Share

Bab 3 - The Little Girl Born From Space Capsule: Part Three.

Beberapa hari telah berlalu sejak aku mendatangi Distrik Ueno. Aku pun sudah mengetahui beberapa spot yang tepat untuk bersantai sendirian maupun bersama keluarga.

Benar! Seperti apa yang kau pikirkan. Salah satu spot yang terkenal adalah Taman Ueno. Taman Ueno memiliki keunikan sendiri, hal itu tidak terbantahkan ketika kau mengunjunginya di musim dingin seperti ini. Pohon-pohon pohon yang sudah tidak berbunga terlihat berkilauan karena salju yang menempel pada ranting-ranting pohon. Di tengah-tengah taman, sebuah kolam kecil terletak dengan airnya yang membeku membentuk lapisan tipis es. Burung-burung kecil terdengar bermain-main di atas permukaan air yang membeku, menciptakan jejak-jejak tipis di atasnya. Beberapa patung terpampang megah di sekitar kolam, memberikan nuansa sejarah yang kuat pada tempat tersebut.

Aku mungkin termasuk salah satu wisatawan yang datang dari Shibuya, tapi aku menyarankanmu untuk datang di musim semi. Pohon-pohon sakura akan berbunga dengan indahnya, tidak kalah dengan distrik-distrik terkenal lainnya di Kota Tokyo.

Oh ya, sebelumnya aku belum mengenalkan diriku kepadamu bukan?

Namaku adalah Tomoya Uehara, berusia 20 tahun. Dan musim semi nanti, aku akan memulai debut mahasiswa pertamaku di Universitas Tokyo. Status ku sampai saat ini tidak pernah berubah yaitu Jomblo dan tentunya aku tidak mengalami masalah percintaan terkecuali dari game-game yang ku mainkan.

Setelah membantu Rima menyelesaikan beberapa tugas kecil, aku pergi dengan mengenakan sepeda yang ku beli sebelum kepindahanku ke apartemen ini untuk membeli beberapa bahan makanan yang kosong di dalam lemari es.

Jarak dari rumahku menuju ke 7-Eleven di dekat stasiun memakan waktu sekitar 10 menit. Jarak yang tidak terlalu jauh karena apartemen yang ku sewa terletak cukup strategis. Sesampainya disana, aku melihat ada kerumunan para gadis bagaikan semut yang merebutkan makanan manisan yang tercecer di tanah.

Di tengah kerumunan gadis-gadis tersebut, tampak seorang lelaki tampan dengan senyuman ramah yang memikat mereka semua. Wajahnya terukir dengan simetri sempurna, memberikan kesan maskulin namun tetap lembut. Rambut cokelatnya terurai panjang, diikat ke belakang dengan rapi, memberikan sentuhan kekinian pada penampilannya. Gaya pakaiannya untuk musim dingin terlihat khas dengan jaket tebal berwarna gelap yang dipadukan dengan sweater rajutan yang modis. Meskipun suasana ramai di sekitarnya, dia tetap terlihat tenang dan percaya diri dalam setiap gerakannya.

Itu dia Yukado Amai, salah satu supermodel muda yang terkenal di seluruh Jepang. Kehadirannya selalu menarik perhatian banyak orang, termasuk adikku yang gemar mengoleksi majalah-majalah yang memuat foto-foto dirinya. Tidak heran jika kehadirannya di sekitar 7-Eleven ini memancing kerumunan gadis-gadis yang ingin mendapatkan sekilas perhatiannya atau mungkin sekadar berselfie bersamanya.

"Kyaa, itu Yukado Amai! Aku harus dapatkan foto bersamanya!"

"Aku juga! Tapi tunggu, biar aku rapikan rambut dulu."

"Yukado-san, bisa berjabat tangan sebentar?"

"Yukado-san, boleh selfie bersamaku?"

Aku mengabaikan kerumunan tersebut dan segera memasuki super market. Sesampainya di dalam, Aku mengeluarkan daftar belanja dari saku jaketku. Dengan cermat, aku membuka kertas yang telah terlipat rapi itu, dan mataku langsung tertuju pada catatan yang tertera dengan pena warna merah.

Di tengah-tengah daftar belanja yang seharusnya berisi barang-barang pokok, ada dua barang yang menonjol: majalah fashion terbaru dan es krim cokelat. Aku menggeleng-gelengkan kepala dengan sedikit kesal.

"Dasar, dia selalu menyisipkan hal-hal tidak penting di daftar belanjaku," gumamku dalam hati sambil mengernyitkan dahi. "Dia memang selalu membuat kakaknya sendiri kerepotan."

Aku memperhatikan catatan itu dengan seksama, mencari-cari apakah ada sesuatu yang mungkin terlewat. Namun, selain kedua barang itu, tidak ada yang tampak aneh. Mungkin adikku benar-benar menganggap majalah fashion dan es krim sebagai kebutuhan mendesak.

Dengan sedikit menggelengkan kepala, aku melipat kembali daftar belanja dan menyelipkannya kembali ke dalam saku jaketku. Meskipun agak kesal dengan tambahan-tambahan tersebut, aku tidak bisa menahan senyum. Setidaknya adikku memberikan kesan seperti masih di tempat asalku di Shibuya.

Aku berjalan dengan pelan-pelan sembari mengamati setiap estalase yang tertata rapi dan mengambil barang yang terdapat dalam daftar belanja tadi. Setelah hampir semua bahan dasar telah ku beli, aku teringat dengan beberapa barang yang di minta oleh adikku. Dengan cepat aku berjalan menuju ke estalase khusus majalah, komik dan aksesoris-aksesoris lainnya, memperhatikan setiap label yang terpampang di rak-rak tersebut. Beberapa remaja perempuan juga terlihat menyusuri estalase tersebut dengan hati-hati. Saat mataku menyisir rak-rak majalah, akhirnya aku menemukan yang aku cari.

"Ah, ini dia," gumamku pelan dalam hati, meraih majalah fashion yang biasa dibeli oleh adikku, Vogue Japan. Majalah itu terkenal dengan gaya fotografi yang artistik dan berbagai tips mode terbaru yang selalu dinanti-nantikan oleh pembaca setianya.

Namun, ketika aku hendak mengambil majalah tersebut, secara bersamaan, aku merasakan adanya tarikan di majalah yang sama. Sebuah tangan lain juga ingin mengambilnya.

"A-anu, kamu juga mau mengambil majalah Vogue Japan juga?" ucap suara perempuan yang terdengar ramah di telingaku.

Aku menoleh ke sampingku dan melihat seorang gadis cantik berambut pendek sebahu berwarna cokelat. Gaya rambutnya mungkin berubah, tapi aku mengingat siapa gadis itu, dia adalah Yukari Amai!

Deg!

Sialan, jantung ku kembali memberikan reaksi yang sama dengan waktu itu. Aku mencoba melupakan pengakuan cinta pertama dan terakhirku kepada senior yang ku cintai. Tubuhku bergertar dengan hebat, aku ingin mulai mengatakan sesuatu, tapi entah kenapa suaraku tidak mau keluar.

Yukari memandangiku dengan seksama, dia melihatku dengan kening sangat teliti dari ujung rambut hingga kepala.

Ah, aku harap aku tidak memakai pakaian yang terlalu mencolok di depan umum. Setiap kali matanya menyusuri seluruh tubuhku, jantungku tidak mau berhenti malah semakin kencang.

Yukari menghentikan mengamatiku bagaikan produk yang baru diberikan diskon besar-besaran seperti tadi. Kemudian dia tersenyum, ya senyuman Indah dan manis itu sama sekali tidak berubah.

"Kamu, Tomoya Uehara-kun benar?" tanya Yukari sembari tersenyum ramah.

Sial, jantungku tidak mau berhenti!

"Su-sudah lama tidak jumpa, Senior Yukari. Sudah setahun kita tidak bertemu" jawabku dengan sangat gugup.

Yukari tidak kuasa menahan tawanya, lalu dia berkata "umm! Uehara-kun sama sekali tidak berubah ya. Selalu terlihat gugup denganku."

Tentu saja!

Bagaimana aku tidak gugup ketika berbicara dengan orang yang ku sukai.

Aku sangat senang bertemu dengan Yukari namun begitu aku teringat dengan kejadian waktu itu, tentang pengakuan cintaku yang belum dibalaskannya, aku merasa sangat sedih.

Apakah Yukari sekarang sudah memiliki kekasih? Jika iya, aku bertanya-tanya siapa gerangan orang yang sudah memenangkan hatinya?

Dalam lamunanku, Yukari mengamatiku dengan cemas, dia berjalan mendekatiku sehingga wajahnya sangat denganku.

"Senior Yukari? Ada apa?" Tanyaku dengan gugup.

"Tidak, aku tidak menyangka kalau Uehara-kun sudah menjadi seorang lelaki tampan dan sedikit... umm gagah?" ucap Yukari.

Aku tertawa kecil, aku tidak menyangka kalau dia membuat kalimat terakhir dengan pertanyaan. Yukari terlihat heran dengan sikapku, kemudian aku mengambil majalah tersebut dan memberikannya kepada Yukari.

"Senior Yukari, terimalah majalah ini. ini majalah terakhir di estalase ini. Aku tidak keberatan jika Senior yang memintanya" ucapku.

Yukari menerimanya dengan senang hati, dia berkata "Ah, terima kasih. Uehara-kun kamu memang baik hati"

Setelah itu, Kami berdua berpisah. Aku melanjutkan kembali membeli barang-barang yang belum terbelikan, sementara Yukari berjalan menuju ke kasir.

Yukari kembali mendekatiku seusai dia membayar majalah tersebut, dia memegang tanganku dan berkata "Sampai jumpa lagi. Aku merasakan pertemuan kita ini bukan terakhir kalinya"

Aku tidak mengerti kenapa Yukari mengatakan seperti itu, lalu dia kembali keluar dari super market. Aku melihat Yukado sudah tidak di keliling oleh para gadis yang menjadi fans setianya.

Yukado menghampiri Yukari yang baru saja keluar dari dalam supermarket. Yukari tersenyum sangat ramah kepadanya.

Dalam hatiku, terbesit pertanyaan lainnya. Apakah Yukado dan Yukari memiliki hubungan Istimewa? Nama keluarga mereka sama, apakah mereka sepupu atau semacamnya?

Apapun jawaban nya, aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Yukari juga sudah melupakan perihal pengakuanku kepadanya di masa SMA dulu.

Dengan berat hati, aku melanjutkan kembali berbelanja, membayar ke kasir dan segera kembali ke rumah dengan sepedaku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status