Share

LIMA BELAS

Author: brokolying
last update Last Updated: 2025-08-19 08:08:52

Sayup-sayup suara azan dari mesjid yang memang nggak jauh dari kostan perempuan tiga puluh tahun itu, berhasil membangunkan Casa yang entah tadi sedang bermimpi apa.

Dia butuh waktu beberapa menit untuk memutar kembali apa yang terjadi semalem. Utara di sana. Di kamar itu. Bersamanya. Fakta yang membuatnya sedikit tidak percaya dengan ingatannya.

Setelah kesadarannya sudah terkumpul cukup, perlahan dia membalikkan tubuhnya. Mendapati pria itu berbaring membelakanginya dengan napas yang stabil. Masih tertidur lelap.

Padahal kenyataannya, Utara bahkan nggak bisa merem semenit pun. Otaknya sibuk dengan banyak pertanyaan.

Jarak segini aman nggak?

Kalau dia gerak, gue harus gimana?

Kalau gue yang gerak, dia bakal gimana?

Pria itu deg-degan. Bukan cuma karena Casa ada di sebelahnya, tapi karena Casa tidur dengan cara yang, entahlah ya. Membuat jantungnya kerja lembur. Kadang gadis itu mendesah pelan. Kadang dia narik selimut sambil ngeluh setengah sadar. Beberapa kali Casa bahkan nyaris mem
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • DARI BENCI JADI PASUTRI   DUA PULUH EMPAT

    Sudah seminggu Utara bolak balik ke kostan Casa. Tidak masuk. Hanya memantau dari jauh. Dia tahu ucapannya kemarin itu keterlaluan. Tapi entahlah. Ke Casa, penilaiannya terlalu jelek, mengingat bagaimana mereka bertemu waktu itu di bali.Fakta bahwa dia adalah salah satu orang yang Damian bayar untuk menyenangkannya dan beberapa sahabat mereka yang lain, terlanjur membuat Casa jelek di matanya. Terlepas dari sesempurna apa visual gadis itu, yang nggak Cuma sekali, tapi berkali-kali membuat Utara deg-degan.Yes, deg-degan. Dari saat dia melihat gadis itu memegang tangannya sambil ketakutan di pesawat. Saat gadis itu melangkah menggunakan kebaya putih di hari pernikahan mereka. Saat gadis itu tersipu karena dia tatap dekat. Juga saat gadis itu tertidur lelap di sampingnya. Semuanya cantik. Semuanya membuat jantungnya berdebar. Tidak pernah sebelumnya ada wanita yang visualnya saja bisa membuatnya segelisah itu. Bahkan Arini.Baru Casa. Atau hanya Casa. Perempuan yang baru saja keluar dar

  • DARI BENCI JADI PASUTRI   DUA PULUH TIGA

    Tidak seperti hari biasanya, dimana dia berlama-lama di luar saat weekend, kali ini Utara pulang lebih cepat. Entah kenapa kepalanya terasa penuh karena perkenalannya dengan Toby tadi di Driving Range.Dia memasuki apartnya dan langsung melihat Casa yang sedang duduk anteng di sofa putihnya sambil memakan es krim. Mata mereka bertemu sesaat, sebelum Casa fokus kembali ke series yang sedang dia tonton.“Tumben di rumah?” tanya Utara yang kini sibuk membuka sepatunya. “Nggak main?”“Hujan.”“Oh. Kalau nggak hujan, emangnya mau main kemana?”“Nggak tahu,” jawab Casa secukupnya.“Hm. Kamu nggak ada pertanyaan buat saya?”“Nggak ada.”“Nggak adil,” protes Utara yang berdiri si samping sofa putih kecintaannya. Memperhatikan Casa dan tontonannya bergantian.Hari ini gadis itu terlihat begitu santai. Wajahnya polos tanpa makeup. Rambutnya Cuma dicepol begitu saja, dan bajunya? Dia hanya pakai jersey basket oversize, dan celana pendek di bawahnya.“Seru?” tanya Utara sekali lagi.“Lumayan.”“E

  • DARI BENCI JADI PASUTRI   DUA PULUH DUA

    Casa benar-benar nggak mengerti bagaimana harus menghadapi bosnya itu. Selama bertahun-tahun, dia menyukai pria itu diam-diam. Dia bahkan dengan sabarnya melihat Toby berganti-ganti pasangan selama menjadi sekretarisnya.Sebut saja dia sudah sampai di titik, dimana dia sadar kalau Toby tidak akan melihatnya lebih dari seorang bawahan, sampai di satu malam, pria itu menelponnya. Dalam keadaan mabuk, hingga minta dijemput di salah satu pub malam.Saat itu, Casa tahu kondisi Toby seperti apa. perusahaannya hampir berpindah tangan ke saudara tirinya, membuat pria tiga puluh tiga tahun itu hampir gila. Casa hanya nggak menyangka dia akan menghabiskan uang puluhan juta untuk ke club malam lalu kemudian pingsan di pojokan.Sepanjang malam yang tidak seramai jam-jam sebelumnya, Casa yang menyetir mobil Toby tidak henti-hentinya mengutuk pria itu. Siapa sangka, long lust crush-nya ternyata pemabok? Casa sih nggak nyangka.Casa tahu betul bahwa mengantar Toby pulang bukan bagian dari job desc-n

  • DARI BENCI JADI PASUTRI   DUA PULUH SATU

    Jiwa Casa yang entah sudah berapa lama menjomblo, membuatnya nyaris, benar-benar nyaris mengiyakan permintaan Utara. Syukurnya, kesadarannya cepat pulih. Dia cepat-cepat membenturkan jidatnya dengan jidat Utara yang kini hanya berjarak beberapa senti saja.“AW!” ternyata sakit. Utara langsung menggosok-gosok jidatnya. “Kan kamu bisa nolak baik-baik, Casa!”“Gimana mau ditolak baik-baik kalau bibir lo udah di sini?” balas Casa sambil menaikkan tangan kanannya dengan cari yang menyatu, lima sentimeter dari bibirnya. Seperti gerakan ingin menyuapi dirinya sendiri.Casa membantingkan badannya ke kasur. Menarik selimut jauh ke atas hingga menutupi hidungnya. Menyisahkan matanya yang masih ngelihatin Utara dengan tatapan waspada. Khawatir ada serangan susulan.Utara yang kini kesalpun menatap gadis itu nggak habis pikir. Walaupun kontrak, menurutnya wajar deh kalau sesekali dia minta kontak fisik. Lagian nggak ada larangan soal hal itu di kontrak yang mereka berdua tandatangani sebelum menik

  • DARI BENCI JADI PASUTRI   DUA PULUH

    Seusai menyingkirkan dan membersihkan bekas makan malam mereka, Casa dan Utara satu per satu masuk kamar. Dengan isi kepala yang sama-sama berisik.Utara langsung lurus ke arah kamar mandi, sedang Casa menghentikan langkahnya di meja kerja Utara. Dia melihat perintilan makeup dan skincarenya berhamburan di sana karena tadi dia letakkan begitu saja. Pemandangan yang cukup mencolok melihat perintilan kecantikan itu berdampingan dengan keyboard, notebook juga pulpen-pulpen hitam Utara.Gadis itu memutar dan duduk di kursi kerja milik suaminya yang ternyata empuk banget di balik meja. Dia tinggal menghapus lipsticknya saja, sambil menunggu Utara selesai mandi.Dan nggak lama kok. Hanya sepuluh hingga lima belas menit, pria itu sudah keluar dengan lilitan handuk yang menutupi bagian bawah perut juga pahanya. Terlihat segar. Apa lagi dengan rambutnya yang basah belum dikeringkan. Di mata Casa pria itu benar-benar terlihat seperti tanaman hidroponik.“Ngelihat apa kamu?” ucap Utara mendapati

  • DARI BENCI JADI PASUTRI   SEMBILAN BELAS

    Setelah obrolan di mobil tadi, belum ada obrolan lagi yang terjalin dari sepasang suami istri itu. Hingga mobil mereka masuk ke area apartemen. Mereka berdua masuk ke unit dan berpencar ke kamar masing-masing. Yang satu kesal, yang satu merasa bersalah.Sebenarnya Casa bingung. Kenapa dia masih saja emosi menghadapi pria itu. Bukannya dia seharusnya sudah mulai terbiasa? Terbiasa dengan fakta kalau Utara memang manusia yang mulutnya penuh tuduhan?Tapi kemudian dia berpikir, kenapa harus dia yang terbiasa dengan hal buruk yang keluar dari mulut Utara? Kenapa bukan Utara saja yang harusnya sekarang mulai belajar berhenti ngomong dan nuduh seenak udelnya? Iyakan? Bukannya di mana-mana mah yang namanya manusia harus berusaha lebih baik atuh. Bukan makin bablas nuduh-nuduh.Entahlah. Casa kesal. Belum beres emosinya soal kejadian tadi pagi, si Utara-Utara itu malah nambah perkara lagi.Casa menghapus makeup-nya dengan sedikit agak keras. Karena bercampur amarah. Tapi di tengah-tengah kegi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status