"Kumohon jangan katakan padanya, tunggu sampai aku siap," pintaku kepada Hyuga. Aku tidak mau semua rencanaku berantakan. Mungkin semua orang menganggap aku bodoh. Wanita mana yang sanggup menolak laki-laki tampan dan kaya seperti Pak Hadrian? Namun, jika aku menerima Pak Hadrian urusannya akan semakin rumit.
Aku dan Thalia baru saja baikan setelah sekian lama tidak bertegur sapa. Aku tidak ingin karena hubunganku dengan Pak Hadrian, Thalia kembali menjauhiku.
"Apa alasanmu tidak menerimanya?" tanya Hyuga penasaran.
"Aku tidak memiliki perasaan padanya," jawabku jujur. Aku memang mengagumi Pak Hadrian. Namun, perasaanku padanya hanya sebatas kagum sebagai bawahan pada atasannya, tidak lebih dari itu. Apalagi setelah perceraian dengan Mas Bayu, rasanya sulit untukku membuka hati kembali. Perceraian itu cukup me
"Kamu belum tahu? Seseorang telah membeli perusahaan ini dari Pak Hadrian," ucap Hanifah menjelaskan kebingunganku."Kamu serius, Fah? Kenapa terdengar begitu mendadak?" tanyaku terkejut."Sebenarnya sudah lama aku mendengar kabar ini. Sudah lama perusahaan ini akan dijual, Na."Penjelasan Hanifah masih menyisakan pertanyaan di hatiku. Apa alasan perusahaan ini dijual? Namun apa pun alasannya, aku senang mendengar kabar ini. Artinya aku tidak perlu resign, karena alasanku resign adalah untuk menghindari Pak Hadrian.Setelah ini aku akan membakar surat pengunduran diriku hingga hangus tak bersisa. Aku tersenyum lebar, nasib baik masih ada padaku. Aku tidak perlu susah-susah mencari pekerjaan baru, karena aku akan tetap bekerja di sini.
Diam-diam kulangkahkan kakiku mengikuti Hyuga. Aku berhasil mengikutinya sampai depan ruangan Pak Hadrian, tetapi tiba-tiba seseorang menghentikanku dengan menepuk punggungku dari belakang. Aku menoleh untuk mengetahui siapa orang itu. Saat aku kembali menoleh ke arah Hyuga, dia sudah tidak ada di sana.Aku mendengkus kesal sembari melotot memandang Hanifah. Dialah orang yang menggagalkan rencanaku barusan. Aku jadi kehilangan jejak Hyuga."Mau ke mana, Na? Ini sudah jam kerja," ucapnya sembari menarik lenganku."Saat sedang tidak ada Pak Hadrian, haruskah kamu bersikap seakan-akan kamulah atasanku?" Aku bersungut-sungut kesal. Dengan berat hati aku berjalan mengikuti langkahnya."Seharusnya kamu berterima kasih. Apa kamu tidak tahu kalau bos baru kita lebih galak dari p
Hari ini rasanya berbeda. Aku merasa lebih bersemangat. Mungkin karena ini adalah hari terakhir masa iddahku. Akhirnya ikatanku dengan Mas Bayu benar-benar terlepas. Aku merasa, lembaran baru dalam hidupku akan segera dimulai. Mas Bayu tidak akan bisa menggangguku lagi. Aku bangun lebih pagi dan membantu ibu memasak sebelum berangkat ke kantor. Seorang pemilik nama berinisial H masih saja terus mengirimiku bunga. Aku tidak peduli lagi siapa dia. Bunga pemberiannya selalu aku berikan lagi kepada orang lain. Terkadang kuberikan untuk Hanifah, terkadang untuk ibu, atau bahkan untuk Laelia. "Kamu kenapa, Fah?" tanyaku ketika melihat Hanifah seperti sedang gelisah. Sebentar-sebentar dia selalu menengok jam dinding di atas pintu, lalu pandangannya turun ke daun pintu. "Aku
Saat masuk ke dalam rumah, netraku menangkap sosok Hyuga sedang duduk di sofa ruang tamu."Kamu sudah pulang, Na? Mandilah terlebih dulu, setelah itu cepatlah ke sini," titah Ibu kepadaku sambil menyuguhkan teh hangat untuk Hyuga.Aku tidak pernah menyangka Hyuga datang ke rumah ini. Hatiku bertanya-tanya, apa yang dilakukan Hyuga di sini. Secepat kilat aku mandi, berdandan, lalu ke ruang tamu untuk mengobati rasa penasaranku."Kedatanganku ke sini untuk meminta putri ibu untuk menjadi istriku," ucap Hyuga.Jantungku tiba-tiba berdetak kencang sekali, sampai-sampai serasa mau keluar dari tubuhku. Aku tidak bisa mempercayai ini. Hyuga melamarku hari ini."Ibu mengucapkan banyak terimakasih atas niat baik Nak Hyuga, tapi Ibu ti
"Akhirnya dia kena karma juga," ujar Hanifah sembari terkekeh.Dalam hati, aku bertanya, "Bukankah Mas Bayu di bagian produksi? Mengapa dia ada di sini dengan memakai baju Office Boy?""Apa kamu tidak merasa aneh, Na? Mengapa tiba-tiba dia menjadi Office Boy? Apa ini ulah Hyuga?" tanya Hanifah seakan bisa membaca pikiranku.Aku mencerna pertanyaan Hanifah. Bisa jadi apa yang diperkirakan Hanifah benar. Kemarin Mas Bayu membuat ulah di depan Hyuga, dan sekarang Mas Bayu tiba-tiba turun jabatan. Bukankah semua itu bisa saja menjadi sebab dan akibat?Aku menggelengkan kepala, cepat-cepat kutepis pikiran konyol itu. Hyuga hanya pegawai baru di sini. Tidak mungkin dia punya wewenang menurunkan jabatan pegawai di sini.Aku sedang mengisi botol kosong dengan air mineral dari dispenser saat mendengar Hanifah berkata kepada Mas Bayu, "Tolong buatkan dua gelas kopi dan antarkan di ruang kerjaku ya."Hanifah tertawa puas setelah keluar dari ruang pantr
Aku teringat dengan perkataan Mas Bayu. "Hyuga akan berubah pikiran jika mengetahui wajahmu yang sebenarnya." Aku jadi bertanya-tanya dalam hati, bagaimana seandainya nanti Hyuga membatalkan lamarannya, atau menceraikan aku sama seperti apa yang dilakukan Mas Bayu."Tenangkan dirimu, Nak. Sholatlah untuk meminta petunjuk kepada Allah SWT," ucap Ibu setelah merasakan kegundahan hatiku. Tidak biasanya aku di kamar jam segini, jadi ibu menyusulku beberapa menit yang lalu.Pagi harinya, di kantor, aku mendapatkan kabar mengejutkan."Kudengar Bayu kecelakaan kemarin malam. Sekarang dia dirawat di rumah sakit. Apa kamu tidak ingin menjenguknya?" tanya Laelia kepadaku.Aku menatap ke arah Hanifah, meminta penjelasan darinya. Sorot mataku menatap tajam ke arahnya, seakan berkata, "Apa benar yang dikatakan Laelia?"Hanifah hanya diam, seakan tidak mengerti maksud dari tatapan mataku."Kudengar Bayu kecelakaan setelah dari rumah mantan istrinya. Bukan
"Kamu harus bertanggung jawab! Bayu kecelakaan setelah pulang dari sini. Jujurlah, apa yang kalian bicarakan saat itu? Apa yang kamu katakan pada Bayu? Kamu yang sudah membuatnya kecelakaan. Kamu harus bertanggung jawab, Naina." Sinta tiba-tiba berkata panjang lebar setelah aku membuka pintu. Dia bahkan tidak memberiku kesempatan untuk berbicara."Aku tidak mengatakan apa-apa kepada Mas Bayu. Apa yang harus aku pertanggung jawabkan? Aku bahkan tidak tahu apa-apa," ucapku sembari mendorong gagang pintu, ingin menutupnya agar Sinta tidak menggangguku lagi. Namun, Sinta lebih cepat menahan daun pintu sehingga usahaku sia-sia."Kamu harus bertanggung jawab! Pasti kamu sudah mengatakan sesuatu kepada suamiku, hingga dia tidak konsentrasi saat mengemudi," ucap Sinta sembari menarik lenganku dan menyeret tubuhku hingga keluar rumah. Entah dia akan membawaku ke mana."Lepaskan dia! Aku yang akan menanggung semua pengobatan Bayu. Jadi, aku perintahkan kepadamu untuk mele
"Masih ada satu hari lagi. Aku akan menjawabnya besok." Aku menjawab pesan darinya dengan singkat, padat, dan tidak jelas.Saat kami datang ke rumah sakit, Mas Bayu sudah berada di ruang rawat inap. Dia masih memakai perban di kepala dan juga di sebagian wajahnya. Kakinya juga masih dipasang gips."Untuk apa kalian ke sini? Apa kalian mau menertawakan aku?" ucap Bayu setelah melihat kedatangan kami.Kami hanya diam dan menatapnya dengan iba."Jangan menatapku seperti itu. Ini adalah kesalahan kalian. Kalian harus bertanggung jawab." Mas Bayu berteriak tidak terkendali."Perusahaan sudah melunasi semua biaya rumah sakit," ucap Hyuga tanpa ekspresi."Memang seharusnya mereka bertanggung jawab. Kalau aku tidak dipindahkan dari staf produksi menjadi OB, hidupku tidak akan hancur seperti ini. Namun, itu semua tidak cukup," ujar Mas Bayu belum puas.Aku hanya diam, tidak menghiraukan ucapan Mas Bayu. Menurutku Mas Bayu terlalu ber