Share

Bab 8c

“Sudah aku bilang, buang kartu nama Desti!”

Padahal ini nggak ada sangkut pautnya dengan kartunama Desti, karena Desti memanggilku dan kami bertemu usai pertemuan siang tadi.

Terlihat jelas wajah Rizal yang memerah, meski kami hanya tersorot lampu jalan.

Langkahku pun ikut terhenti. Aku tak berani menatapnya. memoriku seolah berputar kembali.

"Ck. Sudah lah. Ayo kita makan." Rizal terlihat berusaha menguasai diri. Mungkin dia takut kalau-kalau aku trauma melihatnya seperti itu. Atau, dia ingin membuktikan ucapan Nadia, kalau dia sudah berubah dan minta maaf?

"Kamu nggak papa, makan di pinggir jalan?" tanyaku saat dia mengajakku sedikit berjalan untuk membaca menu-menu di tenda.

Aku yakin, dia tak kunjung memilih, mungkin karena belum sreg dengan menunya, atau lokasinya.

"Kamu ngomong apa, sih. Aku bisa makan dimana saja, Ratih."

Ingin aku mengatakan, kalau mungkin tidak higienis, mana tahu, istrinya selama ini mengaturnya dan menerapkan pola hidup sehat, lantas dia harus makan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
siti alawiyah
sedikit amat
goodnovel comment avatar
Rehna Lianta
terlalu singkat untuk poin yg begitu banyak. ......
goodnovel comment avatar
siti akbar
aih dikit sekali thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status