Home / Romansa / DIRTY ROMANCE / SURAT PERJANJIAN

Share

SURAT PERJANJIAN

Author: Kumara
last update Last Updated: 2021-06-17 09:30:25

"Pak? Gimana?" Bunda Mika membuyarkan Janu dari lamunannya yang sempat membuatnya hilang dari situasi nyata di depan matanya.

"Ah ..., maaf, Bu. Saya kaget dapat permintaan mendadak seperti itu." Janu menggaruk tengkuknya yang tak gatal sebenarnya.

Sambil menahan rasa malu, Mika menepuk tangan ibunya. "Bunda apa-apaan sih? Kesannya kayak menjual aku aja," protesnya.

"Bunda cuma mau yang terbaik buat kamu, Mika. Mana tau ..., Pak Janu bersedia. Kecuali Pak Janu sudah punya pacar atau bahkan calon istri ..."

Janu langsung menggoyangkan tangan di depan mukanya. "Oh, nggak ada, Bu. Nggak ada."

"Kalau gitu ..., harusnya nggak ada masalah dong, Pak?" Bunda terdengar mendesak.

"Saya pikir soal ini lebih dari sekedar mau atau nggak, Bu. Menikah kan bukan persoalan gampang." Janu tersenyum kecut.

Sebelum bundanya kembali membicarakan hal yang tak masuk akal, Mika langsung bersuara kembali, "Ya sudahlah ya, Pak! Kan saya juga nggak ada niat untuk kuliah. Lebih baik obrolannya sampai sini aja. Saya akan cari cara juga supaya saya nggak menikah."

Situasi berubah menjadi super canggung. Janu sampai kesulitan untuk pamit. "Niat Ibu nanti bisa saya pikirkan dulu, tapi harapan saya tetap sama. Saya mau Mika melanjutkab studinya. Jangan dibiarkab gitu aja. Sayang." Janu menatap Bunda dengan mata memohon.

Sebelum pamit, Janu menyalamkan beberapa lembar uang kertas berwarna merah kepada Bunda. Tanpa malu, Bunda menerima pemberian Janu, meskipun Mika mencoba untuk menghalangi.

"Ayo, Pak. Saya antar sampai depan gang." Mika tetap kukuh berusaha untuk membuat Janu segera pulang.

Makin lama di rumahnya, tingkah Bunda cuma akan menjadi-jadi.

***

"Boleh Bapak tanya, apa kamu benar-benar nggak punya keinginan untuk kuliah?" Janu bertanya saat dia dan Mika berjalan menuju persimpangan gang rumah Mika. Mobil Janu terpaksa diparkir di halaman salah satu ruko yang berada di depan gang.

Air muka Mika sedikit berubah. Dia bingung mesti jujur atau menutupi perasaannya sendiri.

"Kalau kamu nggak mau jawab nggak apa-apa, Bapak nggak akan maksa." Janu menambah.

"Kalau hati saya ..., saya pingin lanjut, Pak," aku Mika malu-malu.

"Boleh tau jurusan apa yang kamu minati? Kamu mau jadi apa di masa depan?"

Mika mengulum senyum ragu-ragu. "Pengacara ... atau jaksa," jawabnya pelan.

Janu terperangah. Ini pertama kali dia mengetahui impian Mika. Selama ini dia kira Mika minat dengan bidang sains.

"Kamu mau masuk bidang hukum ..., tapi ambil Ilmu Pengetahuan Alam?"

Mika mengangguk setengah tersipu. "Saya pilih IPA karena saya pikir kesempatannya lebih banyak, Pak. Tapi ... kalau untuk karier, saya pingin banget kerja di bidang hukum." Tiba-tiba wajah Mika murung.

Langkah keduanya makin melambat, untuk melewati beberapa meter saja rasanya butuh waktu sekian menit. "Sejak kecil ..., hidup saya hanya tentang ketidak-adilan. Kami selalu punya masalah dengan hukum. Semua itu karena kesalahan ayah saya. Rumah kami, dan apapun yang tersisa, bisa habis kapan aja. Bunda juga bisa dipenjara kapan aja. Karena itu saya pikir ..., saya harus paham hukum untuk bisa melindungi Bunda. Seenggaknya saya mau menjaga Bunda tetap aman, jauh dari orang-orang jahat yang mau menzolimi kami."

Sekali lagi Janu terperangah. Mungkin setelah tiga tahun mengenal Mika, ini pertama kali dia mendengar Mika bicara sebanyak ini. Dia bisa merasakan semangat Mika. Ketegaran sekaligus kelembutan yang jarang dia jumpai di diri anak-anak muda pada umumnya.

"Kamu harus kuliah kalau gitu. Kamu harus berhasil jadi pelindung buat bunda kamu." Janu berhenti melangkah.

Mika ikut berhenti. Mereka berhadap-hadapan. Agak kikuk. "Apa ... kamu mau menikah sama bapak-bapak itu? Yang mau menjadikan kamu istri ketiganya. Itu yang kamu mau?"

Kepala Mika langsung nenggeleng.

"Kalau gitu jangan. Jangan nikah sama dia. Bapak yang akan menikahi kamu."

Mata Mika terbelalak seketika. "Bapak jangan ngaco! Saya ... saya ..."

"Tenang," potong Janu cepat. "Bapak juga tau diri, kok. Kamu jangan salah paham. Bapak lakukan ini supaya kamu bisa lanjut kuliah. Dengan status sebagai suami, Bapak bisa membiayai kuliah kamu, juga biaya hidup kamu. Bundamu nggak akan cemas lagi. Tapi ini bukan nikah sungguhan."

"Hah?" Mika melongo.

Kedua tangan Janu memegang bahu Mika lembut. "Setelah kamu lulus, kita akan bercerai. Bapak lakukan ini supaya bundamu percaya. Dia pasti nggak akan tenang kalau kita nggak punya ikatan resmi. Setelah emoat tahun, kamu lulus. Kamu bisa kerja, melunasi utang kamu. Bahkan biaya kuliah pun boleh kamu kembalikan kalau kamu nggak nyaman itu jadi utang." Janu menjelaskan niatnya.

Mika masih melongo. Di matanya sendiri, Janu adalah sosok guru pendiam dan misterius. Dia hampir tak pernah terlihat berbaur dengan guru-guru yang lain. Ini juga kali pertama dia melihat Janu begitu gigih dengan niatnya, sorot matanya sungguh-sungguh.

Mengetahui ada seseorang yang rela berkorban sebegini besar demi pendidikannya, hati Mika tiba-tiba menghangat. Ayahnya bahkan tak pernah peduli dengan nilai yang dia peroleh. Sekolah atau tidak, ayahnya tidak peduli.

Lantas mengapa, Janu yang bisa dibilang merupakan orang asing dalam hidupnya sebegitu keras mengkhawatirkan pendidikannya?

"Gimana? Kamu mau? Kita bisa bikin surat perjanjian kalau kamu ragu. Bapak nggak akan ambil keuntungan sedikit pun. Kamu akan dilindungi hukum. Bapak janji."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIRTY ROMANCE   JALAN YANG DITAKDIRKAN

    "Bisa kita bicara bentar?" tanya Janu lagi, mulai mendesak.Rossa melirik om dan tantenya lagi. "Sebentar ya, Om," katanya."Jangan lama. Sebentar lagi jadwal penerbangan kita!" tegas sang Om.Rossa mengangguk pelan lalu ikut berjalan bersama Janu menuju pintu keluar bandara. Untuk beberapa lama mereka hanya berdiri berhadapan saling memandang seolah menunggu siapa yang akan bicara lebih dulu."Kamu harus betul-betul pergi sekarang?" tanya Janu akhirnya."Ya. Kayak yang aku bilang kemarin di rumah Bapak, om aku pindah tugas ke Kalimantan.""Kamu nggak akan kembali lagi?"Helaan napas Rossa menjadi lebih panjang. "Aku nggak tau soal itu, belum aku pikirkan.""Bukannya kamu bilang kamu mau lepas dari jerat om kamu? Terus kenapa kamu ikut pergi?"Alih-alih terharu dengan perhatian yang diberikan Janu, amarah Rossa justru meninggi. "Emangnya ada pilihan lain buat aku?! Emangnya aku udah lulus?! Selama aku masih di bawah peng

  • DIRTY ROMANCE   LOVE WILL FIND A WAY

    Hampir satu menit lamanya Mika terdiam memandang pintu rumah bundanya dengan mata kosong. Apa yang terjadi terakhir kali mereka jumpa masih membebani hati, tapi dia kuatkan juga niatnya lantas mengetuk pintu kemudian."Bun ... Bunda ..." sapa Mika ragu-ragu.Ternyata sang Bunda tengah memasak di dapur ketika pintu dibuka oleh Mika sebab tak dikunci. "Mika! Bunda kira kamu nggak akan ke sini lagi ..." ucap Bunda terlihat agak canggung."Ya Bunda juga nggak berusaha untuk menghubungi aku," sahut Mika sambil duduk di sofa tua.Kompor yang masih menyala dipadamkan lebih dulu untuk kemudian Bunda ikut bergabung dengan Mika di ruang depan. "Mika ..." Suara bunda Mika terdengar lesu. "Bunda malu," ungkapnya sambil duduk di depan Mika."O, Bunda masih bisa ngerasa kayak gitu? Wajarlah," sahut Mika agak sinis, amarahnya belum padam sepenuhnya."Kamu ke sini mau ngomel-ngomel lagi? Bunda kan udah mengakui kesalahan ...""Nggak, kok. Aku juga ud

  • DIRTY ROMANCE   KETERBUKAAN

    "Mas baru pulang?" sapa Mika yang sedang menuruni tangga untuk ke dapur, dan tepat saat itu pintu utama terbuka dan Janu masuk dengan muka datar.Sesaat Janu cuma terdiam, menatap Mika dengan wajah tanpa ekspresi. Yang terbayang di pikirannya hanya pengakuan Rossa tadi. Perlukah untuk menanyakannya langsung kepada Mika? Janu sendiri tak tahu mesti berbuat apa sekarang."Mas kenapa? Mau makan? Aku siapkan dulu ya." Mika yang kebingungan pun bergegas untuk mencairkan suasana yang kaku.Setelah Mika sampai di pantri, Janu ikut menghampiri. Dia kumpulkan nyali untuk membuka keresahan yang tertimbun di dadanya. "Ka ...""Hm?" toleh Mika terheran-heran. "Mas mau minum teh?"Janu menggeleng. "Ada sesuatu yang serius yang harus Mas tanyakan ke kamu,""Apa? Ngomong aja, Mas. Ada apa?" Mika menunggu dengan perasaan tak nyaman dan was-was."Kamu ada hubungan sama Raga?" tanya Janu tepat pada sasaran.Seketika wajah Mika memucat, tangannya

  • DIRTY ROMANCE   KEPUTUSAN MENDADAK

    Rossa sedang asyik membaca sebuah novel ketika pintu kamarnya dibuka oleh tantenya."Kamu nggak belajar, Ros?" tanya tante Rossa pelan."Udah tadi. Mau rehat sebentar, Tan," sahut Rossa tanpa beralih dari novel yang dia pegang.Tante Rossa menarik napas sebentar lalu duduk di tepi tempat tidur Rossa. "Ros ... Tante mau ngomong sesuatu sama kamu, om kamu belum cerita ya?""Hm?" toleh Rossa penasaran."Itu ..." Tante Rossa menggaruk tengkuknya ragu-ragu. "Om kamu pindah tugas, Ros. Kayaknya kita bakal pindah bulan depan."Novel di tangan Rossa otomatis berpindah ke atas kasur, sejenak tubuh Rossa membeku. "Hah?! Pindah gimana? Ke mana?!" Matanya melotot, mukanya mulai pucat."Ya ke luar kota," jawab Tante dengan entengnya. "Ke Kalimantan.""Kalimantan?! Jauh banget!" pekik Rossa panik. "Terus sekolah aku gimana, Tan?!""Ya mau nggak mau kamu harus ikut pindah. Ini om kamu nanti mau ke sekolah kamu buat ngurus perpindahan."

  • DIRTY ROMANCE   LUKA BELUM SEMBUH

    Air muka Raga sedikit berubah mendapat pertanyaan bernada seperti itu dari Mika. "Kenapa kamu penasaran?""Jangan salah paham, ya! Bukan ada maksud aku buat ... menggoda kamu! Jangan mikir ke arah sana!" ujar Mika langsung membuat klarifikasi."Hm, siapa juga yang bilang kamu menggoda aku? Nggak ada yang bilang begitu, berarti kan kamu yang ngarep aku mikir ke arah sana.""Heh! Enak aja! Maksud aku tuh ... kamu kan udah ditinggal sama mantan tunangan kamu, apa iya kamu nggak pernah terpikir tentang dia?"Ekspresi Raga terlihat menjadi lebih murung ketimbang sebelumnya, wajah milik seseorang terbayang di benaknya, seseorang yang sudah setengah mati dia coba untuk lupakan."Nggak perlu dibahas," tandas Raga tegas."Kenapa?" Mika masih penasaran."Kalau kamu cuma penasaran doang, jangan ditanya. Kecuali kamu mau bantu aku buat melupakan dia."Mika tertohok mendengar serangan mendadak dari Raga, maka tak dia lanjutkan lagi rasa ing

  • DIRTY ROMANCE   BUNDA SAMA SAJA

    Menjelang mendekati rumah ibunya, langkah Mika perlahan melambat sebab dia sadari ada sesuatu yang lain di depan pintu rumah ibunya, terdapat sepasang sepatu asing di teras. Sepasang sepatu laki-laki.Kayak bukan sepatu Ayah, dan kalaupun Ayah, ngapain dia di sini?batin Mika terheran-heran. Dia melangkah lebih dekat, dan dia dengar suara dari dalam. Sayup-sayup mulanya, tapi lama-lama kian keras."Kamu bilang mau kasih uang itu secepatnya buat aku!"Suara seorang laki-laki, hati Mika berdegup ganjil. Suara itu tidak dia kenali."Kamu tau kan? Anak aku juga perlu kuliah, dia nggak bisa minta uang dari suaminya terus ..."Kenapa cara bicara Bunda lain banget?batin Mika lagi."Itu bukan urusan aku! Kamu kira uang lima ratus ribu aja cukup?!"Mendengar suara pria itu meninggi dan menjadi lebih intens, Mika langsung membuka pintu tanpa pikir panjang. Seketika dia membeku tatkala dilihatnya ibunya sedang berdua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status