halo teman-teman 😊😊😊
"Keluar!" Suara gedoran pintu membuat Al gerah. Dia menyelipkan senjata ke pinggangnya. Memakai masker juga kacamata sebelum keluar dari mobil.Serena Al minta tinggal di mobil. Mobil Felix memiliki kaca hitam hampir seratus persen. Orang luar tidak akan tahu ada Serena di dalam sana.Pantas saja Al tadi dengan percaya diri mencium Serena begitu panas. Rupanya aksi mereka tidak akan terlihat dari luar.Serena seketika berpikir apa Eva dan Felix pernah bercinta di mobil ini. Perempuan itu mengendus mobil Felix. Tidak ada aroma selain pengharum mobil yang membuat Serena nyaman.Mengingat Felix juga asal main terjang kalau sudah engas. Serena melirik Al yang tampak diam, meski orang di depannya berteriak-teriak."Rio," bisik Serena.Hatinya bergetar melihat tampilan Al yang berantakan karena tertiup angin. Messy but sexy. Yah, ungkapan itu memang cocok dengan Al.Apalagi saat lelaki itu tanpa pakaian, berpeluh sambil menggeram tertahan waktu berlaga di atas tubuhnya. Jantan dengan horm
Serena langsung masuk ke mobil Felix. Tidak peduli Alterio mengunci gerbang. Dia pikir, gerbang ditutup karena menunggu Alterio selesai sarapan.Padahal yang lain tahu, gerbang ditutup sebab Al ingin menahan Serena."Pagi-pagi sudah buat drama. Kayak anak kecil," cibir Ara.Ucapannya membuat meja makan jadi canggung. Tapi Al tidak peduli. Dia lanjutkan makan, tak berapa lama dia selesai. Tangannya terulur pada Felix.Pria itu paham, dalam hitungan detik kunci mobil Felix telah berpindah tangan. Serena hampir bosan menunggu Felix. Tak berapa lama pintu ditutup dengan aroma cedarwood memenuhi indera penciuman Serena. Perempuan itu tahu jelas ini parfum Al, beda dengan Felix yang beraroma musk. "Aku mau bareng Felix.""Kamu istriku, masak nebeng anak buahku. Kecuali aku sibuk, baru kamu bisa bareng mereka.""Gak efisien, kita tidak sekantor.""Siapa bilang. Aku di RD juga.""Bagian apa? Kok gak pernah lihat.""Departemen biasa saja. Gak ada yang spesial."Serena memicing ke arah Al.
Sepanjang malam Al tidak bisa memejamkan mata. Dalam pelukannya ada Serena yang aslinya cuma pura-pura tidur.Sejak Al naik ke kasur, Serena yang melamun langsung memejamkan mata. Saat Al merengkuhnya dalam pelukan, wanita itu menghela napas. Terlebih waktu Al lirih menyebut "Cia" ingin rasanya dia menangis lagi. Tapi dia tahan. Dua orang yang sebetulnya bisa menyelesaikan kebungkaman dengan mudah. Tidak tahu kenapa keduanya malah memilih diam. Pada akhirnya keduanya hanya tidur-tidur ayam sampai pagi.Serena bangun dengan kepala berdenyut nyeri. Pusing sekali. Dia memindai sisi kasurnya. Tempat itu sudah kosong. Al bangun lebih dulu, macam biasa.Serena akan ke kamar mandi, tanpa sengaja dia melihat liontin kepala elang di meja. Tangannya bergetar kala menyentuhnya.Bukan karena itu pemberian ayahnya, tapi karena pemiliknya sudah pasti Rio. Serena tertegun sejenak. Dia ingat dengan jelas, saat dia memberikan benda itu pada Rio."Kamu tahu benda itu?"Serena kaget, liontin tadi melu
Karena bingung harus menjawab apa, akhirnya Serena pilih diam. Dia tidak menjawab pertanyaan Al. Bahkan ketika pria itu menyodorkan satu paper bag berisi strawberry fresh. Serena bergerak menerima tanpa mengatakan apapun."Kamu kenapa sebenarnya?" Al ingin menyentuh pipi sang istri, tapi Serena reflek mundur, menghindari sentuhan Al. Entahlah, kenapa dia canggung begini. Padahal yang didepannya adalah orang yang selama ini dia pikirkan. Sosok yang selalu ingin dia temukan.Sikap Serena membuat Al heran. "Aku salah apa?""Tidak ada." Jawab Serena reflek, tangannya tanpa sadar mengambil strawberry, lantas memasukkan ke dalam mulut. Sebelum Al menahan tangan Serena.Dia ambil strawberry lalu membawanya ke sisi kiri, di mana ada pantry di sana. Al kembali tak berapa lama dengan strawberry sudah dicuci."Makanlah," kata Al lembut. Dipandangnya Serena dalam-dalam. Al sendiri tak pernah menyangka. Gadis bertubuh kurus dengan wajah kusam, badan penuh luka waktu itu adalah Cia. Wajah Al beru
Pagi menjelang di The Palace. Sinar mentari menyeruak masuk melalui tirai, mengganggu tidur Al. Pria itu mengerjapkan mata, sebelum berhamburan keluar kamar.Dia tidak peduli hanya mengenakan celana training tanpa atasan. "Rena mana?" Dia bertanya pada Felix yang sudah duduk di ruang makan. Niat sarapan tapi tangannya sibuk dengan ponsel."Gak tahu. Aku gak lihat satu orang pun waktu turun."Alterio berubah panik. "Cari dia!" Pintanya galak.Sambil menunggu, Al pilih meminus jus yang biasanya disediakan untuk Serena."Dia ada di tempat ibunya. Di mansion Alexander berarti. Biarin aja napa. Sesekali biar dia dengan dunianya, jangan dikekepin mulu. Entar dia illfeel."Alterio mendengus, dia abaikan ucapan Felix. Al pilih kembali ke kamar, bersiap. Entah kenapa, dia jadi lebih cemas saat tahu Serena adalah Cia. Takut perempuan itu menghilang lagi sangat besar di hatinya.Aslinya Al ingin mendatangi Serena, tapi Ravi mengirim pesan kalau Serena ikut dengannya. Hari ini Serena ingin berada
"Ren! Ren! Rena!" Panggil Al tidak sabaran."Jangan gegabah Al!"Max menahan lengan Alterio yang baru saja menerobos masuk kamar."Dia Cia, dia putri Edgar. Bagaiamana bisa aku disuruh sabar."Max mengerutkan dahi. "Cia siapa?"Alterio menepis tangan Max. "Ceritanya panjang.""Dipersingkat!"Al mendengus geram. Dia ingin segera bertemu istrinya, tapi Max malah mengganggunya."Dia penolongku waktu kecil.""Dia anak yang selama ini kamu cari. Yang bikin kamu bolak balik ke kota sebelah waktu itu.""Iya dia. Aku gak tahu dia pergi ke mana setelah dia kasih kalung itu ke aku." Makin campur aduk perasaan Al. Dia belum pernah sebahagia ini, sekaligus segalau ini. Serena ternyata orang yang dia cari selama ini. Double syok-nya dia putri Edgar Martinez. What the hell is going on. Dia mati-matian menolak perjodohan dengan Vasti. Tidak mau jadi penerus lelaki itu.Tapi surprise-nya, dia justru menikahi putri sulung Edgar. Iya, Serena terhitung kakak Vasti.Bagaimana dia akan menghandle ini? K
Sementara itu, di sebuah klub malam, Ultimate Sky. Ada Al dan yang lainnya, minus Max. Mereka sedang menunggu seseorang. "Lama sekali mereka," keluh Felix yang tampak tidak sabaran."Kau kalau mau main, main sana. Jangan bikin kita gerah," Paul memperingatkan."Nanti ndak seru kalau gak ada aku," balas Felix tengil."Kita mau interogasi, belum tentu eksekusi. Lagi pula Al ingin orang ini tetap hidup."Yang disebut namanya hanya duduk sambil menikmati wine di tangan. Al kembali dengan ekspresi mafianya. Dingin, kejam, nyaris membuat kena serangan jantung hanya dengan melihat parasnya.Tampan rupanya, tapi auranya macam malaikat pencabut nyawa. Ruangan itu sunyi, semua yang ada di sana hanya diam sambil menikmati minuman di meja. Tak peduli hingar bingar yang terjadi di balik dinding ruangan tempat mereka berada. Felix pilih tinggal, dia tidak mau kehilangan momen. Apa sih yang dicari Al di tempat ini. Dia penasaran.Tak berapa lama pintu diketuk, Jeff masuk bersama seorang wanita ya
Hari berlalu dengan hubungan Al dan Serena kian membaik. Pria itu tak ragu menjemput Serena jika luang. Satu hal yang membuat iri teman satu angkatan Serena.Mereka masih suka mengungkit kejadian "pendarahan" Serena. Bahkan celetukan seperti "Aku mau saja dihamili terus jika prianya setampan pacarmu" masih kerap terdengar.Satu kalimat yang membuat Serena risih. Dia tahu di zaman ini level pacaran saja sudah sering tidur bersama. Namun di telinganya hal seperti itu masih tabu.Maklum doktrin pertama yang Serena terima, adalah jangan serahkan tubuhmu selain kepada suamimu. Surprise-nya, Serena berhasil memenuhi permintaan sang ibu. Meski belum ada kata cinta terucap di antara Serena dan Alterio, tapi gesture tubuh masing-masing memperlihatkan kalau keduanya punya rasa itu di hati masing-masing."Eh, ayang sudah jemput. Sudah lebih dari tiga bulan. Bisa program lagi."Celetuk teman Serena yang memang terkenal ceplas ceplos tanpa tahu tempat."Kemarin aku tidak keguguran ya. Aku kena tu
"Jangan mandi malam-malam." Alterio memperingatkan Serena yang tak kunjung masuk ke kamar mandi.Serena malah asyik melihat ombak berkejaran di pantai. Baginya ini pemandangan apik yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.Al lekas keluar kamar. Dia pilih kabur dari sana. Ketimbang dia tergoda lagi melihat tampilan seksi sang istri.Kemeja yang hanya menutup separuh paha, tanpa dalaman. Bisa dibayangkan bagaimana Al berusaha menahan diri untuk tidak menindih tubuh sang istri kembali."Dia ini polos apa memang tidak tahu," gumam Al heran.The Palazo sepertinya memang dirancang sebagai hunian dua orang atau pengantin baru. Lihat saja kamar mereka, tidak ada pintu.Yang katanya privasi itu hanya karena mereka tinggal berdua. Tak ada penghuni lain.Serena cukup lama berada di sana. Sampai dia tertarik pada laci di samping ranjang. Iseng, dia membuka. Tangannya dengan cepat menemukan lembaran kertas yang seketika menarik perhatiannya.Itu desain perhiasan. Serena mengamati detail tiap lembar