Share

6. Gila Lantaran Harta

Author: Viaaf04
last update Last Updated: 2025-06-12 14:46:30

Karena banyak warga yang mendengar pertengkaran Mas Viki dan Mina kemarin, berita perselingkuhan Bik Diah tersebar dengan cepat. Saat ini mereka tengah disidang oleh Pak Imron, sayangnya hanya ada Mina dan Bik Diah, sementara Mas Viki sudah melarikan diri entah kemana.

"Itu semua karena lelaki be-jat itu, Pak, dia merayu saya lebih dulu!" Bik Diah berteriak kesetanan.

Aku rasanya ingin tertawa kencang, kemarin-kemarin saja Bik Diah membela menantunya setengah mati.

"Saya percaya sama Ibu, ini pasti murni Mas Viki yang merayu, soalnya dia memang mata keranjang, sebagai istri saya kenal dia luar-dalam, Pak." Mina turut menimpali.

"Kalau memang kejadiannya seperti yang Kalian katakan, itu berarti Viki memang terbiasa melakukan hal-hal tidak senonoh. Dari sini kita bisa tahu kalau kejadian dengan Nirma pasti dalangnya si Viki." Pak Imron berkata dengan geraman rendah.

"Iya, Buk Diah dan Mina sudah menuduh yang bukan-bukan sama Nirma, ternyata yang

ba-jingan itu Viki!"

Salah satu warga yang ikut menyaksikan Bik Diah disidang bersuara, diikuti anggukan dari semua orang.

"Minta maaf sama Buk Tami dan Nirma!"

"Iya, minta maaf sana, Buk Diah."

Bik Diah dan Mina terlihat enggan, tapi karena didesak semua orang, mereka akhirnya bersuara.

"Maafkan saya, Nirma," ujar Bik Diah.

"Sampaikan maaf sama Buk Tami juga."

Kata-kata Mina terdengar tulus, tapi ekspresi wajahnya terlihat bengis.

Awalnya Bik Diah akan diusir oleh warga, karena mau beralasan apa pun, yang telah dia dan Mas Viki lakukan itu termasuk zina dan sangat tercela, tapi wanita itu mohon-mohon dan berjanji tak akan pernah mengulangi perbuatan yang sama.

Akhirnya setelah berbagai macam pertimbangan, Bik Diah tak jadi diusir, tapi cerita perselingkuhannya dengan Mas Viki jadi topik terhangat di kampung. Mereka menjadi bahan gunjingan semua orang.

***

Cerita perselingkuhan Bik Diah dan Mas Viki baru mereda beberapa hari, tapi sekarang warga sudah berkumpul lagi di rumah Bik Diah.

Di siang hari yang terik, ada rentenir yang datang menagih, para pria bersetelan hitam-hitam dan bertato seperti preman itu marah-marah pada Mina sambil menyeret Mas Viki yang sudah babak belur.

"Elo Minawati, kan? Bayar utang laki elo, udah jatuh tempo, tahu!"

Salah satu rentenir yang bertubuh paling besar melempar tubuh Mas Viki hingga membentur kursi, membuatku yang melihat dari jauh meringis, pasti sakit sekali.

Mina menjerit dan menghindar dari tubuh babak belur Mas Viki, seolah ia jijik jika dekat-dekat dengan suaminya sendiri.

"Yang ngutang kan dia bukan aku, minta saja sama dia!" teriak Mina berang.

Wajah cantik Mina sudah tak terlihat lagi, cekungan di matanya makin dalam dan tulang pipinya menonjol. Dalam beberapa hari, wanita yang seumuran denganku itu berubah drastis, ia terlihat jauh lebih tua dari usianya

"Elo juga ikutan ngutang, ya!"

"Timbang uang lima juta saja sampai ribut-ribut, akan aku lunasi hari ini juga!" Mina berdecih keras.

"Lima juta kata elo? Utang kalian lima puluh juta!"

"Apa?" Mina dan Bik Diah berteriak serempak.

Lima puluh juta? Aku juga terkejut, pantan kalau selama ini hidup Mina sangat hedon, ternyata mereka berhutang sangat banyak.

"Lima puluh juta belom termasuk bunganya!" Rentenir itu berkata sambil menyeringai.

"Kamu berhutang lima puluh juta buat apa, Mas? Buat bayar wanita selingkuhanmu, iya?!" teriak Mina sambil menendang tubuh Mas Viki yang hanya bisa merintih pelan.

"Jangan lupa kalau Kamu juga ikut menikmati uangnya, Mina. Kalian pikir uang untuk beli pakaian baru dan emas-emasan itu dari mana, ha? Itu hasil ngutang!" teriak Mas Viki.

"Direktur kok terlilit hutang," celetuk salah satu warga.

"Direktur? Si Viki ini direktur? Dia ngimpi kali! Dia itu cuma sopir!" Rentenir itu berkata keras diikuti tawa teman-temannya.

Ternyata dugaan ibu-ibu di sawah itu benar.

"Pokoknya gue kagak mau tahu, hari ini hutang kalian sudah harus lunas. Sini mana uangnya!"

"Enggak ada, Bang, aku enggak punya uang sebanyak itu!"

"Alaaah, geledah aja rumahnya, pasti ada barang-barang berharga!"

"Jangaaaaan! Jangan sekali-kali Kalian melangkah ke rumah saya, pergi sana!"

Para rentenir tak mengindahkan teriakan Bik Diah.

"Apa yang Kalian para warga lakukan, toloooong ... tolong saya menghentikan mereka." Bik Diah berteriak panik dan berusaha menghentikan pria-pria besar itu menjarah seisi rumahnya.

"Kenapa Kalian cuma menonton, bantu saya menghentikan mereka!" Bik Diah membentak warga, tapi warga tak ada yang berani menolong saat melihat parahnya luka di sekujur tubuh Mas Viki.

Para rentenir itu akhirnya pergi setelah mereka mengangkut barang-barang seperti motor, kulkas, tv, dan lain-lain. Katanya mereka juga membawa pergi sertifikat sawah Bik Diah, membuat wanita itu hanya bisa duduk termenung dengan air mata dan rambut awut-awutan, persis seperti orang gila. Tak jauh dari Bik Diah, terlihat Mina dan Mas Viki yang juga tengah bertengkar.

Para warga tak ada yang melerai dan memilih bubar, aku juga memilih masuk ke dalam rumah dan menceritakan semua yang terjadi pada ibu.

"Itulah, Nak, hati-hati dalam bertindak dan berucap, sebab kita ndak tahu balasan seperti apa yang akan Allah turunkan untuk orang-orang dzolim. Kekuatan do'a orang yang terdzolimi itu ndak main-main."

Ah, Ibu, beliau adalah wanita terbaik yang sangat aku syukuri keberadaannya, insyaallah di bawah asuhan Ibu, Romi dan aku tak akan takut salah langkah.

***

Beberapa hari setelah kejadian rentenir itu, Bik Diah ternyata menjadi gila betulan. Itu karena sawah yang ia miliki sudah dijual semuanya untuk bayar hutang. Wanita itu sekarang keliling kampung dengan rambut acak-acakan dan selalu tertawa riang, mengoceh kalau ia adalah orang paling kaya.

"Menantuku adalah direktur, sawahku banyak, mobil tinggal dipilih, hahahaha, aku kaya, kaaaaya."

Bik Diah ke mana-mana selalu mengucapkan kata-kata itu, tapi ada beberapa saat ketika ia menangis dan meratapi sawahnya yang sudah habis terjual.

Untungnya Bik Diah tak membahayakan warga dengan memukul atau menyerang orang tiba-tiba, ia hanya berkeliling dan terus bercerita kalau ia kaya raya. Aku berpapasan dengannya di jalan menuju sawah dan saat bicara mulutnya bau sekali.

Astagfirullahaladzim, masih di dunia tapi mulutnya sudah sangat bau.

"Dek Nirma."

Saat masih asik mengingat Bik Diah, tiba-tiba sebuah suara menyapaku. Ternyata dia adalah Farhan.

"Iya, Han?" kataku.

"Kamu beneran ndak mau nerima aku jadi suamimu, ya."

"Maaf, Farhan, aku ndak bisa."

Tiba-tiba Farhan mencengkeram lenganku kuat.

"Tolong aku, Nirma, menikahlah denganku!"

"Kamu ini kenapa, sih?" bentakku.

Kelakuan Farhan sangat tidak jelas, masa maksa-maksa buat nikah di tengah jalan, mana di siang bolong lagi.

"Lepas!"

"Ndak akan, sebelum Kamu setuju untuk menikahiku. Aku akan dijodohkan dengan Nurlela kalau ndak bisa menikah sama Kamu, Nirma, tolong aku kali ini saja!"

"Lah apa hubungannya sama aku?"

"Keluargaku terlilit hutang, kita harus menikah supaya Kamu bisa bantu keluargaku melunasi hutang tersebut. Nih ya, aku juga sebenarnya ndak mau sama perawan tua kayak Kamu, tapi aku terpaksa, nanti kalau masalah sudah selesai kan kita bisa cerai, kemudian aku akan menikahi Ayunda yang cantik jelita itu!"

Edan! Stres!

"Ndak ada otak Kamu!"

Aku melarikan diri setelah menendang betis Farhan dengan kuat. Enak saja mau menjadikan aku ban serep dan pelunas hutang keluarganya.

Saking kesalnya sama Farhan, aku menendang beberapa kerikil di jalan untuk melampiaskan amarah, sampai-sampai sendalku putus.

"Walaaah, kok bisa putus, sih, ini semua gara-gara lelaki ndak tahu malu itu, dasar ndak guna!"

Aku melempar sendal putus itu dengan marah, tiba-tiba terdengar suara mengaduh yang tak jauh, sepertinya orang itu terkena lemparan sendal putusku.

"Arghh, siapa yang melempar sendal butut ini?!"

Mampus aku, pria yang tak sengaja terkena lemparan sendal itu sepertinya marah, mana dia terlihat seram lagi.

"Heh, sini Kamu!"

Gawaaaat!

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DINIKAHI PRIA KAYA DARI KOTA   11. Nikah Siri

    "Apa?!"Yang barusan berteriak itu adalah Mina dan Buk Susi. Kengerian terpatri dengan jelas di wajah mereka."Saya ndak setuju, Pak Imron, saya ndak sudi kalau harus menampung Mina dan Buk Diah yang gila dan ... dan ... tak punya harta benda lagi ... a-anu ... maksud saya, Pak Imron kan tahu bagaimana kondisi keluarga kami. Akan jadi seperti apa keluarga kami di masa depan?""Aku juga ndak sudi kalau harus menikah dengan anakmu dan menjadi satu keluarga dengan Kalian, cuih!""Hihihihi, hore-horeeeee berantem."Buk Susi, Mina, dan Bik Diah bersahut-sahutan."Sekarang baru terpikir akibat dari perbuatan buruk Kalian, kan? Waktu merencanakan semua ini, apa pernah terlintas di pikiran Kalian bagaimana masa depan orang tak bersalah yang Kalian coba jebak?" Buk Nuri yang sedari tadi hanya diam menyimak pun angkat suara. Beliau berkata parau dan matanya terlihat berkaca-kaca, beliau mungkin teringat akan almarhumah putrinya, Sari Yuliati, yang meninggal sepuluh tahun silam.."Seorang pemuda

  • DINIKAHI PRIA KAYA DARI KOTA   10. Cacat di Rencana

    "Diaaaam! Semua ini gara-gara ibumu yang gila itu! Semua rencana kita gagal total karena dia!""Rencana?"Nada dingin tersebut membuat Farhan langsung membeku.Mau tak mau aku menoleh ke asal suara, di sana kulihat Edward tengah menatap Farhan seperti seorang jenderal yang akan mengeksekusi musuh di medan perang."Rencana apa? Jelaskan!" Edward menuntut."Kamu jelaskan, beberapa waktu lalu juga aku sempat mendengarmu merencanakan sesuatu dengan Mina, kan?" Aku juga turut menekan Farhan supaya menjelaskan.Aku merasakan firasat yang kuat kalau 'rencana' yang dibicarakan Farhan dan Mina itulah dalang di balik petaka yang menimpaku ini."Lanjutkan penjelasannya, rencana apa yang Kalian maksud?" tanya Pak Imron begitu melihat Farhan masih diam membatu.Aku geram sekali saat melihat Farhan duduk diam tak bersuara, beberapa waktu lalu ia seperti singa yang mengaum ganas dan siap menyerang siapa saja, sekarang ia terlihat seperti kura-kura mengkerut yang bersembunyi di dalam cangkangnya sepe

  • DINIKAHI PRIA KAYA DARI KOTA   9. Penggerebekan

    Allah tahu bagaimana aku berjuang melepaskan diri dari Edward. Allah tahu kalau aku berusaha sekuat tenaga melawan pria itu. Allah pasti tahu kalau aku telah sedaya upaya melakukan perlawanan padanya. Aku menendang, mencakar dan menggigit sebisanya. Semua bekas perlawananku tercetak jelas di tubuh tak berbusana pria itu. Adapun Edward yang beberapa saat lalu terlihat seperti binatang buas hilang kendali, sekarang akhirnya tersadar setelah naf-sunya terpenuhi. Aku beringsut ke sudut pabrik baru ini, sebisa mungkin menjangkau semua pakaian untuk menutupi badan yang tak pernah terlihat oleh lelaki mana pun sejak aku akil baligh. Kupasang satu per satu pakaian itu sambil menata perasaan campur aduk yang bergelora di hati: marah, malu, sedih, terhina. Semuanya campur aduk. Air mataku berlomba-lomba turun, semua perasaan gelisah itu sudah tak bisa kutahan lagi. Akan bilang apa aku pada Ibu nanti? Bagaimana perasaan wanita itu kalau tahu anak gadisnya sudah tak suci lagi? Akan seremu

  • DINIKAHI PRIA KAYA DARI KOTA   8. Malam Nahas

    Setelah beberapa hari yang damai dan tenteram, kampungku ternyata ribut lagi. Usut punya usut, ternyata tujuan Edward datang ke kampung adalah untuk membangun pabrik plastik di bekas sawah Bik Diah.Edward sudah tiga hari ini tinggal di rumah Pak Imron, dia menginap di sana lantaran tak ada kos-kosan di kampung, maklumlah karena kampungku masih termasuk daerah terpencil.Edward rupanya ingin segera membangun pabrik dan mendatangkan bahan konstruksi, tapi niatnya terhalang karena ada warga yang protes.Para warga yang sawahnya berdekatan dengan bekas sawah Bik Diah tak setuju kalau akan dibangun pabrik di sana. Meskipun tanah itu sudah dibeli oleh Edward dan resmi pindah tangan padanya, tapi warga tetap melarang, mereka khawatir kalau limbah pabrik nantinya akan mencemari sawah mereka dan mempengaruhi hasil panen.Informasi di atas aku dapatkan dari Pak Imron."Bukannya kami melarang, Nak Edward, karena sejatinya kan tanah itu sudah jadi milik Kamu, jadi terserah Kamu mau dibangun apa

  • DINIKAHI PRIA KAYA DARI KOTA   7. Pria Bule dari Kota

    "Heh, sini Kamu!"Aku sudah akan kabur, tapi urung sebab melihat kecepatan lari lelaki itu. Kalau pun aku memilih langsung lari, pasti akan terkejar."Ini sendal punya Kamu, kan?" tanya lelaki tinggi itu.Kalau tak sedang takut padanya, aku pasti akan mengagumi dan memberikan nilai sepuluh untuk penampilannya. Bagaimana tidak, lelaki tersebut tinggi, mancung, putih, dan memiliki mata biru cerah dan wajahnya dibingkai dengan rambut pirang berkilau."Gantengnya, kayak orang bule," lirihku."Hei, ditanya malah melamun, udik Kamu ya, enggak pernah liat orang ganteng apa!"Ish, walaupun dia ganteng, tapi kata-katanya kasar. Aku menarik semua pujianku padanya, percuma ganteng kalau minus tata krama."Ini sendal punya Kamu, kan?" tanya lelaki itu lagi."Iya.""Tanggung jawab, lihat dahi saya, nih!"Dahi pria itu memang merah dan tertutup sedikit lumpur akibat sendalku."Aku ndak sengaja, Om."Kupanggil ia dengan sebutan Om sebab pakaiannya terlihat mewah seperti om-om pengusaha yang ada di t

  • DINIKAHI PRIA KAYA DARI KOTA   6. Gila Lantaran Harta

    Karena banyak warga yang mendengar pertengkaran Mas Viki dan Mina kemarin, berita perselingkuhan Bik Diah tersebar dengan cepat. Saat ini mereka tengah disidang oleh Pak Imron, sayangnya hanya ada Mina dan Bik Diah, sementara Mas Viki sudah melarikan diri entah kemana."Itu semua karena lelaki be-jat itu, Pak, dia merayu saya lebih dulu!" Bik Diah berteriak kesetanan.Aku rasanya ingin tertawa kencang, kemarin-kemarin saja Bik Diah membela menantunya setengah mati."Saya percaya sama Ibu, ini pasti murni Mas Viki yang merayu, soalnya dia memang mata keranjang, sebagai istri saya kenal dia luar-dalam, Pak." Mina turut menimpali."Kalau memang kejadiannya seperti yang Kalian katakan, itu berarti Viki memang terbiasa melakukan hal-hal tidak senonoh. Dari sini kita bisa tahu kalau kejadian dengan Nirma pasti dalangnya si Viki." Pak Imron berkata dengan geraman rendah."Iya, Buk Diah dan Mina sudah menuduh yang bukan-bukan sama Nirma, ternyata yangba-jingan itu Viki!"Salah satu warga yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status