LOGINMichele melepaskan borgol di pergelangan tangan Meghan. Namun saat wanita itu hendak bangkit, dia menahannya langsung. Hanya beberapa detik dia memandang sebelum kemudian melumat habis bibir ranum Meghan. Wanita itu nyaris mati kehabisan oksigen. Manik kebiruan Meghan terpejam tak menentu. Bibirnya sedang dilumat habis-habisan oleh Michele. Dia tak bisa menghardiknya, saat tangan nakal pria itu menyelinap ke balik punggung lalu menarik ritsleting kecil gaunnya ke bawah. Michele menarik kasar bagian depan gaun Meghan sampai dua bongkahan besar menymebul keluar. Ciumannya turun ke leher jenjang sampai tulang selangka Meghan. Wangi tubuh wanita itu membuatnya sangat bernafsu. "Aah, Michele ..." Meghan berdesah-desah saat bibir dan lidah Michele memainkan kedua pucuk payudaranya secara bergantian. Dia melumat, menyesap sampai menggigitnya pelan. Stimulasi rangsangan itu membuat miliknya berkedut-kedut inginkan lebih. Michele berhenti sejenak. Matanya terangkat ke wajah horn
"Meghan, kau sangat cantik!" "Masa sih?"Ricardo mengangguk sambil tersenyum membalas tatapan Meghan. Iringan biola menciptakan suasana yang romantis. Kedua tangannya memegang pinggang kecil Meghan saat mereka berdansa.Sambil berdansa Meghan memutar sepasang matanya mencari-cari Michele. Benar, si Tuan Mafia harus melihat dengan mata kakinya sendiri kalau dirinya sudah move on sekarang!"Aku ingin mengenalkan mu pada orang tua ku, kau mau 'kan?" Ricardo berbisik pada Meghan. Wangi vanila dari tubuh gadis itu membuatnya tak tahan ingin mengajaknya bercinta.Meghan tidak menjawab. Dia fokus mencari Michele. Hingga saat pandangannya melambung ke atas, jantungnya berdegup kencang saat menemukan Michele di sana. Pria itu sedang menatapnya dengan wajah dingin. Dia kelihatan seram!"Bos, Tuan Dante mencari Anda." Sergio menghampiri Michele dengan tergesa-gesa.Michele hanya mengibaskan tangannya menyuruh Sergio pergi. Matanya tetap fokus pada Meghan yang sedang memancing emosinya di bawah
"Mengapa kau berikan proyek kontruksi Babel pada Michele saja?! Aku mungkin bisa melakukannya jauh lebih baik."Dante bicara dengan tatapan tajam dan intonasi yang menekan pada pria paruh baya di sampingnya.Moreno hanya menatap lurus ke depan sambil memegang cangklongnya di tepi garis jendela. Dia belum tertarik untuk menjawab pertanyaan konyol Dante.Melihat kediaman pria tua itu, Dante berdecak jengah. "Ck! Kurasa kau mulai pilih kasih sekarang. Kau lebih memilih psikopat gila itu daripada diriku yang merupakan anakmu!"Teriakan Dante di samping telinganya membuat Moreno menoleh."Mengapa kau marah-marah padaku?"Dante menggeleng frustasi, lantas mundur dari hadapan Moreno. "Aku putramu tapi kau lebih memilih Michele untuk mengurus proyek besar itu! Aku tidak terima!"Moreno tenang-tenang saja."Kau pikir aku melakukan semua ini bukan demi kau?" ucapnya lantas berjalan-jalan kecil di ruangan itu sambil memegang cangklongnya.Dante memutar lehernya mengikuti langkah Moreno."Kau tida
"Hei, Junior Riciteli! Apa kau melihatku? Kau mendengar ku?!" Dante mencengkeram mulut Carlo sambil menatapnya heran.Remaja laki-laki enam belas tahun itu tidak menjawab. Hanya tatapan hampa yang Carlo tunjukkan.Dante menoleh ke arah dua orang anak buahnya."Dia seperti bocah idiot!" ucapnya lalu tersenyum remeh.Dua anak buahnya hanya tersenyum geli menanggapi.Dante datang ke Mega Hospital tanpa sepengetahuan Michele. Dia datang untuk melihat kondisi Carlo. Ternyata kabar yang dilihatnya akhir-akhir ini dari beberapa Media memang benar, Tuan Muda Riciteli Dua mengalami gangguan mental.Bosan karena Carlo diam saja bak mayat hidup, dengan kasar Dante melempar anak itu sampai dia tersungkur ke kasurnya."Harusnya dia dibawa ke rumah sakit jiwa saja. Dia sudah tak bisa diharapkan lagi," cibirnya seraya bangkit sambil merapikan jasnya.Setelah melihat kondisi Carlo, pria tinggi dengan gambar tato kepala tengkorak di kelingkingnya itu memutuskan pergi. Ada rapat penting dengan para dew
Petang itu Meghan baru saja kembali dari kuliah, dia terkejut melihat seorang pria yang sedang menungunya di depan pintu unit apartemen.Pria dengan jaket hitam di padukan celana denim panjang itu melempar senyum manis untuknya."Hai, Meghan!"Meghan menghentikan langkahnya. Wajahnya dipalingkan sesaat sebelum kembali pada pria di hadapannya. Perlahan, sepasang tungkai jenjang itu kembali diayunkan."Apa yang kau lakukan di sini? Sejak kapan kau kembali ke Roma?" tanyanya sambil melipat kedua tangan di depan d4d4 setelah berhadapan dengan pria di depan pintu.Ricardo Hernandez, mau apa pria itu datang padanya setelah memutuskan hubungan dengan sepihak?Meghan memalingkan wajah, jengah dari senyuman dan tatapan Ricahrdo."Meghan, apa kabar? Maaf jika kedatanganku membuatmu terganggu. Moly bilang kau sedang gabut di rumah, bisakah kau datang ke pestaku besok malam? Ya, aku mengadakan pesta besar di kapal pesiar. Banyak tamu yang diundang, dan kau termasuk tamu istimewa untukku," ucap Ri
"Kau lihat ini, ini, dan juga ini! Semuanya pembunuhan sadis dan pemerkaosan!" Jose melempar banyak map berisi kasus kejahatan Michele pada meja di depan Meghan dan Moly.Mereka sedang berada di kantor polisi pagi ini. Entah apa yang merasukinya, Meghan yang mengajak Jose ke sana. Gadis itu ingin melihat arsip-arsip kejahatan Michele. Dengan senang hati Jose pun menunjukkan semuanya.Manik biru Meghan meneliti semua arsip sambil membacanya. Ada banyak kasus. Benar, semuanya rata-rata pembunuhan dan pelecehan seksual. Tubuhnya bergetar dan bulu kuduknya meremang melihat semua itu.Michele Lazaro Riciteli, dia tidak menyangka di balik wajah yang rupawan bak Dewa Yunani itu ada monster kejam di dalamnya."Hei, lihat yang ini juga!" Moly menunjuk pada tulisan hitam dengan font yang besar pada salah satu arsip yang berserakan di atas meja.'Tanggal 2 Juni 2020, tiga orang gadis belia di temukan tewas dengan kondisi tanpa busana. Mayat mereka mengambang di sekitar teluk. Tak ada yang bisa







