Home / Thriller / DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU / Bab 6. Tunjukkan dirimu yang sebenarnya

Share

Bab 6. Tunjukkan dirimu yang sebenarnya

Author: Yazmin Aisyah
last update Last Updated: 2022-06-25 01:57:29

DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 6

Aku menelan ludah, menatap wajahnya yang membara. Oh, sungguh. Pernikahan ini benar benar salah. Lelaki ini sangat manipulatif. Dia bersikap wajar di depan semua orang, tapi di hadapanku, sifat aslinya keluar. Aku curiga kalau ini belumlah seluruhnya. Melihat begitu pandainya dia bersandiwara, aku menduga, dia bahkan lebih mengerikan dari ini.

Tentu saja, aku harus mulai berhati-hati.

Aku melangkah ke dapur tanpa menjawab kata-katanya. Kurasakan dia melangkah di belakangku tanpa suara. Aku mulai mencuci beras yang masih berada di dalam baskom sambil menjerang air dalam panci di atas kompor. Dari sudut mataku, aku tahu dia memperhatikan semua gerak gerikku. Setelah air mendidih, aku memindahkannya di pot untuk menanak nasi, menggoncang nya secara perlahan dan menyeluruh baru membuang airnya. Setelah itu, pot nasi tadi dikeringkan dengan tisu dapur hingga tak ada sedikitpun jejak air. Barulah kutuang beras ke atasnya, menambahkan air dan memasukkannya ke dalam alat penanak nasi.

Ku lihat Mas Haris menyunggingkan senyum miring. Dia bertepuk tangan.

"Kau belajar dengan baik. Jangan lupa, lakukan semua seperti tadi, dan bersihkan ulang semua perabot dengan tisu basah. Dan ingat, aku tak mentolerir kesalahan."

Suaranya, entah mengapa terdengar mengerikan di telingaku, membuat jantungku berdetak kencang. Ada rasa takut yang mulai menjalari hatiku. Namun sebisa mungkin tak ku tampakkan di hadapannya.

Mas Haris lalu beranjak. Kudengar langkah kakinya kali ini menaiki tangga ke lantai atas. Sepertinya dia memasuki ruang kerja. Aku terdiam, masih dengan jantung berdetak kencang.

Diam diam, kusingkirkan pisau dan peralatan dapur yang tajam di bawah meja kompor. Tempat yang aku kira tak akan dia sentuh karena kerap kali kotor terciprat minyak. Namun aku terkejut mendapati bahwa tempat itu pun bersih sekali.

Freak. Suamiku, penggila kebersihan, manipulatif, penuh sandiwara dan terindikasi selingkuh. Bagaimana mungkin aku bisa bertahan sendirian? Namun aku tahu bahwa tak mungkin bagiku pergi begitu saja atau meminta cerai tanpa bukti yang kuat. Di titik ini aku tak peduli lagi apakah Mama akan membenciku atau tidak.

Aku harus bertahan, setidaknya sampai aku punya alasan kuat untuk berpisah dengannya.

***

Jam sepuluh pagi, Mang supri sopir Papa datang mengantarkan mobil honda jazz hitam milikku. Ada sedikit rasa senang di hatiku, aku berencana akan pergi ke suatu tempat, menemui Intan. Aku butuh menghibur diri dan berhenti memikirkan pernikahanku yang aneh ini.

"Kau mau kemana?"

Aku terkejut mendapati Mas Haris turun dari lantai atas. Kupikir tadinya dia pergi karena tak kulihat mobilnya di halaman. Dia menatapku intens meski tetap menjaga jarak. Matanya memindai kepalaku yang berbalut jilbab berwarna salem, lalu pada outer hitam yang menutupi dress panjang berpotongan lurus sewarna jilbab. Dan berhenti pada shoulder bag di bahu kananku.

"Aku ada janji dengan teman."

"Kau tidak izin dulu?"

"Aku pikir kau tidak di rumah. Mobilmu tak ada."

Mas Haris melangkah mendekat, memangkas jarak di antara kami dan berhenti setengah meter di hadapanmu.

"Aku tidak mengizinkanmu pergi."

"Apa?" Aku terkejut.

"Aku tidak mengizinkanmu pergi. Oh Nadya, aku tak suka jika harus mengulangi kata kataku."

Aku mundur selangkah. "Aku sudah berjanji dengan temanku Mas."

"Batalkan. Sebaiknya kau masuk ke kamarmu dan mulai mempersiapkan diri. Memakai lulur dan sebagainya karena nanti malam, aku akan mengajakmu menemui teman-temanku."

Aku terdiam sejenak. Di satu sisi, aku merasa kesal karena dia melarangku pergi. Tapi disisi lain, secercah harapan muncul di hatiku. Bukan, aku bukan berharap bisa memperbaiki hubungan pernikahanku dengannya. Aku hanya ingin tahu siapa teman-teman Mas Haris sehingga aku dapat meraba siapa dia sesungguhnya.

Dan mungkin jika aku beruntung, aku bisa bertemu wanita pemilik aroma parfum semalam.

"Ingat. Jam tujuh malam tepat. Tidak lebih satu detik pun, aku menunggumu disini. Di ruang tengah ini. Sebaiknya kau catat baik-baik."

Aku mengangguk, dan kembali ke kamarku tanpa kata-kata. Setelah mengunci pintu, aku duduk di depan meja rias, menatap wajahku yang terpantul di sana. Cantik, meski terlihat kurang berseri. Masalah yang menimpaku akhir akhir ini membuatku lupa caranya tersenyum.

(Intan, maaf kita nggak bisa ketemu dulu. Mas Haris melarangku pergi.)

(Wow, apakah dia akhirnya akan mengajakmu bulan madu?)

Aku tersenyum getir. Tadinya aku ingin menceritakan pada Intan semua yang terjadi. Aku butuh tempat bicara dan tak mungkin bagiku bercerita melalui telepon. Aku tak mau Mas Haris mendengar.

(Do'akan saja ya. Emm, sebetulnya banyak hal yang perlu aku bicarakan denganmu. Tapi tidak di telepon.)

(Oke. I'll be waiting. Have fun ya Nadya.)

Aku melirik jam di atas nakas. Sudah jam sebelas siang. Sepertinya aku harus menyiapkan makan siang.

Setelah berganti pakaian, aku melangkah ke kamarnya, bermaksud bertanya barangkali ada sesuatu yang ingin dia makan siang ini. Namun langkahku terhenti mendengar suaranya dari dalam kamar. Sepertinya dia sedang bicara dengan seseorang.

"Iya sayang. Aku akan datang bersamanya. Kau tidak apa-apa kan?"

"Kau tahu untuk apa aku menikah. Bersabarlah. Ini hanya sementara."

Aku mengerutkan kening. Apa maksudnya? Siapa yang dia panggil sayang? Belum sempat aku berpikir, suaranya terdengar mendekat ke pintu. Tanpa pikir panjang, aku berlari lagi masuk ke dalam kamar dengan jatung berdebar kencang. Ya Tuhan, tolong tunjukkan padaku siapa sebenarnya lelaki yang terlanjur kunikahi ini?

Suara ketukan di pintu membuatku terkejut. Dan ketika membuka pintu, matanya yang langsung mengujamku.

"Apa kau sedang bersiap-siap?"

Aku menggeleng. "Belum. Ini masih siang."

"Kalau begitu, tolong buatkan aku telur dadar spesial untuk makan siang, Nadya."

Aneh, kini suaranya lembut dan terdengar sangat ramah. Meski dia masih tak mau menyentuhku, tapi setidaknya suaranya terasa menenangkan.

Aku mengangguk dan melangkah ke dapur. Aku tahu dia mengikutiku, pasti hendak memastikan semua yang kubuat untuknya bersih dan steril. Aku meracik dan memasak makanan yang dia pesan dibawah tatapannya. Dan karena tak sekalipun dia menyela, sepertinya tak ada kesalahan yang kulakukan.

"Silahkan Mas."

Aku meletakkan piring berisi telur dadar spesial dengan isian sosis dan daun bawang yang melimpah. Aromanya semerbak memenuhi dapur. Mas Haris tersenyum melihat piring itu. Senyum yang jarang sekali kutemui. Namun tiba-tiba, ketika aku berbalik, ujung jilbab panjangku yang melambai rupanya menyentuh pinggir piringnya sekilas. Dan itu tidak luput dari pandangan Mas Haris.

Lalu, Prang!!

Mas Haris membanting piring berisi telur dadar itu hingga pecah dan isinya berhamburan.

"Menjijikan!"

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Solichah Rosidin
hmmm ketiduran lg,tetep bayar
goodnovel comment avatar
Hasnimar A. Umar
semua serba duit
goodnovel comment avatar
Hauzan
ok cerita nya....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU   Bab 102 (ENDING)

    AYAHKU SEORANG PEMBUNUH 20 (ENDING)Dengan perasaan ngeri, aku melihat Surya menggenggam revolver itu, menelitinya sesaat dan tersenyum. Dengan wajah menggila, dia menciumi senjata itu. Aku memandangnya dengan benci. Ternyata, dia tak pernah berubah. Dia masih menjadi budak Sindy."Tembak mereka berdua. Farrel lebih dulu. Aku ingin menikmati saat-saat Intan menjadi gila karena kehilangan suaminya.""Kalian memang pasangan gila." Aku lalu menatap Surya, pada matanya yang kini fokus padaku."Aku tak pernah menyangka. Ku pikir penjara akhirnya akan membuatmu sadar. Permintaan maafmu itu palsu belaka. Dan kau pernah memohon padaku untuk melihat anakmu. Lihat itu!" Aku menunjuk Axel yang berada dalam bekapan tangan Anis, "Itu anakmu, Surya. Anak yang ada dalam perutku saat kau menenggelamkan aku di danau ini."Surya tampak terguncang. Matanya mengawasi Axel, yang tak lagi meronta. Dia tengah menyimak pembicaraan kami."Dia kerap bertanya, apakah benar Ayahnya seorang pembunuh? Kini, kau in

  • DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU   Bab 101

    AYAHKU SEORANG PEMBUNUH 19Mas Farrel dapat merasakan tatapanku yang membeku, terpaku pada mobil berbody besar yang tengah memasuki halaman parkir hotel. Dengan dada berdebar kencang, aku menunggu sampai mobil itu benar-benar berhenti. Lalu sepasang kaki jenjang memakai stoking hitam turun. Sepatunya mempunyai heels setinggi lima sentimeter, masih tampak luwes jika dibawa berjalan cepat. Naik ke atas, ada rok span dari kulit yang juga berwarna hitam, dipadu jaket dengan bahan dan warna sama. Aku bersiap melihat wajah Sindy disana. Tapi kemudian aku terkejut.Wanita itu bukan Sindy. Meski ada kacamata hitam besar yang menutupi hampir separuh wajahnya, aku tahu dia bukan Sindy. Wajah Sindy telah melekat dalam ingatanku bertahun-tahun lamanya. Terakhir kali aku melihatnya di depan sekolah Axel beberapa hari yang lalu, wajahnya juga tak berubah. Namun, wanita ini, meski aku tak mengenalnya, ada bagian dari dirinya yang mengingatkanku pada seseorang. Entah siapa.Wanita itu menurunkan kaca

  • DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU   Bab 100

    AYAHKU SEORANG PEMBUNUH 18Nadya memelukku erat, berusaha meredam getaran tubuhku. Dia tadi langsung naik taksi ke sekolah dan mengambil alih mobil. Kami akhirnya pulang ke rumahku. Dia lalu menyuruhku merebahkan diri di atas sofa, menyelimuti tubuhku dan meminta Bik Marni membuatkan teh hangat."Bagaimana Sindy bisa berkeliaran di luar? Dan dia tahu anak-anak ada di sekolah yang sama.""Mungkin hanya kebetulan In. Tenanglah.""Apa kau percaya kebetulan, Nad? Bukankah tak pernah ada kebetulan dalam hidup kita selama ini?"Nadya terdiam. Aku memejamkan mata. Bayangan wajah Sindy tak juga mau hilang dari benakku. Bibirnya yang tertawa lebar tanpa suara itu seakan menantangku, mengatakan bahwa penjara tak mampu membuatnya terkurung."Bagaimana kabar keluarga Salma?"Aku berusaha mengalihkan pembicaraan. Bik Marni datang membawakan dua gelas teh hangat dan sepiring bakwan yang masih panas. Aku segera meraih gelas itu, menghangatkan tanganku yang masih terasa dingin."Salma masih di Malays

  • DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU   Bab 99

    AYAHKU SEORANG PEMBUNUH (17)PoV INTANAku meletakkan tas di tas meja dengan hati kalut. Kematian Mantan Ibu mertuaku, yang tanpa sengaja kutemukan di dalam rumahnya akan menjadi babak baru. Bagaimana bisa aku masuk ke dalam rumahnya tepat saat Ibu tiada? Apa yang sebenarnya terjadi? Aku beruntung karena tak menyentuh Ibu sedikitpun, begitu pula Mas Farrel. Meski begitu menghadapi interogasi polisi ternyata sangat melelahkan. Terutama ketika fakta bahwa aku adalah korban percobaan pembunuhan yang pernah dilakukan oleh si pemilik rumah."Aku akan menelepon Om Helmi, bersiap jika kita butuh pengacara." Mas Farrel memelukku. Kami baru saja pulang dari pemakaman Ibu.Aku mengangguk, menyandarkan kepala ke sandaran sofa sambil memejamkan mata. Setelah sekian lama waktu berlalu, bukankah seharusnya semua akan baik-baik saja? Tapi kenapa aku justru seakan menghadapi hidup yang penuh misteri. Waktu empat belas tahun yang telah berlalu seakan hanya sebuah jeda, sebelum aku akhirnya tiba pada a

  • DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU   Bab 98

    AYAHKU SEORANG PEMBUNUH 16POV SURYA"Kita adalah partner paling hebat. Dulu, sekarang, kelak. Aku akan memaafkanmu karena mengabaikanku di penjara. Tapi mulai saat ini, tetaplah disini. Kita lanjutkan semua yang dulu terpaksa terjeda."Suaranya masih seperti dulu, penuh desah dan merayu. Aku menatap matanya dan seketika kenangan itu terlempar ke masa empat belas tahun silam. Di ruang pelantikan, ruangan yang tadinya akan menjadi tempat pelantikan ku, aku merangkak di kaki Intan, memohon ampun. Bukan untuk memintanya mencabut segala tuntutan karena itu tak mungkin lagi. Aku berlutut meminta maaf darinya, meski aku tahu kesalahanku tak termaafkan.Selain itu, aku telah menyadari bahwa sebulan tanpa dirinya adalah siksaan. Aku benar-benar sakit, sampai nyaris bunuh diri. Semua orang melihatku yang sangat terpukul karena kehilangan istri. Namun, yang terjadi adalah, aku tengah dihantam gelombang rasa sesal dan bersalah. Rasa yang ternyata sangat menyiksa."Aktingmu luar biasa. Kau layak

  • DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU   Bab 97

    AYAHKU SEORANG PEMBUNUH 15POV SURYAAku terbangun dengan kepala pusing seperti biasa. Terlalu banyak tidur hingga kehilangan orientasi waktu. Entah sudah berapa lama aku disini. Seminggu? Dua minggu? Sebulan? Dua bulan? Rasanya aneh sekali. Bangun, makan, lalu tidur. Bangun, makan dan tidur lagi. Ku pandangi tubuhku. Perlahan tapi pasti, tulang tulang yang kemarin hanya terbungkus kulit, kini berisi. Aku tak pernah kelaparan disini seperti saat di rumah. Jika Mbak Wulan hanya memberiku sepiring nasi ditabur garam setiap hari, disini, segala rupa makanan mewah terhidang dalam jumlah banyak. Aku bisa makan sepuasnya.Tiba-tiba saja aku teringat Ibu. Dadaku langsung berdebar kencang. Ada rasa yang ngelangut disini, sebuah rasa yang tak nyaman. Wajah tua itu membayang, berkerut dan nyaris lupa cara tersenyum. Setelah aku menghancurkan keluarga karena ulahku sendiri, Ibu pasti sangat menderita. Kini, di usianya yang melewati tujuh puluh tahun, Ibu tampak sepuluh tahun lebih tua. Bungkuk,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status