Share

Bab 14

Author: Flower Lidia
last update Last Updated: 2025-08-07 08:59:56

Pintu rumah terbuka pelan, menimbulkan suara khas engsel yang sedikit berderit. Ziva masuk dengan langkah pelan, menurunkan tas dokter dari pundaknya. Aroma khas rumah yang selama ini terasa dingin dan sunyi, malam ini… entah kenapa, terasa berbeda.

Tak ada suara Alisya.

Tak ada tawa dari layar ponsel Reza.

Yang ada hanya aroma teh melati hangat dari dapur dan dentingan pelan sendok yang mengenai gelas. Ziva mendekat, keningnya berkerut. Pemandangan pertama yang menyambutnya justru… mengejutkan.

Reza.

Di dapur. Memegang teko air panas dan dua cangkir.

Ziva berdiri di ambang pintu, tak bersuara. Reza mendongak, sedikit kaget, lalu tersenyum canggung.

“Eh… udah pulang?” sapanya.

“Hmm.” Ziva hanya menjawab singkat, masih berdiri. Matanya menatap cangkir di tangannya. “Tumben kamu di dapur. Nggak takut salah seduh?”

Reza terkekeh kecil. “Ya… mungkin aja salah. Tapi kali ini niatnya nggak salah.”

Ziva mengangkat alis, lalu duduk di kursi dekat meja makan. Melepas napas panjang, dia memijat
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 45

    Pintu apartemen terbuka. Reza masuk dengan wajah cemas, langkahnya cepat. Begitu melihat Ziva duduk di sofa, ia langsung berhenti. Wanita itu hanya duduk diam, tubuhnya tegak, tatapannya kosong menatap ke arah kontrak pernikahan yang terbuka di meja.Matanya masih sembab, pipinya masih basah oleh sisa tangis.“Ziv…” suara Reza parau, lirih. Ia melangkah mendekat.Ziva tidak menoleh. Tidak bicara. Hanya duduk diam, seolah kehadirannya bahkan tidak ada.Reza berjongkok di depannya, menatap wajah istrinya yang pucat. “Tolong, jangan kayak gini. Aku… aku tahu aku salah. Aku seharusnya jelasin tadi. Aku seharusnya nggak diam.”Ziva masih diam. Matanya berkaca-kaca, tapi ia tak menjawab.Reza menggenggam tangannya, tapi Ziva menariknya perlahan, menolak. Itu membuat Reza semakin panik. “Aku nggak punya maksud nyakitin kamu. Aku cuma… aku bingung, Ziv. Aku takut kalau aku ngomong, kamu makin sakit. Aku takut kehilangan kamu!”Nafas Reza memburu, suaranya meninggi karena panik. “Aku nggak ada

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 44

    “Aku benar-benar nggak salah lihat, kan?” suara Ziva lirih, gemetar. “Kamu beneran di sini, Reza. Sama dia.”Reza buru-buru melangkah setengah maju. “Ziv, tolong, aku bisa jelaskan—”“Jelaskan apa?” Ziva memotong cepat, suaranya meninggi. “Kamu pikir ada penjelasan logis untuk pemandangan ini?Tatapannya beralih tajam ke Alisya.“Kamu masih belum puas, Lis? Setelah semua yang terjadi, kamu masih juga berdiri di sini, tepat di samping suamiku?”Alisya tersenyum miring, suaranya datar tapi penuh sindiran.“Kenapa? Jalan sama teman lama aja nggak boleh? Atau kamu takut karena tahu Reza lebih nyaman sama aku daripada sama kamu?”Jantung Ziva seperti ditusuk. Ia melangkah setapak maju, menatap Alisya tajam. “Jaga bicaramu, Alisya. Jangan kira aku nggak ngerti permainanmu. Dari dulu kamu selalu begitu… manis di depan, tapi racun di belakang.”Alisya tertawa pelan. “Racun? Lucu sekali. Kalau memang aku racun, kenapa Reza masih mau ada di sini sama aku? Bukankah mestinya dia yang menjauh?”“

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 43

    Tiba-tiba, suara lembut terdengar dari arah pintu. “Ziva…?”Ziva hampir menjatuhkan buku itu dari tangannya. Ia menoleh kaget, dan matanya membelalak—ibunya sendiri sudah berdiri di ambang pintu ruang tamu. Ibu Ziva.“Ma…?” Ziva tercekat. Ia buru-buru menutup buku itu, panik. Tanpa berpikir panjang, ia menyelipkan buku hijau tua itu ke dalam tasnya, berusaha agar tidak terlihat mencurigakan.Ibu Ziva masuk sambil tersenyum lembut. “Kamu kok sendirian? Mama Indri lagi masak ya? Tadi Mama langsung disuruh masuk sama satpam, katanya kamu ada di sini.”Ziva tersenyum canggung, mencoba menutupi kepanikannya. “Iya, Ma… Mama Indri lagi di dapur. Aku tadi lagi lihat-lihat ruang tamu aja.”“Oh…” ibunya mengangguk sambil menepuk bahu Ziva, lalu duduk di sampingnya. “Kebetulan Mama juga kangen sama Mama Indri. Sekalian nyusul kamu ke sini.”Ziva mengangguk, tapi hatinya masih berdegup kencang. Tasnya ia rapatkan ke sisi tubuhnya, seolah menyembunyikan sesuatu yang tak boleh diketahui siapapun.D

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 42

    Hari Minggu mestinya jadi hari paling santai. Ziva bahkan sudah merencanakan banyak hal: sarapan bersama, belanja ke supermarket, lalu pulang dan nonton film sambil rebahan di sofa.Namun pagi itu, rencana hancur begitu saja.Reza berdiri di depan lemari, memilih kemeja dan jas rapi. Wajahnya tampak dingin, meski ia berusaha tersenyum.“Aku ada urusan, jangan tunggu aku makan siang.”Ziva yang masih memegang cangkir kopi terdiam sejenak. “Hari Minggu juga ada urusan? Urusan apa sih?” tanyanya, mencoba terdengar santai.“Ada yang mendesak. Bisnis.” jawab Reza singkat. Ia tidak menatap Ziva terlalu lama, seperti sengaja menghindari.Ziva mengangguk pelan, lalu pura-pura tersenyum. “Yaudah, hati-hati. Jangan kerja terus, nanti aku saingi bisnis kamu pake toko kue deh,” candanya, meski hatinya terasa berat.Reza hanya menghela napas kecil, lalu pergi begitu saja.Padahal, kenyataannya bukan urusan bisnis. Begitu keluar dari apartemen, Reza langsung menyalakan ponselnya. Ada belasan pesan

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 41

    Ziva menggeleng cepat. “Bukan begitu. Memang benar aku ke pameran, Dio kebetulan ada di sana. Dia… ya, dia ikut nemenin karena—”Reza mengangkat tangan, menghentikan penjelasan itu. “Karena aku nggak bisa nemenin kamu?”Ziva terdiam. Hatinya mencelos.Reza tertawa pendek, getir. “Jadi setiap kali aku sibuk, orang lain yang ngisi posisi aku? Itu maksudmu?”“Reza, jangan gitu…” Ziva mendekat, suaranya lirih. “Aku nggak pernah mikirin Dio seperti itu. Aku cuma… aku cuma mau lihat pameran, dan aku pikir nggak ada salahnya kalau ditemenin—”“—oleh laki-laki lain,” potong Reza cepat. Tatapannya menusuk. “Kamu sadar nggak, Ziva? Foto ini bisa ditafsir macem-macem. Kalau orang luar lihat, mereka bakal pikir kamu selingkuh. Istriku selingkuh.”Kata-kata itu membuat wajah Ziva memanas. Ia menggigit bibir, menahan rasa sakit sekaligus malu.Ketegangan makin memuncak.Tiba-tiba… Tring! Tring!Suara dering ponsel memecah atmosfer. Reza spontan melirik layar. Dalam sepersekian detik, wajahnya beru

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 40

    Setelah lebih dari satu jam berkeliling, Ziva menyadari sesuatu—waktu terasa lebih cepat saat ia ditemani. Ia tertawa lebih sering, dan sesekali melupakan kekecewaan terhadap Reza. Namun, begitu langkahnya melambat di depan lukisan terakhir, rasa itu kembali menyelinap.Seharusnya di momen ini, suaminya yang berdiri di sampingnya. Bukan Dio.Dio seakan bisa membaca pikirannya. “Ziv,” panggilnya pelan.“Hm?”“Kamu nggak apa-apa? Dari tadi aku lihat kamu ketawa, tapi… matamu kadang keliatan sendu.”Ziva tersenyum tipis, lalu menggeleng. “Aku baik-baik aja. Cuma… mungkin agak capek.”Dio mengangguk, tak ingin memaksa. “Kalau gitu, mau aku antar ke rumah sakit nanti?”“Tidak usah, Dio. Aku bisa kesana sendiri.” Ziva buru-buru menolak. Ia tahu kalau menerima tawaran itu, hatinya bisa semakin bimbang.Dio menatapnya sejenak, lalu hanya tersenyum. “Baiklah. Tapi aku tetep jalan bareng sampai keluar gedung, oke?”Ziva akhirnya mengangguk. Meski ia menolak, ia tidak bisa menyangkal bahwa kehad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status