnya untuk menyempurnakannya, hidupnya sekarang sedang tidak baik-baik saja, kehilangan tempat tinggal yang seumur hidup ditempati benar-benar menjadi momok yang paling menakutkan. Ayahnya sudah beberapa kali berusaha menemui Luna, tetapi kakaknya itu tidak bersedia menemui ayahnya bahkan ayahnya sudah menunggu di gerbang mansion berjam-jam yang didapat hanya pengusiran tanpa hasil. Selama ini Audrey dikenal sebagai seorang Nona Muda keluarga kaya yang hidupnya nyaris sempurna, memiliki orang tua yang harmonis, berlatar pendidikan bagus, dan memiliki karier yang bergerak naik dengan pasti. Pengikut di media sosialnya bahkan menjadi yang terbanyak di Sisilia hingga Audrey dapat bergaul dengan orang-orang yang bekerja di dunia hiburan di Italia dengan sangat mudah karena memiliki pengaruh yang cukup kuat, tetapi kehadiran Luna sekarang membuatnya merasa tidak aman. Keluarganya memiliki tempat tinggal yang lain, t
Chapter 17 Bukan Nona Muda Selain menawarkan tubuhnya, memangnya apa yang bisa Luna tawarkan? Juga bukankah Luke yang membuat perjanjian akan membantunya dengan imbalan tidur dengannya? Luna mengangguk, sementara Luke tersenyum miring lalu mengukurkan busur panahnya kepada Luna. “Untuk yang satu ini aku memberikan syarat berbeda,” katanya lalu tangannya memberikan kode pada Luna agar mendekat. Dengan patuh Luna mendekat ke arah Luke, pria itu mengambil satu anak panah kemudian memegang bahu Luna. “Buka kedua kakimu,” titah Luke. Luna mengejawantahkan perintah Luke, dibukanya kakinya. Luke memasang anak panah di busur lalu membimbing Luna mengangkat busur panah. “Memanah baik untuk melatih fokus dan konsentrasi, juga meningkatkan koordinasi tangan dan mata,” kata Luke di dekap telinga Luna. Embusan napas Luke yang menyapu kulitnya terasa hangat, tetapi membuat bulu kuduk Luna justru berdiri. Aroma dari cologne yang digunakan pria itu segar, cocok dikenakan di pagi
Chapter 16Tiga TransaksiCarlo San Lorenzo mematikan panggilan telepon, sorot mata pria berambut putih itu tidak mampu menyembunyikan bara amarah. Memberi 300.000 Euro pada Luciano Genevece seperti memberikan 10% keuntungannya, tetapi jika tidak melakukan ia bisa kehilangan lebih banyak karena harus menyuap petugas kepolisian dan berisiko kapalnya tertangkap oleh polisi yang berpatroli di laut. Jika bukan karena putra pertamanya terlibat perkelahian di dermaga kemarin, hal ini tidak perlu terjadi. “Kau harus segera mengambil keputusan,” kata Diego San Lorenzo, putra keduanya. Menurunkan dua puluh orang penyelam andal untuk membawa barang-barangnya turun dari kapal tetap tidak menolongnya, penyelam hanya bisa membantu memindahkannya. Tidak bisa membawa ke daratan, sementara menyimpan barang-barang di dasar laut sangat tidak aman.Carlo menghela napas jengkel lalu bangkit dari tempat duduknya. “Siapkan koper.” Lalu Carlo melangkah menuju brangkas penyimpanan uang yang berukuran besa
Chapter 15Pernikahan Antar KlanAudrey keluar dari kamarnya, ia sudah menunggu saat di mana Luna datang lagi—mungkin bersama Luke. Wanita itu berpura-pura terburu-buru menuruni tangga hanya dengan mengenakan pakaian tidur tipis yang ia sembunyikan di balik jubahnya.Sayangnya ketika tiba di lantai bawah ia hanya mendapati beberapa orang pria dan tidak ada Luke di sana. Kekecewaan merayapinya. Pemandangan di rumahnya sungguh menakutkan, dua orang pria berperawakan tinggi memegangi bahu ibunya yang berlutut sementara seorang pria menampar ibunya berkali-kali setiap ibunya berusaha membuka suara. Audrey tidak ingin merasakan apa yang dirasakan ibunya, ia ngeri membayangkan pipinya yang mulus dan proporsional disentuh oleh pria tinggi itu. Luna yang datang kali ini benar-benar tidak seperti Luna kemarin malam. Kemarin malam kakaknya terlihat lemah seperti dulu, jika Luke tidak datang menyelamatkan sudah pasti kakaknya itu sudah dibuat babak belur oleh ibunya. Wajah ibunya bengkak, ram