Dinar masih terpaku dengan gadis ikan tadi, "hm..ternyata masih banyak kejutan ditempat ini" ungkap dinar sambil tersenyum.
Dirumah, raccel yang bangun sudah hampir siang mencari dinar kekamarnya dan dia tidak menemukannya, mencari kemana-mana tapi dia tidak menemukan dinar, dia berlari keluar dan menemukan edward yang sedang membersihkan mobil.
"edward, apa kamu melihat dinar? dari tadi aku tidak menemukannya dimana-mana" tanya raccel dengan cemas.
"oh..tenang saja, tuan muda tadi katanya ingin berjalan-jalan dikota"
"apa? dia sendirian?" tanya raccel bertambah cemas
"iya, tidak apa-apa nona aku akan menjemputnya sekarang" jawab edward sambil tersenyum manis
"baiklah, tolong bawa dia pulang dengan cepat"
Edward memasuki mobil dan melajukan mobilnya dengan cepat, dia senang jika berbicara lebih lama dengan raccel, dan dia agak sedikit cemburu jika raccel mulai mencemaskan dinar.
Dinar yang masih terduduk ditempat tadi ber
Dinar tidur dengan cepat hari itu dan bangun pagi-pagi sekali, dia pergi ketaman belakang dan mengambil beberapa tangkai mawar merah, dia berniat mengunjungi lunar hari ini, dan lebih pagi agar lunar bisa lebih lama berada didaratan. Dia akan membawakan lunar mawar-mawar yang indah itu. Dan menuju halaman depan untuk membangunkan edward dan minta anatar padanya kekota."tuan, kenapa anda bangun pago sekali?" tamya edward penasaran,"aku ingin kekota sebentar, aku ingim bertemu seseorang" jawab dinar sambil tersenyum, edward melihat ketangan kanan dinar terlihat dia sedang memegang beberapa tangkai mawar, dan dia tau kalau mungkin dinar akan bertemu seorang gadis, edward sungguh sangat tenang melihat itu.karena dengan begitu dia tetap bisa mencintai raccel diam-diam tanpa dicinti orang lain juga.Edward mulai menjalankan mobilnya dan sesekali melihat dinar dikaca, sungguh sangat ceria dia hari ini, dia pasti sedang jatuh cinta, fikir edward."tuan, k
Dinar menatap wajah lunar sesaat sebelum lumar masuk kelaut lagi, dia berjanji akan menemui lunar setiap pagi, tentu saja dengan membawakan beberapa tangkai mawar untuknya."sampai bertemu lagi"ucap lunar,"aku akan kembali besok" lanjut dinar. Dan meteka berpisah saat itu juga, dinar berbalik dengan semua rasa penasaran diotak nya. Tentu saja edward sudah menunggu. Semoga saja raccel belum bangun."tuan, hari ini kakek pulang, sebaiknya kita langsung penjemputnya kepelabuhan" ucap edward."oh ya..baiklah, aku juga sangat merindukan kakek" jawab dinar senang.Mereka menuju pelabuhan yang sangat sederhana itu, benar saja tak lama mereka menunggu kakek tampak berjalan dengan seseorang yang belum dikenalnya."selamat datang kembali kakek" ucap dinar"terimakasih cucuku sayang, bagaimana kabarmu?" tanya kakek."aku baik kek, kakek bagaimana?, apa perjalanannya menyemangkan?" ucap dinar."ya sangat menyenang
Kakek memandangi keluar dan tertuju kepada bebatuan tempat dimana dinar bertemu lunar. Dia seakan tau sesuatu, dan melihat wajah sendu kakek seketika."kakek kenapa?, apa tidak enak badan?" tanga dinar pada kakek,"tidak ada apa-apa, kakek hanya lelah saja, kamu jangan cemas kakek akan beristirahat" ungkap kakek sambil menepuk bahu dinar dan pergi meninggalkan kamar. Melihat taut wajah kakek, dia tau kakek sedang memikirkan sesuatu, tapi apakah itu? Apa benar ayahnya yang dikenal lunar dulu? Apakah brama ayahnya yang dimaksud lunar yang sudah mengkhianatinya? Semua pertanyaan ini berkecamuk difikiran dinar, dia memandangi kembali kepantai, matahari mulai terbenam dan lampu-lampu dibawah sana sangat indah terlihat, dan juga lampu kapal nelayan yang juga terlihat. Dinar selalu menatap kearah mereka biasanya duduk, dia berharap bukan ayahnya yang mengkhianati lunar, dan berusaha melupakan nama itu. Dia tidak ingin lunar tau kalau brama itu adalah ayahnya.Dinar ber
"tok tok tok" suara ketukan pintu terdengar dari pintu kamar dinar, yang mengagetkannya dam langsung duduk dengan cepat. Dia melihat jamnya, ternyata sudah pukul 9 pagi."yaah, sudah sangat telat untuk pergi menemui lunar" keluh dinar dalam hati, dnegan cepat bangkit dan membukakan pintu kamarnya."kakek menyuruhku mengantarkan sarapan ini untukmu" ucap raccel sambil menyodorkan roti sandwich dan teh hangat untuk dinar."kamu tidak perlu repot-repot, aku telat bangun hari ini" jawab dinar, "ayo masuk dulu, temani aku sarapan" sambung dinar pada raccel yang berdiri mematung tidak banyak bicara. Raccel masuk kekamar itu dan melihat kearah balkon yang masih dengan pintu tertutup. Raccel membukanya dan menghirup udar laut yang sangat disukainya."aku sudah dari dulu minta kamar ini pada kakek tetapi tidak dikasih, ternyata kamar ini jauh lebih indah dari kamarku" ucap raccel dengan wajah cemberutnya."ah, apa kamu mau bertukar kamar d
Dinar duduk dan mengunci pintu kamarnya selepas raccel keluar dari kamarnya. Dia melihat ke lemari tua yang kemarin dia buka, dinar mengambil kunci dibelakang lemari dan membuka lemari itu. Dinar langsung melihat kotak kecil kemarin membawanya keatas tempat tidur dan membukanya lagi. Sungguh banyak mutiara warna warni disana, dan dia penasaran dengan kerang yang berbentuk menyerupai terompet itu.Dinar pelan meniupnya, tapi tidak bisa mengeluarkan suara. "ah ini pasti cuma hiasan saja" ucap dinar dalam hatinya. Dan meletakkan kerang itu kembali, dia melihat sati persatu mutiara itu, dia ingat mutiara-mutiara itu sangat mirip dengan perhiasan yang dipakai kunar tempo hari. Dia mengambil tali dan merangkai butiran mutiara itu dan berniat untuk memberikannya nanti pada raccel, pasti raccel akan menyukai itu apalagi dia yang membuatnya sendiri, mengingat lunar sudah mempunyai kalung seperti itu dinar akan membuatkan ini untuk raccel saja.Dia, merangkai mutiara-mutiara ind
Hari ini sangat membahagiakan bagi raccel, dia seperti mendapat jawaban dari hatinya, hari itu raccel masih melihat kalung mutiara yang diberikan dinar untuknya. Dia sangat senang sehingga tidak henti-hentinya tersenyum.Dikamar dinar sibuk memikirkan lunar, sehari ini tak bertemu rasanya sangat rindu, dan besok dia akan kepantai menemui lunar, diluar terdengar suara memanggil dinar bergegas membuka pintu kamar, rupanya paman bima."dinar, kamu sedang apa?""oh paman, mari masuk" sambil mempersilahkan paman bima masuk dan menyiapkan tempat duduk untuk mereka di balkon."baiklah...paman besok akan pulang, apa kamu mau ikut paman?" ungkapnya."lain kali saja paman, nanti aku akan berkunjung kesana, kenapa paman pulang cepat sekali?" lanjut dinar"paman tidak bisa berlama-lama, banyak urusan yang harus paman kerjakan" ucap dinar.Dinar melihat tubuh tinggi tegap itu sangat membayangkan ayahnya yang pasti juga mirip dengan pamannya
Pagi ini dinar bangun cepat sekali, dia pergi kehalaman belakang dan memetik beberapa tangkai bunga mawar dan menuju teras depan rumahnya, dia mencari-cari keberadaan edward yang ternyata sedang ketoilet,"ada apa tuan pagi-pagi sekali" tanya edward sambil berlari terbur-buru saat tau dinar mencarinya."aku ingin kepantaI, bisakah kau mengantarku?" tanya dinar memelankan suaranya, "tapi kamu jangaj bilang siapa-siapa dan jemput aku sebelum semuanya bangun"Edward mengangguk dan cepat-cepat menyalakan mobilnya, dia enggan untuk bertanya lagi apa yang dilakukan dinar sepagi ini dipantai dengan membawa bunga mawar, dia menyingkirkan rasa penasarannya itu dan fokus melajukan mobilnya kearah pantai, tapi seperti biasa dia hanya mengantarkan sebatas maduk kota saja, dan akan menunggu dinar lagi disitu beberapa jam lagiDinar berjalan sambil menikmati udara pagi yang sejuk, dari jauh dia berharap melihat lunar sudah disana ternyata bukan, dia tidak melihat
Pagi ini terasa begitu banyak rahasia yang harus diungkap dinar terkait ayahnya, dia harus menebus kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat ayahnya pada lunar, dan dia tidak ingin lunar mengetahui hal itu. Dan masalah anak lunar dia tidak mempermasalahkan itu, dia tetu saja akan mencari anaknya yang kemungkinan besar masih hidup, lunar tidak ingin bicara banyak tentang anaknya ini. "bagaimana? apakah kamu sudah tenang?" ucap dinar sambil melepaskan pelukaannya dari lunar, "ya, aku sudah jauh lebih baik, terimaksih sudah mengerti denganku, kuharap aku tidak salah mengenalmu" ungkap lunar menatap dinar dengan harapan yang sangat besar. Meski mereka berbeda, itu tidak melunturkan dan menjadi penghalang untuk keduanya saling mencinta, bahkan dinar berniat membuatkan rumah untuk mereka nanti yang dekat dengan pantai dan jauh dari rumahnya diperbukitan itu. dia tidak ingin lunar tau orang yang menyakitinya itu adalah ayahnya sendiri, dan dia berharap tidak me