Share

BAB 5 PERTEMUAN PERTAMA

Penulis: sugi ria
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-03 19:53:31

Serena lekas mengangkat kepala begitu kata usir terucap dari lisan Al. Walau cuma sekilas, tapi Al bisa melihat netra biru Serena, sebelum gadis itu kembali menunduk. Serena terlalu takut berhadapan dengan Al yang auranya ingin makan orang.

Al? Diakah pria yang bernama Alterio Inzaghi? Serena membatin dalam hati.

"Siapa namamu? Kau bukan Thalia Hernandez." Al yang bertanya. Wajah pria itu masih tersembunyi di balik masker.

"Serena, namaku Serena. Aku ... aku adik Thalia Hernandez."

Al menoleh ke arah pria satunya lagi. Max, nama lelaki tadi. Dia mendekat ke arah Al. "Aku tidak tahu mereka punya anak gadis lain," bisik Max pada Al.

"Saya mohon, Tuan. Jangan usir saya. Saya bisa lakukan apa saja, tapi jangan suruh saya kembali ke rumah itu."

Tak ada pilihan, Serena harus bisa meyakinkan dua pria di depannya. Dia pikir Max dan Al akan bersimpati padanya. Namun Serena lupa, kalau yang dia hadapi mafia, bukan orang biasa.

"Kau pikir aku peduli! Usir dia!" Tegas Al dingin.

Sikap acuh Al membuat Serena kesal. Ingat, gadis itu pemberani jika tidak ada Nereida yang dijadikan sandera.

Detik setelahnya, Serena menerjang maju. Dia menyerang Al, mendorong Al hingga tubuh besar itu terbentur dinding. Tangan kurus Serena berakhir dengan menekan leher Al, hampir mencekiknya. Tatapan keduanya saling terkunci.

Max melongo dengan Al menyeringai tipis. Boleh juga. Ada yang berani bertingkah bar-bar di depan Al.

"Aku tidak minta kau nikahi, aku hanya minta tempat tinggal ...."

"Aku tidak mau dengar! Pergi sana!” Al kembali menunjukkan arogansinya.

Arrghhh!

Serena meringis ketika Al membalik keadaan. Pria itu dengan mudah mengubah posisi, hingga sekarang Serena yang terjepit keadaannya. Tangannya ditelikung di belakang punggung, sementara wajahnya menghadap dinding berlapis marmer.

"Lepas!" Desis Serena.

"Kau pikir, kau bisa mengalahkanku! Aku bukan orang yang mudah dikalahkan!” Al berucap dengan gigi bergeletuk menahan amarah.

Dia lelah, mengantuk, pulang ingin tidur. Bukannya tidur yang dia dapat, tapi malah biang kerok yang harus dia hadapi.

"Dan aku bukan orang yang mudah menyerah,” kata Serena setelahnya.

Tanpa Max dan Al duga. Serena mampu menumbangkan tubuh besar Al. Pria itu mengerang saat punggungnya beradu dengan lantai marmer yang keras.

"Sialan!" Emosi Al menggelegak sampai puncak.

Sedang Max hanya bisa menahan tawa di balik lima jari yang dia gunakan untuk membekap mulutnya. Al pagi-pagi sudah di-smack down oleh perempuan yang fisiknya boleh dibilang kurus kering.

"Memangnya siapa kau? Kenapa aku tidak boleh melawanmu. Asal lawannya bukan uang aku pasti menang."

Satu sudut bibir Al tertarik, seringai mengerikan kembali terlukis di paras tampan yang kali ini tidak tertutup masker.

"Sayangnya uang adalah ranjangku. Aku pastikan kau menyesal sudah berurusan denganku."

Bola mata Serena melebar, bersamaan dengan Al yang melingkarkan jemari panjangnya di leher Serena. Pria itu berniat mencekik Serena.

"Ja-jangan bunuh saya, Tuan." Serena kembali kalah telak. Jika pria di depannya punya ranjang uang, maka nasibnya tidak akan jauh beda dengan sebelumnya.

"Tapi aku ingin sekali melihatmu mati di tanganku!" Al berujar dingin, nyaris tanpa belas kasih terselip dalam ucapannya.

Al mulai mencengkeram leher kurus Serena, dia baru akan menguatkan cekikannya ketika tubuh Serena lebih dulu melemas.

Setelahnya tubuh Serena sudah tergeletak di lantai, tak sadarkan diri. Dan Al bukan pria yang mau susah payah menolong Serena. Dia biarkan saja tubuh Serena jatuh membentur lantai.

"Penipu!" Geram Al tanpa rasa kasihan.

"Kau membunuhnya Al," kata Max seraya mendekati Serena.

Al tak merespon, dia hanya menatap acuh pada tubuh Serena.

"Tunggu dulu!" Kata Max ketika dia memeriksa denyut nadi Serena.

"Dia hanya pura-pura!” Al yakin dengan dugaannya.

"Basicku dokter, jadi tugas utamaku memang menolong orang. Oh, ini gawat Al. Gadis ini butuh pertolongan segera. Darurat!"

Al hanya menggeleng pelan melihat Max menggendong Serena masuk ke lorong di sisi kiri. Jalan yang langsung menghubungkan tempat itu ke laboratorium pribadi milik Max.

Dorongan nafas kasar terdengar seiring langkah Al berjalan menuju lift, yang membawanya naik ke lantai empat. Di mana kamarnya berada.

Lift bahkan berada di dalam kamar yang berarti benda tadi dibuat khusus untuk Al. Pria itu langsung masuk ke kamar mandi, melucuti pakaiannya, lantas mengguyur tubuh atletis di bawah aliran shower.

Dalam diam, Al menyentuh lehernya, di mana sebuah kalung berada di sana. Sebuah kalung bermata kepala elang hitam.

"Harusnya kau yang berada di sini, bukan aku."

***

Hari beranjak siang ketika Al bangun setelah mendapat tidur selama dua jam. Lumayan, setidaknya dia merasa lebih segar.

Pria itu hanya mencuci muka untuk kemudian berganti pakaian, lalu turun menuju ruang makan.

"Jadi bagaimana? Mau ke kantor?"

Seorang perempuan berpakaian seksi menyambut Al yang baru duduk di meja makan. Dengan rambut dicat coklat terang, perempuan tersebut terlihat sangat cantik.

Wanita itu lantas menyiapkan kopi, juga makanan untuk Al. Sikapnya sudah seperti seorang istri melayani suaminya.

"Ke mana Paul?" Tanya Al tak melihat suami si perempuan.

"Dia masih tidur," balas sang wanita sambil menggigit bibir.

Al acuh pada sosok yang kini duduk di depannya. Pria itu makan dalam diam. Sampai dia selesai. "Ara, katakan pada Paul kalau dia yang akan ke kantor hari ini. Bersamamu."

Bahu Ara merosot, padahal tadi terlihat begitu antusias. "Al, tidak bisakah kita pergi bersama, kau tahu kan dia akan selalu begitu jika dekat denganku."

Al pilih diam, tak menjawab. Hingga perempuan di depannya jadi kesal. Dia selalu saja gagal saat ingin berduaan dengan pria dingin di depannya.

Suasana hening sesaat, sampai seorang pria muncul. Rambut pirangnya sungguh menarik perhatian.

"Aku dengar, pengantinmu sudah datang. Di mana dia?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
sugi ria
terima kasih
goodnovel comment avatar
Efen Waruwu
bagus... seru juga
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • DIBENCI KELUARGA DICINTA RAJA MAFIA   BAB 514

    Pesta terus berlanjut. Semua orang membaur menjadi satu. Menikmati hidangan yang telah disediakan. "Pa, aku mau ke tempat Arthur." Suara Ivander terdengar. Ben mengangguk, lalu membiarkan sang putra berjalan ke arah teman sebayanya. Walau saat ini Arthur sedang berbincang dengan tuan Medvedev senior. Lelaki itu datang untuk mengucapkan terima kasih pada teman-teman Alterio. Kehadiran profesor yang sangat tersohor itu tentu menarik perhatian. Setelah sekian tahun tidak muncul, tuan Medvedev kembali hadir bersama Gina, putri cantiknya. Dua orang yang kemudian mendapat pengawalan spesial dari Don. Jeff, tersenyum simpul melihat betapa kakunya Don. Maklum baru kali ini pria itu mendapat mandat mengawal seorang perempuan, mana cantik lagi. "Kalian cocok. Sama-sama dari keluarga politisi," bisik Jeff ketika Don bisa santai sejenak. Ketika Gina diperkenalkan pada squad Diamond Girl. "Dia tidak tahu siapa saya," balas Don. "Kamu sebut saja nama keluargamu. Bapaknya pasti tahu." "Saya

  • DIBENCI KELUARGA DICINTA RAJA MAFIA   BAB 513 SATU KATA, SEMPURNA

    Semua orang bertepuk tangan sesaat setelah mereka berhasil mengatasi kekagetan masing-masing. Di depan mereka berdiri tiga sosok dengan visual yang membuat semua yang hadir di sana berdecak kagum.Ketampanan Alterio yang karismatik, kecantikan Serena yang elegan serta rupa Arthur yang bak pangeran dari negeri dongeng. Satu kata, sempurna.Bagaimana ketiganya tersenyum saat saling berpandangan. Adalah satu momen di mana keluarga Inzaghi benar-benar bahagia. Bukan sekedar pencitraan. Namun begitulah real keadaannya."Selamat malam semua. Izinkan saya perkenalkan diri saya. Alterio Inzaghi, owner dan CEO Royal Diamond ...."Sialan! Pevi mengumpat. Berapa tahun dia ditipu oleh dua orang di depan sana. Alterio, si pak bos. Ternyata benar-benar bosnya. Dan Serena, temannya yang sejak pertama kali bertemu, tidak pernah mau menunjukkan rumahnya adalah istrinya."Jadi ini maksudnya. Eh, Ta mau tanya. Pas aku sama Serena dulu baru masuk RD, mereka sudah nikah belum?" Pevi bertanya pada Lalita,

  • DIBENCI KELUARGA DICINTA RAJA MAFIA   BAB 512 PEMILIK SEBENAR

    Vasti tersenyum mendengar perkataan papanya. Detik setelahnya dia mengangkat dagu, tidak lagi tertunduk. Bahkan ketika sorot matanya beradu dengan Ben juga Tere. Tak ada lagi kemarahan, emosi bahkan benci. Dalam semalam, semua rasa itu lenyap bersama bayangan anak-anak kecil, yang mulai hari dan seterusnya akan menemani harinya.Vasti melangkah berdampingan dengan Edgar Martinez. Semua orang tahu siapa Edgar. Salah satu pebisnis yang sangat tersohor pada masanya. Semua orang juga tahu kalau Vasti adalah putrinya, jadi wajar kalau mereka datang ke acara seperti ini.Kedatangan Vasti dan Edgar tentu menimbulkan tanya di benak Ben. Pria itu memang selamanya tidak akan mendapat maaf dari Edgar. "Dia dengan siapa?""Itu ayahnya," balas Ben singkat. Mereka mulai membaur dengan tamu lain. Karena ada beberapa tamu kecil dalam pesta itu. Maka disediakan sofa di beberapa titik untuk menjaga kenyamanan mereka.Di tempat itu anggota inti Black Diamond hadir bersama keluarga masing-masing. Feli

  • DIBENCI KELUARGA DICINTA RAJA MAFIA   BAB 511 KAMU BERHARGA DI TEMPAT YANG TEPAT

    "Arthur sudah lama tidak ke sini." Suara Niel terdengar diikuti jawaban Edgar."Lagi sibuk sama proyek barunya. Dia baru pamer bisa datang ke mansion Medvedev kapan saja. Anak itu, masih kecil koneksinya sudah di mana-mana."Vasti mematung di tempatnya berdiri. Tak pernah terbayangkan kalau dia akan datang menemui ayah angkatnya. Vasti bingung, dia tidak punya siapa-siapa lagi di dunia. Orang yang dia kenal juga tidak banyak. Sifatnya yang sombong dan judes di masa lalu membuat Vasti dijauhi orang-orang. Vasti tidak punya teman. Dia hanya tahu menempel pada Ben.Kini sandarannya telah pergi, dia merasa sendiri. "Silakan, Nona."Sang pelayan berjalan menuju sang tuan. Dengan hormat lalu memberitahu kedatangan Vasti."Vasti? Kamu pulang? Kemarilah." Edgar berdiri untuk menyambut Vasti yang tampak ragu untuk mendekat."Pa," panggil Vasti lirih. Dia pikir Edgar akan menolaknya. Namun siapa sangka, lelaki itu justru memeluknya dengan erat. Hangat kasih sayang seorang ayah yang telah lam

  • DIBENCI KELUARGA DICINTA RAJA MAFIA   BAB 510 HANCUR BERKEPING-KEPING

    Tere segera melepaskan genggaman tangan Ben. Dia berjalan perlahan melewati Ben dan Vasti yang memandang benci padanya. Di samping Tere ada Ivander yang ganti menggandeng tangan ibunya."Van, tunggu di mobil dulu," pinta Ben yang seketika menghadapi Vasti."Sekarang jelaskan!" Tuntut Vasti. Perempuan itu jelas tersulut amarahnya. Ben berhari-hari tidak pulang. Perempuan itu pikir Ben bersama Tere. Padahal tidak. Tere memang sejak hari itu tinggal di mansion Jefferson. Menunggu kaki juga anemianya membaik.Sementara Ben, pria itu pulang ke apart-nya di pusat kota. Siang dia sibuk mengurusi perusahaan ayahnya yang bergerak di bidang pengadaan senjata, bekerja sama dengan jaringan bisnis milik Alterio.Sama sekali tidak ada waktu untuk bertemu Tere. Ivander saja sekarang kerap dijemput supir mansion. Bocah itu memang pulang ke mansion mengingat rumah lama mereka sudah tidak aman lagi.Ben tidak mengizinkan Tere dan Ivander tinggal di sana. Tere ngotot ingin pergi dari mansion, tapi Ben

  • DIBENCI KELUARGA DICINTA RAJA MAFIA   BAB 509 MANSION MEDVEDEV 2

    Sebuah kebetulan ketika Max ingin membantu tuan Medvedev senior menemukan putrinya. Sebab setelah ditelusuri oleh Paul dan Beita, ketika Dimitri mendorong Gina ke laut dari tebing setinggi sepuluh meter, tidak ada jasad ditemukan.Tidak ada laporan dari penduduk yang menemukan korban tenggelam. Dilihat dari topografi tempat Gina ditenggelamkan, hanya ketinggian yang mengancam nyawa Gina. Selebihnya aman.Tak dijumpai karang dan batuan runcing menyambut tubuh Gina. Tempat itu juga bebas dari kawanan hiu atau predator laut. Jadi Max berkeyakinan kalau Georgina Medvedev masih hidup.Opsi terakhir yang Max miliki adalah meminta bantuan Mr Brain. Namun ketika Max menghubungi Mr Brain, sang profesor menolak mencari tahu di mana Gina berada.Max yang sangat penasaran dengan Mr Brain, dengan bantuan Paul, Beita dan ... Arthur mampu melacak lokasi laboratorium Mr Brain. Tidak meleset dugaan Beita saat itu.Laboratorium Mr Brain tersembunyi di antara puncak pegunungan Alpen yang dingin. Ketika

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status