Sikap seseorang tidak mungkin tiba-tiba berubah tanpa ada sebab. Mencari alasan atau sesuatu dibalik perubahannya adalah tugas kita sebagai pasangan.
Voir plus"Pulanglah, Mas dan jangan lupa untuk membawakan aku dan Della makanan," ucapnya lirih.
Selama pernikahan, sifatnya baru-baru ini berubah. Padahal sebelum kehadiran Della, dia masih tetap normal. Meskipun kami baru menikah tiga tahun, ini adalah tahun terberat yang aku hadapi.Yaitu ketika harus menghadapi seorang istri yang hanya bilang 'ya' atau 'tidak'.Tapi setiap aku sedang bekerja, dering ponsel terus saja berbunyi. Siapa lagi kalau bukan Kiara. Bahkan rekan kerjaku mengatai kalau istriku punya sifat yang pencemburu.Berbeda dengan Sultan, bos sekaligus temanku. Dia paling mengatakan kalau mungkin istriku sedang membutuhkan bantuan. Tapi aku hanya menanggapinya dengan seulas senyum."Aku masih mau meeting. Kamu beli makanan saja diluar atau memasak."Meneleponku hanya untuk membawakan makanan? Tidak mungkin."Mas, aku mohon kamu pulang secepatnya, aku dan Della kelaparan," ucapnya yang terdengar sesenggukan.Apa aku percaya? Tidak.Aku memberikan uang yang banyak untuk ibu, tidak mungkin kalau hanya makanan saja tidak ada."Cukup Kiara! Jangan pernah menelponku hanya untuk menyuruhku melakukan hal yang tidak berguna itu."Aku mengamuk dan memutuskan sambungan telpon. Nafasku memburu. Bisa-bisanya dia meneleponku hanya untuk itu."Siapa? Istrimu?" tanya Reyhan. Adik angkat Pak Sultan yang baru pulang dari luar negeri. Sekaligus rekan kerjaku yang paling dekat."Iya.""Kali ini dia minta apa?" tanyanya dengan raut mengejek."Seperti biasa, dia memintaku untuk membawakan makanan."Reyhan terkekeh. Mungkin dia juga sama sepertiku, menganggap hal itu sangat aneh.Senyumku langsung menghilang ketika wajah Pak Sultan terlihat jelas di depan mata kami."Apa yang membuat kalian terlihat bahagia?"Pak Sultan memasang wajah serius. Bunyi pertanyaannya memang seperti yang mengajak kami bicara, tapi matanya menatapku tajam."Ini Kak, istrinya Raksa meminta ia pulang cepat hanya untuk membawakan makanan," Reyhan terkekeh lagi. Dia benar-benar tidak melihat ekspresi Pak Sultan yang menatap tajam ke arahnya.Aku tahu betul kalau pertanyaan itu untukku. Bukan untuknya."Siapa yang bertanya padamu?" ucapnya tegas dan berlalu. Tapi sebelum itu, matanya pun ikut menatapku tajam.Fiuh, membuat orang hampir mati berdiri saja.***"Mana Mas makanannya?" Kiara berlari-lari kecil layaknya seorang bocah ketika aku membuka pintu rumah."Kamu apaan sih,""Serius, Mas. Aku dan Della laper,” ucapnya berbisik. Entah kenapa perkataannya sekarang tidak selantang tadi pas ditelpon."Enggak ada. Lagian kan aku udah kasih uang banyak untuk kamu, Kiara. Harusnya kamu bisa masak atau beli sendiri.""Lagian aku juga lelah. Baru aja pulang kerja, bukannya disambut baik, malah nanyain makanan.""Istri kamu itu rakus, Raksa. Dia itu kebangetan kalau makan. Bahkan Della saja sering dianggurin," Ibu menatap Kiara dengan kesal.Ya, aku tahu kalau Kiara doyan makan. Tapi anehnya setelah kelahiran Della tubuhnya menjadi semakin kurus. Sampai tidak enak jika aku memeluknya, berbeda dengan dulu.Tapi apa benar kalau Della sampai dianggurin?Kutatap Kiara yang hanya menggeleng pelan. Apa maksudnya?"Kalau kamu makan, harusnya bawa Della juga dong! Dia itu anakku satu-satunya. Kamu enggak bisa makan sendiri," ketusku sambil berlalu ke kamar dan membawa Della ke dalam gendongan."Iya tuh, denger nasehat dari suami. Jangan bersikap semaunya," Ibu mendengus kesal dari luar."Maaf, Mas susu Della habis," lirihnya lagi."Apa? Baru saja beberapa hari aku memberikanmu uang? Masa sudah habis lagi??"Tidak kuat rasanya jika aku selalu diam dengan sikap Kiara yang sudah sangat kelewatan. Aku bukan laki-laki pelit yang memberikan istrinya uang yang kecil.Paling kecil pun sepuluh juta."Dia istri yang boros!" suara Mama kembali terdengar jelas, padahal aku dan Kiara sudah berada di kamar."Maaf, Mas, tapi benar-benar sudah habis," lirihnya dan menangis.Bunyi notifikasi ponsel Kiara terdengar nyaring, langsung dia meraihnya cepat. Melihatnya seperti itu seolah ada yang sedang disembunyikannya dariku."Ada apa?""Tidak, Mas. Ha-hanya dari Ibu."Aku malah merasa semakin janggal ketika mendengar jawabannya dan caranya bicara. Dia seperti punya rahasia yang takut diketahui olehku.Segera aku merampas ponsel yang disembunyikannya di belakang punggung. Rahangku mengeras ketika membaca isi pesannya.Mama menatapku dengan tajam setelah beberapa hari kepergiannya. Kini kita duduk berhadapan, benar-benar membuat diri ini canggung. Sekaligus merasa bersalah, takut kalau Mama akan segera mengetahuinya."Jelaskan apa ini!" ucap Mama tegas, sama sekali tidak ada tanda-tanda marah. Namun, jantungku malah berdetak tidak menentu."Apa, Ma?" tanyaku pura-pura tidak mengerti.Mama mengerahkan ponselnya yang berisikan deretan pesan di aplikasi chatting berwarna hijau.'Asslamu'alaikum, Ma. Maaf kalau Kiara baru bisa menghubungi Mama. Kejadian baru-baru ini sangat membuat Kiara terpukul, Ma. Kiara minta maaf kalau selama ini tidak bisa menjadi menantu Mama yang baik dan terima kasih atas segala yang sudah Mama berikan untuk Kiara. Termasuk segenap kasih sayang dan cinta Mama.''Ma, ternyata Kiara tidak bisa menjaga cucu Mama dengan baik. Karena Della sudah meninggalkan kita semua tepat ketika Mama pergi dari rumah karena urusan pekerjaan, tapi Mama tidak perlu khawatir, ya. Karena Della di mak
"Assalamu'alaikum."Suara salam kembali terdengar setelah Kiara dan Jasmin pergi. Kali ini tubuhku langsung bercucuran keringat.Tentu saja karena aku tahu siapa yang baru saja mengucapkan salam itu.Mama.Bagaimana jika dia bertanya tentang Kiara Della? Apa yang harus aku katakan? Kupikir semuanya akan berjalan dengan mudah. Tapi ternyata tidak seperti jalan tol."Bukannya jawab salam, kamu malah nyelonong begitu saja. Enggak sopan!" kesalnya ketika aku malah berjalan semakin cepat ketika mendengar koper Mama memasuki rumah."Em, enggak, Mah.""Kamu kenapa, sakit?" tanyanya sambil mengeluarkan beberapa paper bag dari dalam koper."Ini semua hadiah untuk anak perempuan Mama tercinta dan yang besar ini untuk cucu Mama yang paling cantik!" serunya sambil bernyanyi-nyanyi kecil.Baru saja beberapa detik, Mama pun langsung berjalan ke arah tangga. Sudah kupastikan kalau Mama pasti bermaksud untuk bertemu dengan dua orang yang baru saja disebutnya.Bagaimana jika Mama tahu Kiara, gadis yan
Perkataan yang keluar dari mulut Kiara sudah sangat keterlaluan. Tubuhku mendadak gemetar, takut jika harus berpisah dengannya."Kamu tidak boleh begitu, Kiara. Della masih membutuhkan kasih sayang orang tua yang utuh," ucapku mencoba untuk menenangkannya.Melihat penampilannya yang berantakan, aku bisa mengambil kesimpulan kalau dia sedang tidak baik-baik saja."Membutuhkan kamu bilang, Mas? Terus selama ini dimana kamu dimana, Mas?" teriaknya."Kamu bahkan sudah tidak pulang berhari-hari. Jangankan hanya sekedar menanyakan kabar, melihat Della saja kamu tidak pernah!" lanjutnya memaki.Ya, itu benar. Aku memang salah. Tapi bukan ini yang kuinginkan."Maafkan Mas, Kiara, maaf," lirihku memohon. Aku hanya berharap dia akan memaafkan aku dan kita kembali menjalani kehidupan seperti dulu lagi.Meksipun sekarang sudah ada kehadiran Sukma, tapi kau tetap istriku Kiara."Kau nikahi wanita yang bernama Sukma itu saja, Mas. Aku tidak berhak ada di Antara kalian. Ya, aku memang tidak seharusn
Aku terdiam ketika membaca pesan dari Hana, seorang resepsionis yang baru saja menjadi temanku beberapa hari yang lalu. Dia mengatakan kalau Mas Raksa, suamiku sedang ditunggu wanita cantik.Sebetulnya dia juga tidak berani mengatakannya, tapi sudah terlanjur janji padaku akan memberitahuku semua gerak-gerik Mas Raksa, terutama tentang masalah wanita.Mata ini menyipit ketika melihat foto seorang wanita cantik yang dikirimkan Hana, katanya dia baru saja mencari, suamiku.Kupikir wanita itu hanya sekedar teman atau rekan bisnis. Tapi ternyata tidak sesederhana itu.Ketika aku menunjukan foto tersebut pada Jasmin, dia langsung membungkam mulutnya dengan tangan."Aku akan menyerah untuk mengejar Raksa jika wanita itu masih mencoba untuk mengejarnya," ucapnya waktu itu."Kenapa?""Karena di hati Raksa, wanita itu sangat istimewa.""Apa aku tidak?" "Ayolah, Kiara. Kita sedang mengatakan kenyataannya, bukan hal-hal yang tidak penting."Setelah itu, aku tidak berani berkata apapun. Kupikir
Badanku mendadak gemetar, lidah pun terasa kelu untuk bicara. Apa yang harus aku lakukan, padahal masalah Jasmin saja masih belum selesai. Bapak mertuaku juga masih menunggu kami jemput, bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?Jasmin menyadari kedatanganku, dia menatapku dari bawah sampai atas. Semoga saja dia tidak sadar dengan perubahan pada diriku."Bukankah kalau pulang biasanya mengucap salam?" ucapnya tiba-tiba, kupikir dia tidak akan bicara.Mendengar suara Jasmin, Mama dan Kiara langsung membalikkan tubuhnya dan menghampiriku."Kok kamu enggak bilang-bilang kalau sudah pulang, Mas?" tanya Kiara sambil mencium takzim tanganku."Em, iya, banyak pekerjaan," jawabku singkat dengan seulas senyum. Agar mereka tidak curiga kalau aku menyimpan sesuatu."Apa di kantor ada masalah?" ucap Mama menimpali."Tidak ada kok, Ma. Semuanya baik-baik saja."Aku berharap Mama dan Kiara tidak tahu kalau aku baru saja bertemu dengannya. Bisa bahaya kalau mereka sampai tahu."Yakin kamu, Mas?" Ja
Tapi aku sama sekali tidak takut dengan wanita berumur. Sekali dorong saja, dia akan mengalami sakit yang amat.[Kata-kata itu, aku kembalikan padamu. Jangan lupa ingat umur!!!]Aku tersenyum sendiri setelah mengirimkan balasan, bisa kupastikan setelah ini dia akan semakin marah. Tapi aku tidak peduli.Mungkin dia baru sadar kalau tawanannya sudah berada di tanganku, eh, maksudnya ibu mertua.Wanita yang sudah berjuang antara hidup dan mati demi untuk membiarkan anaknya selamat dan melihat, betapa indahnya dunia ini.Tapi, sayangnya dia belum pernah melihat seperti apa rupa anak yang dilahirkannya. Apakah berjenis kelamin laki-laki atau perempuan dan bagaimana wajah dan tubuhnya. Bahkan sampai puluhan tahun lamanya.Sungguh keji orang-orang itu, dengan entengnya mereka melakukan hal seperti ini kepada manusia, yang bahkan hewan pun tidak layak diperlakukan seperti ini."Anakku!!" Ibu langsung berlari ke arahku, memelukku erat. Seolah kita sudah lama tidak bertemu dan saling melepas ri
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Commentaires