Semenjak aku membalas pesan yang mengatakan kalau aku tidak akan pernah menceraikan Kiara, Ibu seringkali mengirimkan pesan yang berisi ancaman yang ditujukan untuk Kiara.Anehnya, sejak itu pula Kiara sama sekali tidak pernah menegang ponselnya kembali dan kini ia terlihat lebih tenang,Berbagai kata-kata kasar, aku terima dengan begitu mudah. Sumpah serapah. Bahkan mendoakan yang buruk untuk Kiara. Tapi ketika kuajak bertemu, nyalinya langsung ciut. Bahkan tidak pernah ada balasan lagi.Sementara nomor yang kusimpan dengan nama 'orang tidak tahu malu' dalam beberapa hari hanya mengirimkan beberapa pesan saja. Meskipun demikian, isinya langsung meminta uang secara terang-terangan dan dengan jumlah yang lumayan.Anehnya, orang ini lebih berani ketika aku mengajaknya bertemu. Malah jika dilihat dari pesannya, dia bahkan sangat antusias untuk bertemu denganku.Seperti saat ini, dia kembali mengirimkan pesan singkat.[Ayo kita bertemu. Aku yakin kau akan jatuh dalam pelukanku dan langsun
Meskipun aku sangat bingung dengan perkataan Pak Hari, tapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Karena beliau langsung berjalan cepat, menjauhiku.Kulihat beliau mengobrol dengan seorang wanita. Tapi kakiku langsung berlari mengejar wanita itu ketika sudah melihat wajahnya. Tidak salah lagi, dia adalah Bu Tika. Istri Pak Hari.Ketika mengejar, mereka tampak beradu mulut lumayan lama dan selang beberapa detik, mereka tiba-tiba lenyap di depan mata. Hilang entah kemana.Ah, sial!Aku kehilangan jejak mereka.Kembali aku chat pesan ke kotak yang bernama Ibu itu dengan ponsel Kiara.[Aku sudah menunggu di restoran Amirisa, meja nomor delapan.][Kiara]Secepat kilat aku langsung mendapatkan balasannya.[Jangan bohong kamu! Aku sekarang tahu siapa kamu. Lihat saja, aku akan membuat istri dan anakmu menderita]Balasnya mengancam dan ditambah beberapa emoticon ketawa.Dasar wanita jahat.Aku benar-benar takut kalau wanita ini akan melakukan sesuatu yang buruk pada istri dan anakku jika merek
Dibalik perubahan istrikuBeberapa hari ini aku lewati dengan susah payah. Walaupun sekuat tenaga aku mencoba untuk tidak bicara dengan Kiara, bahkan terkesan menjaga jarak, tetap saja tidak bisa.Lidahku terasa kelu jika tidak bicara, meskipun hanya sekedar iya dan tidak."Sepertinya istrimu memang tidak biasa," Reyhan pun menilai Kiara hanya polos diluar ketika aku mengatakan tentang percakapan Kiara dan Jasmin.Aku pun menilainya demikian. Namun, entahlah. Karena sangat bingung. Antara percaya dan tidak percaya.Tapi itu dikatakan langsung dari mulut Kiara."Aku rasa sebaiknya kalian bercerai," lanjutnya.Deg ... bercerai?Apa aku harus menjauh dari Kiara dan Della? "Kalau tidak mau menjauh, janganlah percaya apa yang kau lihat dan dengar beberapa waktu lalu itu!" Sultan menepuk pundak kiri."Dan kau, jangan ikut campur dalam masalah rumah tangga orang lain. Kisah percintaanmu yang kandas jangan disamakan dengan kisah orang lain," ucapnya lagi pada Reyhan yang hanya menunduk usai
Diam membisu. Begitulah Kiara saat ini. Padahal rekaman ini membuktikan kalau Kiara berada dalam ancaman, tapi dia sama sekali tidak marah."Kenapa kau tidak marah, sayang?" tanya Mama. "Bukankah seharusnya kau marah dan meminta suamimu untuk menebus kesalahannya karena telah berpikiran negatif padamu?"Tapi Kiara malam semakin diam. Sifatnya itu membuatku dan Mama terasa ngilu dan rasa bersalahku teramat dalam."Bicaralah, Sayang," bisik Mama di telinganya.Kiara mengembuskan napas panjang, "Aku lelah, Ma. Lelah tiap waktu dicurigai, setiap aku menjelaskan, Mas Raksa tidak pernah percaya padaku. Tetap saja harus mencari bukti," jelas Kiara. Setiap katanya yang keluar membuat ulu hatiku semakin sakit.Bukannya aku tidak percaya, tapi aku hanya ingin mengungkap kebenarannya kalau Ara-ku tidak terlibat sama sekali.Memang benar Kiara yang sudah menabrak Jasmin, tapi itu tidak sengaja. Mobil yang Kiara pakai mengalami rem blong dan tepat di depan Jasmin sedang membelakangi mobil yang Kia
Disaat aku telah selesai membanting beberapa barang lalu kembali duduk, laki-laki itu menatapku tajam."Sudah tidak diharapkan, emosian lagi. Kayaknya Kiara rugi banget punya suami sepertimu," ucapnya lagi.Sudah tahu aku masih emosi, bisa-bisanya dia memprovokasi. Seketika aku sudah berdiri di sampingnya, kutarik kerah bajunya, dan kulayangkan tangan untuk meninjunya.Tapi nihil, laki-laki itu berhasil menghindar dengan santainya."Jangan banyak omong kosong!""Lah, kau tidak terima? Dasar egois. Pantas saja Kiara tidak tahan hidup bersama dengan lelaki sepertimu," ucapnya lagi.Kutinju dia beberapa kali. Tapi sayang, bukan dia yang kutinju, melainkan hanya udara. Karena dia dengan cepat bisa menghindar. Bahkan terkesan santai."Dokter Dafa! Ada seorang wanita yang sedang mencarimu," seorang pengawal Sultan yang bertugas di luar tiba-tiba berjalan cepat menghampiri kami.”Kakak urus semuanya di sini, aku akan memperjuangkan apa yang harus aku perjuangkan," bisiknya pada Sultan.Merek
"Jangan!!!"Belum sempat aku menjawab pertanyaan Mama, terdengar teriakan Kiara dari atas."Kiara!" Mama dan aku berlari menaiki tangga secepat mungkin.Aku mohon kau harus baik-baik saja, Kiara.Kubuka pintu kamar, tidak ada apapun. Mama langsung mendekat ke arah Kiara di tempat tidur dan memeluknya erat. Kini kondisinya sangat memperihatinkan.Mungkin tadi dia hanya bermimpi. Benar kata Mama, aku harus percaya sepenuhnya pada Kiara seperti dulu dan memberikan ibu beserta anaknya itu pelajaran yang setimpal."Mama!" panggilnya terisak.Lagi-lagi Kiara memanggil Mama dengan suara yang sangat membuatku tersayat."Kau harus memberantas keluarga benalu itu! Bisa-bisanya mereka memanfaatkan anak Mama," ucap Mama marah.Jari-jari lentiknya mengelus rambut Kiara lembut dan juga wajahnya yang berlinang air mata."Pasti, Ma. Aku akan membuat mereka merasakan posisi berada di tempat Kiara, bahkan lebih."Kududuk di sebelah kiri Kiara dan menyentuh pundaknya pelan. "Mulai saat ini dan seterusny
"Kenapa mundur?" tanyaku padanya. Sengaja dengan sedikit dikeraskan."Syut, jangan berisik," dia mencoba menutupi bibir dengan telunjuknya."Heh, ternyata datang sama suaminya toh. Gimana, enak gak punya suami tapi hatinya enggak denganmu?" tanya salah satu dari mereka."Ngapain takut, aku ada di sini untukmu. Bukan untuk wanita lain. Apalagi orang-orang yang tidak tahu malu!” ucapku lantang. Aku ingin tahu bagaimana reaksi Kiara."Lebayyy,” jawabnya menohok.Satu kata, tapi bagai ribuan jarum menusuk dada."Intinya kamu harus percaya diri, Sayang. Jangan minder, tunjukkan kalau kau pantas diperlakukan baik."Beberapa teman Jasmin menatapku tidak percaya. Karena selama ini yang mereka tahu, aku punya sikap yang dingin dan menjaga jarak terhadap wanita. Tidak seperti sekarang, lembut dan perhatian.Tapi itu hanya untuk Kiaraku. Bukan yang lainnya. Catat!!!"Apa benar dia itu Raksa?" salah satu teman Jasmin menyenggolnya.Beberapa detik terdiam, "Te-tentu saja." Jasmin tertawa canggung.
"Mencari gimana, Ma?" tanyaku mencoba untuk tetap tenang."Mereka mengatakan kalau mereka adalah keluarga Kiara," jelas Mama dengan sedikit ketakutan di wajahnya.Brakkk...Terdengar bunyi sesuatu yang jatuh di kamar mandi. Apa itu Kiara?Tidak, kumohon kau baik-baik saja. Segera aku membuka pintu kamar. Benar saja, Kiara sudah terduduk tidak berdaya di lantai yang begitu dingin.Kedua tanganku sudah siap untuk mengangkat tubuhnya, namun Kiara menahan tanganku. "Jangan temui orang-orang itu, Mas," lirihnya pelan."Orang-orang?" tanyaku heran. Meskipun beberapa kali tanganku ditepis, tapi beberapa kali juga aku kembali mencoba untuk mengangkatnya. Mana mungkin aku tega membiarkannya terduduk seperti ini dengan keadaan yang acak-acakan."Bagaimana Raksa? Apa perlu kita memanggil dokter?" Mama terlihat lebih khawatir daripada aku."Itu harus, Ma."Lagi-lagi Kiara menahan tanganku yang akan mengambil ponsel, "Tidak perlu memanggil dokter, Mas. Aku tidak apa-apa," ucapnya lemah.Yah, aku h