DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 5
Aroma parfum itu menyentak kesadaranku, bahwa ada wanita lain yang telah ditemui suamiku. Mereka berinteraksi cukup dekat sehingga bahkan parfumnya menempel di pakaian Mas Haris. Dan itu juga berarti menepis kecurigaan bahwa suamiku seorang gay. Ah, betapa melelahkannya hidup bersama seseorang yang tak kau kenal, yang bersikap misterius dan selalu menjaga jarak. Padahal kami diikat oleh pernikahan. Mau seperti apa rumah tangga kami jika bersentuhan saja tak boleh?Dan pertanyaan yang lebih mengganggu adalah, aroma parfum siapa yang dibawa pulang oleh suamiku?Malam ini, aku kembali tidur sendiri. Iseng kubuka akun i*******m, dimana aku sempat mengunggah foto-foto pernikahanku dengannya. Kugigit bibir kuat-kuat, menahan nyeri di hati kala membaca komentar teman temanku yang menggoda.(Nadya, jangan lupa baca doa sebelum di unboxing wey)(Bilang pak dosen, jangan kerja mulu sampe istri cantik dianggurin)Dan komentar terakhir, yang ditulis tiga jam yang lalu dari Intan sahabatku(Selamat berbulan madu sayang aku, ditunggu garis duanya bulan depan)Aku menutup aplikasi I*******m dengan hati nelangsa. Tak akan ada garis dua. Aku yakin itu.***Pagi-pagi sekali, aku sudah bangun dan menyibukkan diri di dapur. Sebersit rasa sesal singgah di hati, mengingat aku terlanjur mengambil cuti sepuluh hari. Aku bahkan mengambil jatah cuti tahunan. Kupikir aku butuh waktu lama untuk berbulan madu sambil mengenal lebih jauh lelaki yang menjadi suamiku. Aku tersenyum getir, ternyata semua sia sia. Seperti inikah menjalani pernikahan karena perjodohan?Aku menghela nafas dan berusaha melupakan semuanya. Aku yakin, apapun yang disembunyikan Mas Haris, cepat atau lambat akan segera terbongkar.Usai membuat nasi goreng spesial dan membiarkannya tetap di atas wajan agar tetap hangat, aku kembali ke depan. Mengingat berapa resiknya Mas Haris, aku mulai menyapu dan mengepel seluruh rumah. Meski pinggangku pegal karena rumahnya cukup luas, aku meneruskannya dengan mengelap seluruh lemari lemari, sofa dan meja sampai mengkilap.Ceklek.Suara pintu dibuka terdengar, lalu suara langkah kaki perlahan mendekat. Aku menoleh. Mas Haris tampak terkejut melihat rumah yang sangat rapi dan menguarkan aroma pinus dari pembersih lantai. Dia menyeka ujung lemari, mencari sisa sisa debu. Aku menahan nafas melihatnya."Nadya!"Mas Haris berjalan ke dapur mencariku. Dia tak melihat bahwa aku ada di ruang tamu, tengah menyeka pot bunga hias dengan lap basah. Aku berjalan mengejarnya."Ada apa Mas?"Mas Haris tampak terkejut melihatku muncul justru dari arah ruang tamu. Dia menatap dapur berkeliling, wastafel yang bersih tanpa ada satupun piring kotor. Lantai dapur mengkilap, tak meninggalkan setitik pun kotoran."Kau yang membersihkan semua ini?"Aku tertawa getir. "Tentu saja. Memangnya ada orang lain?"Lalu pandangan matanya jatuh pada kanebo yang kupakai mengelap perabotan. Matanya terbelalak."Kau menggunakan satu lap itu untuk seluruh perabot?"Aku menatap lap tak berdosa yang dia pelototi."Iya. Memangnya kenapa? Aku selalu membilasnya kok."Mas Haris berjalan dengan cepat menuju lemari penyimpanan dan mengambil satu pak besar tisu basah. Dia membanting tisu itu di atas meja."Pakai ini. Dan langsung buang setiap kali selesai.""Hah? Itu lemari dan sofa besar Mas. Perlu berapa lembar mengelap semuanya?""Aku tidak peduli. Yang lelas aku tak mau ada pertukaran debu dan kuman akibat kecerobohanmu."Kini giliranku membanting kanebo di tanganku ke lantai dengan kesal."Aku tidak mengerti ada apa dengan dirimu. Kau pikir mudah membersihkan rumah sebesar ini beserta semua perabotnya?""Kau kan bisa tanya dulu.""Kau selalu meributkan hal sepele tapi menyembunyikan hal besar dariku."Mata Mas Haris menyipit. "Apa maksudmu?""Kau lebih tahu apa maksudku Mas?"Aku sengaja tak mau bertanya tentang aroma parfum semalam sebelum menyelidikinya sendiri.Aku menghela nafas keras, berusaha menepis sesak di dada. Lalu berjalan ke watafel dan mencuci tangan tanpa memungut kembali kanebo di lantai yang kini dia pandangi dengan tatapan jijik. Aku berjalan ke lemari, mengambil piring dan mulai menyendok nasi goreng di atas wajan untukku sendiri. Dari sudut mata dapat kulihat dia memperhatikanku."Kau tidak menawariku makan?""Tidak. Aku takut nasi goreng ini meracunimu." Ujarku sambil mulai makan.Mas Haris berjalan ke tempat magicom berada dan menggeram."Kau tidak masak nasi? Aku tak suka nasi goreng."Aku meletakkan sendok di atas piring dan tanpa kata kata mengambil pot tempat menanak nasi, lalu mencucinya. Aku lalu mencuci beras menggunakan dua baskom dan menuangkannya ke dalam pot magicom. Namun tanpa kuduga, Mas Haris merebut pot itu."Bilas dulu dengan air mendidih. Aku tak mau kuman dari spon cuci piring ikut termasak."Oh, ini sudah keterlaluan. Aku meletakkan baskom berisi beras itu dengan gerakan agak menghentak."Kalau begitu kerjakanlah sendiri.""Kau mau membantahku Nadya? Aku ini suamimu."Aku tertawa keras."Suami? Bagian mana dari dirimu yang pantas disebut suami? Apakah sikapmu yang menolak bersentuhan denganku itu wajar?""Nadya!""Apa? Kau mau menceraikanku, lagi? Lakukan Mas! Aku akan menerimanya dengan senang hati. Dan kupastikan tak akan ada kesempatan kedua untukmu."Dengan dada yang terasa sesak, aku berjalan dengan langkah cepat menuju kamar. Terserah apa yang akan dia lakukan dengan beras dan makanan di dapur. Rasa laparku langsung lenyap.Kuraih ponsel yang tadi kuletakkan di atas nakas. Membuka pesan W*, deretan pesan Papa muncul paling atas.(Nadya, kau baik baik saja kan?)(Haris tidak mengulangi nya kan?)Aku mendesah, teringat Papa yang tak pernah menolak kehendak Mama, lalu pada sosok Mama yang memaksaku menerima Mas Haris lagi.(Pa, bisa tolong Mang Supri antar mobilku ke rumah?)Balasan Papa langsung kuterima detik berikutnya.(Tentu saja Nak. Tunggu saja ya, siang ini mobilmu sudah ada di rumah.)(Terimakasih Pa.)Baru saja menutup ponsel ketika suara gedoran di pintu kamarku terdengar. Dan ketika membuka pintu, kudapati suamiku berdiri dengan raut wajah dingin."Pergi ke dapur dan bereskan kekacauan yang kau buat Nadya. Sekarang!"***DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 6Aku menelan ludah, menatap wajahnya yang membara. Oh, sungguh. Pernikahan ini benar benar salah. Lelaki ini sangat manipulatif. Dia bersikap wajar di depan semua orang, tapi di hadapanku, sifat aslinya keluar. Aku curiga kalau ini belumlah seluruhnya. Melihat begitu pandainya dia bersandiwara, aku menduga, dia bahkan lebih mengerikan dari ini.Tentu saja, aku harus mulai berhati-hati.Aku melangkah ke dapur tanpa menjawab kata-katanya. Kurasakan dia melangkah di belakangku tanpa suara. Aku mulai mencuci beras yang masih berada di dalam baskom sambil menjerang air dalam panci di atas kompor. Dari sudut mataku, aku tahu dia memperhatikan semua gerak gerikku. Setelah air mendidih, aku memindahkannya di pot untuk menanak nasi, menggoncang nya secara perlahan dan menyeluruh baru membuang airnya. Setelah itu, pot nasi tadi dikeringkan dengan tisu dapur hingga tak ada sedikitpun jejak air. Barulah kutuang beras ke atasnya, menambahkan air dan memasukkannya
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 7"Menjijikkan!"Mas Haris berdiri sambil menyentak kursi ke belakang hingga terdorong. Dia mandangku dengan tatapan nyalang."Buka jilbabmu di dalam rumah. Dan jangan pakai baju yang melambai lambai. Kau dengar?"Aku masih shock, terkejut luar biasa atas reaksinya yang sangat berlebihan. Dalam hati aku bersyukur dia tak mau menyentuhku, karena bisa jadi, dia akan menampar atau memukulku."Kau dengar itu Nadya? Di depan suami, kau wajib berpakaian seksi. Pakai hot pants dan tank top saja sehingga tak ada lagi insiden seperti tadi."'Aku memakai pakaian tertutup, agar kau tak bisa menyentuhku.' ujarku dalam hati. Jika di awal pernikahan, aku berharap disentuh olehnya dan menjalani masa bulan madu seperti pengantin baru lainnya, semakin kesini, aku semakin yakin untuk mempertahankan kesucianku. Selain sikapnya yang diluar nalar, indikasi bahwa Mas Haris punya selingkuhan adalah alasan utama. Untung saja aku sedang datang bulan."Baik Mas. Maafkan aku."
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 8Makan malam mewah dan berkelas ini dihadiri sahabat sahabat dekat Mas Haris yang profesinya beragam, namun semuanya adalah orang-orang penting. Dosen, pengacara, dokter dan anggota dewan daerah. Rata-rata mereka datang bersama pasangan masing-masing dan tak seorang pun membawa anak.Setelah memperkenalkanku pada teman-temannya, acara makan malam pun di mulai. Masing masih meja berisi dua pasangan dan sayangnya aku tidak berada satu meja dengan wanita yang menyambut ku tadi. Namun, posisinya dan Mas Haris yang berhadapan dan bisa saling menatap menjadi catatanku. Wanita itu, Jenny namanya adalah dosen di Universitas yang sama tempat Mas Haris bekerja. Sementara suaminya, seorang lelaki pendiam yang hanya mengangguk atau menggeleng setiap diajak bicara. Lelaki yang tampak jauh lebih tua dari Jenny itu diperkenalkan sebagai seorang pengusaha."Permisi sebentar, sayang. Aku perlu ke toilet." Bisik Mas Haris ditelingaku. Bisikan yang membuatku bergidik k
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 9"Langsung pulang dan tidur. Kalau butuh obat, semua ada di kotak obat dibawah tangga." Ujar Mas Haris begitu aku masuk ke dalam taksi online. Aku mengangguk sambil pura-pura meringis. Dia bahkan tidak meminta maaf karena tidak pulang bersamaku. Munafik, manipulatif dan angkuh serta tukang selingkuh. Sungguh kombinasi yang sempurna. Aku menduga sikap overnya masalah kebersihan hanya topeng agar dia tak perlu melakukan kewajibanya sebagai suami. Buktinya dia mau bercinta di tempat yang menjijikkan.Taksi yang ditumpangi melaju membelah malam. Kubuka kepalan tanganku yang tadi digenggam Salma tanpa terlihat oleh orang lain. Hanya secarik kertas. Tapi tunggu, sederet nomor ponsel tertera di sana. Aku menatap nomor itu dan memikirkan artinya. Apakah Salma ingin aku tahu lebih banyak lagi? Dapat kulihat tatapannya yang penuh arti begitu aku keluar dari toilet bersama Jenny.Aku segera menyalin nomor itu ke dalam ponsel ku sendiri dan memberinya nama den
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 10Aku yakin Tuhan bersama orang-orang yang terzolimi.Ketika aku kesana kemari mencari cara mengumpulkan bukti kebejatan suamiku untuk diberikan pada orang tuaku, bukti itu datang dengan sendirinya. Ya. Aku hanya butuh bukti untuk kuberikan pada Papa dan Mama, dan juga untuk orang tuanya. Sementara Mas Haris, sungguh aku tak peduli lagi. Dia tahu dengan pasti apa kesalahannya.Kutatap ponsel yang sejak dua jam lalu masih tergeletak manis di atas meja kecil di antara pintu kamarku dan kamarnya, dimana sebuah vas bunga berisi bunga kristal berdiri dengan anggun. Tak ada tanda-tanda pemiliknya hendak keluar mengambilnya. Mungkin saja dia kelelahan setelah bercinta habis habisan dengan kekasih gelapnya itu. Benar benar gila. Jenny adalah perempuan bersuami. Apa yang dia pikirkan ketika menyerahkan tubuhnya pada lelaki lain?Aku bersicepat dengan waktu. Kuraih ponselnya yang ternyata tidak dikunci. Mencari chat di aplikasi hijau. Tak ada yang mencurigakan
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 11Kami bertatapan sekian jenak. Jelas terlihat bahwa dia terkejut mendengar aku tahu perbuatan menjijikan yang dia lakukan bersama Jenny di toilet restaurant. Oh, bukan hanya kau saja yang bisa membuat kejutan Bapak Lektor yang terhormat. Dan kalau kau mengira aku akan hancur karena semua perbuatanmu - yang sampai kini belum kupahami apa tujuannya - kau salah. Aku baik baik saja dan bersyukur mengetahui segalanya lebih awal.Aku menyunggingkan senyum tipis padanya sebelum berlalu ke dalam kamar, meraih koper yang memang tak pernah ku bongkar isinya sejak rujuk hari itu. Dengan langkah pasti, aku menyeret koperku keluar dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil. "Aaarrggghhhh!"Masih dapat kudengar raungan Mas Haris dari dalam rumah. Aku diam sejenak dengan mata tak berkedip, tetap mengawasi pintu rumah yang sudah kututup. Kutenangkan jantungku yang berdebar kencang. Bukannya aku tak takut dia kalap atau semacamnya. Tapi aku telah mengantisipasi hal it
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 12"Lihat Ratna, anakmu bahkan berani mengancam Haris!" Seru Ibu berang. Mama tampak kebingungan. Sementara Papa masih diam."Aku akan mengabarkan pada seluruh dunia, bahwa Haris Perdana, seorang Lektor bergelar doktor di Universitas terkenal ternyata seorang penipu. Bahwa dia…""DIAM!" Mas Haris tiba-tiba berdiri dengan wajah memerah."Oke oke. Aku pastikan kita akan berpisah Nadya. Memangnya kau pikir aku senang menjalani pernikahan denganmu? Lakukan saja apa yang mau kau lakukan. Tapi jika berita ini menyebar, apalagi sampai kampus tahu, aku pastikan kau akan menyesal." Mas Haris bicara sambil melotot dan menunjuk nunjuk wajahku dengan telunjuknya. Dia tampak terlihat sangat mengerikan saat ini."Turunkan tanganmu Haris!" Bentak Papa.Suasana semakin tegang. Mama dan Ibu mertuaku yang tadi tertawa tawa kini saling pandang dengan raut bermusuhan."Baiklah." Ibu menghela nafas panjang. "Aku anggap saja kau menyetujui perpisahan mereka Ratna. Meski
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 13Rate 21+Aku menarik Intan memasuki restoran cepat saji yang berada tak jauh eskalator, merubah rencana kami ke kedai es krim yang ada di food court. Intan yang mengerti isyarat cengkraman tanganku diam saja. Setelah mengambil es krim dan kentang goreng, kami duduk di meja dekat meja kasir, sengaja agar dia melihat bahwa aku dikelilingi banyak orang. Orang seperti Mas Haris yang begitu menjaga reputasi di depan orang lain, tak akan bertindak gegabah.Setelah duduk, aku segera mengirim bukti rekaman suara itu pada Bang Rendra, pengacaraku agar dia menyimpannya, juga foto foto Mas Haris dan Jenny. Aku takut Mas Haris berusaha merebutnya dariku. Selain itu aku juga menyimpan salinannya ke ponselku yang baru, yang nomornya tidak diketahui Mas Haris. Kedua ponsel itu sama merk dan seri bahkan warnanya. Setelah mengirimkan rekaman suara itu, aku menghapusnya dari ponsel yang lama. Yang tersisa hanyalah rekaman suaraku yang sedang bernyanyi."Kirimkan jug