Nadya langsung menghamburkan tubuhnya memeluk tubuh wanita berusia sekitar empat puluh lima tahun, yang kini sudah terbaring tanpa bergerak lagi. Sekujur tubuhnya kaku dan membisu.
"Ma… Maafkan Nadya, karena tidak bisa menemani mamah disaat – saat terakhir. Nadya tidak bisa menemani mamah saat Operasi tadi," lirihnya sambil tidak berhenti terisak.
Hati gadis cantik itu menjerit menyesali karena tidak sempat melihat sang mamah untuk terakhir kali. Beberapa jam yang lalu, Nadya pamit sama mamahnya akan mencari pinjaman uang untuk biaya operasi.
Nadya sengaja tidak berkata terus terang, kalau dirinya akan menjalankan keinginan Margareta menemani Bastian Permana, yang berjanji akan membayar semua biaya operasi mamahnya dan juga biaya perawatan lainnya.
Namun sangat disayangkan, Naimah tidak bisa bertahan, dan harus menghembuskan Nafas terakhirnya sekitar satu jam yang lalu. Dan tentu saja ini menjadi pukulan berat bagi Nadya, yang sebelumnya merasa yakin kalau mamahnya bisa diselamatkan setelah menjalani operasi.
"Kamu, yang sabar ya, Nad," suara lirih menyentuh telang Nadya dari belakang, disusul dengan elusan tangan lembut membelai rambut Nadya.
Suara lembut yang disertai dengan isak tangis itu tentu saja sangat akrab di telinga Nadya. Gadis itu pun segera membalikan tubuhnya dan langsung memeluk sosok tubuh seorang gadis cantik yang usianya tidak jauh dengan dirinya.
"Aku tahu, Vin," jawab Nadya sambil memeluk erat tubuh Vinna sahabatnya. "Aku hanya menyesal, aku tidak sempat menemani mama waktu dioperasi tadi."
Kedua sahabat itu pun berpelukan sambil menangis. Bukan hanya Nadya yang merasa kehilangan, termasuk Vinna pun merasa kehilangan sosok Naimah.
"Aku benar – benar tidak menyangka, kalau ternyata operasi mama gagal," lirih Nadya.
"Operasi?" Vinna terlihat terkejut mendengar perkataan Nadya. "Maksud, kamu, apa? Dan, operasi seperti apa?"
Nadya terkejut mendengar perkataan Vinna. Dia pun segera melonggarkan pelukannya, lalu menatap wajah sahabatnya yang terlihat kebingungan.
"Memangnya, kamu tidak ada di tempat, waktu mama di Operasi, Vin?"tanya Nadya.
Vinna menggeleng lalu berkata lembut. "Nad, aku sejak tadi ada di Rumah Sakit, dan tidak ada kegiatan operasi Tante Naima yang dilakukan pihak Rumah Sakit.”
"Apa?!" Nadya terperanjat mendengar jawaban Vinna yang tentu saja mengejutkan.
"Kamu, kenapa, Nad? Apa yang sudah terjadi? Kenapa kamu begitu yakin kalau hari ini tante Naima di Operasi?" Vinna memberondong Nadya dengan begitu banyak pertanyaan.
Nadya tidak berkata sepatah pun. Wajahnya berubah gelap saat mengetahui kalau ternyata mamahnya tidak di Operasi. Kedua tangannya terkepal, dan Nampak terlihat kemarahan dari raut wajah Nadya saat ini.
"Sialan kamu Margareta! Ternyata kamu sudah menipu aku!" gumam Nadya sambil mengemertakan giginya.
Kemarahan Nadya semakin memuncak. Tanpa berkata apapun lagi Nadya pun langsung keluar dari ruangan tempat Naima terbaring, dan bergegas jalan menuju pintu keluar dari Rumah Sakit.
Jiwa Nadya saat ini sudah diselimuti kemarahan, hingga dia tidak menghiraukan panggilan dari Vinna dan kedua bibinya Darlina dan juga Darwati yang terlihat begitu mengkhawatirkan keadaan Nadya.
Nadya saat ini sudah berada dipinggir jalan, menunggu Taksi yang akan mengantarkannya ke rumah Margareta.
"Nad! Tunggu, Nad! kamu mau ke mana, Nadya?!"panggil Vinna sambil berlari mengejar Nadya yang terlihat masih berdiri di tepi jalan, menunggu Taksi yang masih juga belum ada yang lewat.
Setelah berlari beberapa saat, Vinna pun akhirnya berhasil mendekati Nadya yang hanya terdiam mematung, dengan kedua tinju yang masih terkepal, dan giginya terdengar gemeretak. Sorot matanya memancarkan aura membunuh yang sangat kuat, dan tentu saja hal ini belum pernah di perlihatkan Nadya selama ini.
"Nadya, apa sebenarnya yang sudah terjadi? Kenapa kamu terlihat begitu marah pada pelakor itu?" tanya Vinna setelah berada persis di samping Nadya.
"Margareta telah menipu aku, Vin, dia sengaja mengingkari janjinya. Dia biarkan mamah meninggal. Dan untuk itu, Margareta harus membayar semua perbuatannya," ucap Nadya dengan nada penuh kemarahan.
Vinna semakin penasaran. Sebenarnya, apa yang sudah dilakukan Margareta hingga membuat Nadya sebegitu marah. Lantas, dia pun kembali bertanya, "Coba cerita ama aku, apa sebenarnya yang sudah dilakukan pelakor itu?”
Nadya menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya secara kasar, sebelum akhirnya dia pun menceritakan kejadian yang berlaku beberapa jam yang lalu. Margareta datang menemuinya dan mengatakan akan mengurus semua biaya pengobatan Naimah termasuk biaya operasi, tapi dengan satu syarat, Nadya harus mau mengikuti perintahnya.
Situasi yang sangat mendesak dihadapi Nadya saat itu, hingga membuat gadis cantik itu pun tidak berpikir panjang dan langsung menyanggupinya.
"Begitulah ceritanya, Vin. aku benar – benar menyesal karena sudah mengikuti keinginan Margareta. aku sungguh tidak menyangka kalau Margareta akan berbuat sekeji itu, melanggar janjinya dan membiarkan mama sampai meninggal.”
Nadya terisak sambil meratap. Batinnya menjerit menyesali apa yang sudah terjadi pada dirinya. Kalau saja Nadya tahu kejadiannya akan seperti ini, mungkin Nadya lebih memilih mengikuti saran Vinna sahabatnya.
Walau pun sebenarnya saran Vinna pun sama, yaitu mengenalkan Nadya dengan seorang pria yang ingin membeli kesuciannya. Namun perbedaannya adalah, uang itu akan langsung diterima oleh Nadya, tidak melalui orang lain seperti yang dilakukan Margareta.
"Ya ampun, Nad. Kenapa kamu berpikiran seperti itu? kenapa kamu tidak komfirmasi dulu ama aku. Padahal Bos Daniel sudah tertarik benar ama kamu. Dia berani membayar kamu dua ratus juta untuk sekali main saja. Coba kalau kamu bicara dulu ama aku, tentu kejadiannya tidak seperti ini," sesal Vinna sambil menggeleng – gelengkan kepalanya.
Dalam hal ini,Vinna tentu saja sudah pengalaman untuk urusan memuaskan laki – laki. Mengingat gadis cantik berambut pirang itu pun pernah menjual keperawanannya kepada seorang bos asal tionghoa, ketika dirinya terdesak masalah ekonomi karena sang ayah harus menjalani pengobatan akibat serangan Stroke.
Dan tentu saja, Ketika Nadya meminta saran untuk memecahkan masalah pembiayaan ibunya, Vinna pun sudah memberikan jalan keluarnya, walau pun itu tentu saja jalan pintas yang menyesatkan. Namun dalam kondisi seperti itu, tentu tidak ada jalan lain lagi bagi Nadya, selain melepas kegadisannya dan ditukar dengan sejumlah uang.
"Aku minta maaf Vin, gua benar – benar terjebak oleh akal bulus si Margareta.”
Penyesalan mendalam terlihat jelas dari raut wajah dan perkataan Nadya. Barang yang paling berharga miliknya harus hilang begitu saja tanpa mendapatkan hasil apapun.
“Tidak usah, yang paling saya ingin saat ini menuntaskannya denganmu, Nadya,” jawab Abian sambil menarik tubuh Nadya, namun dengan cepat Nadya menahannya.“Apalagi yang kamu tunggu Nadya!” ucap Abian Abigail terlihat semakin frustasi, karena Nadya terus menolak.“Sabar dulu Om,” ucap Nadya sambil berdiri dan tersenyum puas pada Abian Abigail yang terlihat semakin masam, karena merasa dipermainkan oleh Nadya.Nadya mulai melepas gaunnya memberikan pemandangan yang membuat Abian Abigail terbelalak. Sama halnya dengan Bastian dulu, Abian pun terkesima melihat keindahan tubuh Nadya.“Cantik! Sempurna!” gumamnya sambil menelan ludah.Nadya kembali tersenyum lalu berjalan menghampiri Abian yang sudah terlihat semakin tidak sabar. Dan itu dibuktikan dengan tangannya yang cepat meraih pinggang Nadya dan menariknya. Abian mulai menciumi dua bulatan kembar yang ada didada Nadya.Kali ini Nadya tidak menolak. Gadis itu hanya memejamkan matanya, dan membayangkan kalau laki – laki yang sedang memu
Nadya terkejut, matanya seketika membulat, Nadya tidak menyangka kalau ternyata Abian Abigail mengenal ibu tirinya.“Pak Abian mengenal Margareta?” tanya Nadya penasaran.Abian tersenyum, dia bisa melihat ada ketakutan dari sorot mata Nadya. Dan tentu saja, situasi ini sangat menguntungkan bagi Abian Abigail untuk semakin menekan Nadya, hingga akhirnya Nadya akan bersedia menemaninya tidur malam ini.“Masalah saya mengenal Margareta atau tidak, itu bukan hal yang penting.” Abian Abigail menyandarkan punggungnya. “Saya tahu bahwa kamu sudah menjalin kerjasama dengan perusahaan milik Daniel, dan sudah menerima uang darinya. Dan kalau Kontrak itu tidak diperbaharui, atau dilakukan kontrak ulang dengan saya, maka kontrak yang kamu pegang sekarang itu sama sekali tidak memiliki kekuatan. Karena keputusan pembayaran untuk proyek itu ada ditanganku.”Nadya menatap Abian Abigail sambil bertanya dengan tegas. “Langsung saja pak Abian, apa sebenarnya yang bapak inginkan dari saya?”Abian Abigai
“Terus, apa yang akan abang lakukan untuk menyelamatkan Mba Nadya? Apakah kita juga akan melenyapkan si Abian Abigail?” tanya Yoga penasaran.“Sepertinya untuk kali ini kita biarkan saja si Abian melakukan apa yang dia inginkan. Yang paling penting adalah, Nadya bisa mendapatkan pembaharuan kontrak proyek tersebut.” Niko menarik nafas sebentar, lalu kembali berucap. “Ada tugas buat kalian berdua.”Niko Menyapu pandangan kearah kedua anak buahnya. “Cari tahu tentang semua kekayaan milik Gandi Wijaya yang belum dibalik namakan oleh Margareta. Laporkan setiap perkembangannya padaku setiap waktu. Apa kalian paham?!”“Paham bang!” sahut keduanya dengan sigap.“Bagus! Laksanakan sekarang juga. Aku akan mengawasi setiap Langkah Nadya, agar dia tidak terjebak oleh permainan bisnis kotor Permana Group,” ucap Niko tegas.“Maaf bang.” Niko menoleh kearah Thomas, “Apa abang akan membiarkan kekasih abang kembali tidur dengan pria lain?” tanya Thomas dengan nada ragu – ragu, takut kalau pertanyaany
‘Sial, Nadya benar – benar cerdik. Dia mampu mengelak dari tekananku dengan menggunakan pasal – pasal yang tercantum dalam surat perjanjian. Kalau seperti ini, aku harus mencari cara lain agar Nadya tidak bisa bertemu dengan Tuan Abian Abigail.’ Batin Daniel menggerutu.Pria itu hanya mematung melihat Nadya dan Vinna yang sudah masuk kedalam taksi Online dengan pikiran terus berputar – putar, mencari cara untuk bisa menggalkan pertemuan Nadya dan Abian Abigail.Daniel sangat yakin kalau Nadya akan melakukan cara apapun demi mendapatkan pembaharuan Kontrak Kerjasama proyek yang dulunya diserahkan Bastian Permana padanya.Namun sehubungan peristiwa yang menimpa Bastian Permana, membuat proyek tersebut kembali mentah, dan Nadya pun harus melakukan negosiasi ulang dengan Abian Abigail yang sudah terang – terangan kepada Daniel kalau pria paruh baya itu tertarik pada Nadya, dan akan melakukan apapun asalkan Nadya mau menyerahkan tubuhnya untuk digauli.Keadaan ini yang membuat Daniel semak
Setelah semuanya siap, mobil Abulance yang membawa jenazah Bastian permana pun mulai jalan meninggakan halaman rumah Hastati istri mendiang Bastian Permana, diikuti iring – iringan mobil pengantar yang jumlahnya sangat banyak, mengingat Bastian Permana memiliki jaringan bisnis yang besar ditanah air.Selesai pemakaman Bastian Permana, satu persatu pengantar mulai meninggalkan area pemakaman termasuk juga Nadya dan Vinna yang berjalan menuju Taksi Online yang sengaja disuruhnya menunggu.Langkah Nadya dan Vinna pun terhenti saat terdengar seseorang memanggilnya.“Nadya! Tunggu!”Nadya dan Vinna sontak membalikan badannya untuk melihat siapa yang baru saja memanggil Nadya.Pandangan Nadya langsung tertuju kearah seorang pria yang berjalan menghampirinya. Dan tentu saja baik Nadya maupun Vinna mengenal orang itu, yang tiada lain adalah Daniel.“Mas Daniel memanggil saya?” tanya Nadya setelah Daniel berada dihadapannya.Daniel mengangguk, lalu menjawab dengan tegas. “Nadya, kita harus bic
*Dikediaman Bastian Permana*Suasana di kediaman Bastian Permana saat ini ramai oleh para pelayat. Saudara, tetangga, dan rekan bisnis Bastian Permana pun sudah berdatangan untuk memberikan ucapan belasungkawa kepada keluarga Mendiang Bastian Permana.Bukan hanya yang ada di dalam Negeri saja yang datang. Rekan – rekan bisnis Bastian Permana dari manca Nagara pun ada yang datang, dan diantaranya tentu saja Abian Abigail yang merupakan pemiliki saham terbanyak Permana Group.Mereka semua saat ini tengah bersiap untuk mengantarkan Bastian Permana ketempat peristirahatannya yang terakhir.Nampak mobil jenazah yang akan membawa Bastian Permana sudah menunggu, begitu juga para pelayat yang juga sudah siap sejak beberapa saat yang lalu, termasuk Nadya dan Vinna yang sudah datang, dan sudah menyalami Ibu Hastati istri dari Mendiang Bastian Permana.Nadya saat ini sedang berdiri disamping Taksi Online pesananya yang memang sengaja diminta menunggu. Matanya terus tertuju pada sosok pemuda tamp