Share

BAB 8 CIUMAN PERTAMA

last update Last Updated: 2025-09-24 07:42:36

"Saya diare, Pak!" jawabku cepat, mencoba mengalihkan kecurigaannya. "Maaf lama. Tadi... Perut saya sangat mules," kelitku.

Pak Jefri mengangguk sambil menjauhkan jaraknya. "Kalau gitu, kamu tunggu di ruang tamu saja. Saya akan buatkan oralit, biar badan kamu tidak lemas."

Aku mengangguk cepat, lalu berlari kecil menuju ruang tamu. Napasku tersengal-sengal. Keringatku mengalir dengan deras. Padahal, ruangan ini sangat sejuk. Mungkin, ini karena efek ketakutan yang aku rasakan.

Tak lama kemudian, Pak Jefri datang membawa segelas oralit. Ia meletakkan gelas itu di depanku, "Minumlah..." ucapnya, lalu duduk kembali.

Aku mengangguk sambil tersenyum gugup. "Terima kasih, Pak..."

Tanganku gemetar saat meraih gelas itu. Bagaimana tidak? Pak Jefri masih saja mengawasiku, membuatku grogi saja.

Aku meminum oralit itu sedikit, lalu meletakkan gelas itu kembali di meja. Dudukku mulai gelisah. Ujung mataku menangkap Pak Jefri yang masih belum melepas pandangannya terhadapku.

Aku mengalihkan pand
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 9 MISI GAGAL

    Tubuhku terasa semakin panas, vaginaku berdenyut seolah ingin diterobos. Namun tepat saat itu terjadi, Pak Jefri tiba-tiba menghentikan aksinya.Aku terperanjat, jantungku berdetak semakin cepat. Napas kami sama-sama memburu seolah hanyut dalam hasrat. Aku kecewa kenapa Pak Jefri berhenti, padahal aku sangat menikmatinya.Tak ada kata yang mampu kuucapkan sebagai protes. Aku hanya terus menatapnya sambil membatin, 'Ayo, Pak. Lanjutkan...'"Sepertinya kamu sangat menikmatinya," ucapnya tiba-tiba. "Jika begini... Aku yang memuaskanmu, bukan sebaliknya."Seketika aku merasa tertampar dengan kata-kata itu. Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal sambil tersenyum ragu."M-maaf, Pak. Maafkan saya..." ucapku gugup.Pak Jefri mengangkat pinggangku—menurunkan dari pangkuannya. "Kamu belum pernah pacaran? Apa ini pertama kalinya?" tanyanya dengan santai.Aku mengangguk samar, jemariku saling meremas. Aku terus menunduk, tak ber

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 8 CIUMAN PERTAMA

    "Saya diare, Pak!" jawabku cepat, mencoba mengalihkan kecurigaannya. "Maaf lama. Tadi... Perut saya sangat mules," kelitku.Pak Jefri mengangguk sambil menjauhkan jaraknya. "Kalau gitu, kamu tunggu di ruang tamu saja. Saya akan buatkan oralit, biar badan kamu tidak lemas."Aku mengangguk cepat, lalu berlari kecil menuju ruang tamu. Napasku tersengal-sengal. Keringatku mengalir dengan deras. Padahal, ruangan ini sangat sejuk. Mungkin, ini karena efek ketakutan yang aku rasakan.Tak lama kemudian, Pak Jefri datang membawa segelas oralit. Ia meletakkan gelas itu di depanku, "Minumlah..." ucapnya, lalu duduk kembali. Aku mengangguk sambil tersenyum gugup. "Terima kasih, Pak..."Tanganku gemetar saat meraih gelas itu. Bagaimana tidak? Pak Jefri masih saja mengawasiku, membuatku grogi saja.Aku meminum oralit itu sedikit, lalu meletakkan gelas itu kembali di meja. Dudukku mulai gelisah. Ujung mataku menangkap Pak Jefri yang masih belum melepas pandangannya terhadapku. Aku mengalihkan pand

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 7 TEMBAKAN MEMBAWA NIKMAT (21+)

    "Astaga! Pak Jefri liat aku nggak, ya?"Aku berjalan cepat menuju ruang tamu dengan napas tersengal-sengal. Lalu duduk sambil merapatkan bagian sensitif ku yang masih berdenyut."Perasaan macam apa ini? Kenapa aku—""Erika?" potong Pak Jefri. Ia tiba-tiba datang berjalan ke arahku. Sekarang sudah mengenakan piyama berbahan sutra dengan warna merah maroon. Kancing bagian atasnya terbuka, memperlihatkan otot dadanya yang bidang.Kain sutra yang dipakainya menari indah, mengikuti bentuk tubuhnya yang tegap."Pak..." Aku mengangguk sambil tersenyum, berusaha menyembunyikan rasa gugup yang masih bertahan.Tanganku masih meremas daerah selangkangan yang basah dan berdenyut.Sensasi apa ini? Aku tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Tapi sekarang?Kenapa hanya dengan melihat kain sutra yang menempel di tonjolan Pak Jefri membuatku deg-degan? Rasanya... Aku ingin sesuatu menggelitik bagian bawahku."Kamu sudah dari tadi?" tanya Pak Jefri sambil duduk di sampingku."Baru saja kok, Pak. T

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 6 TAK SENGAJA MENGINTIP ( 21+)

    Aku terus menunduk. Bibirku tak mampu menjawab setiap perkataannya. Air mataku menetes meski sudah ditahan. Beruntung, area itu tidak terlalu ramai, jadi aku tidak terlalu malu.Aku merasa bersalah. Aku tahu maksud Papa baik. Dia hanya ingin menjaga apa yang sudah menjadi milikku."Maafin Erika, Pa." Aku mengangkat wajah. Menggigit sedikit bibirku untuk menahan isak. "Erika janji, akan segera menyelesaikan skripsi."Papa menghampiriku, lalu memelukku erat. Aku bisa merasakan kasih sayangnya yang dalam lewat tangannya yang mengelus rambutku."Erika... Papa sayang sama kamu. Papa nggak mau, mereka menyingkirkanmu karena dianggap tidak berguna."Aku menangis dalam pelukan Papa. Hatiku rasanya hancur dan sedikit menyesal. Saat itu, otakku benar-benar tidak bisa dipaksa belajar suatu hal yang tidak aku suka.Sejak semester satu, aku jarang mengikuti mata kuliah dengan benar. Itu sebabnya, sekarang aku mengalami kesulitan saat menyusun skripsi."Erika akan berusaha biar nggak ngecewain Papa

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 5 TEKANAN DARI PAPA

    Seketika tubuhku membeku saat Dita berhenti di depan sebuah tempat. Dalam batinku berkata, 'Salon? Seumur hidup aku belum pernah ke tempat seperti ini.'Dita terus tersenyum, menatap ke dalam salon lalu kembali ke arahku. "Kok bengong aja? Ayo masuk!"Dita kembali menarik tanganku, membuka pintu kaca. Aroma dari treatment serta parfum khas wanita langsung menyergap hidungku saat kami melangkah masuk.Seorang terapis mendekati kami. "Selamat datang... mau perawatan apa, Kak?"Dita mendorongku pelan. "Buat dia jadi cantik."Tubuhku menjadi kaku lalu berbalik dengan spontan. "Dita, Lo mau apain gue?""Gue mau buat Lo, terlihat beda hari ini.""Buat apa?""Ya buat goda Pak Jefri lah," jawabnya santai. Ia memaksa membalik badanku, lalu mendorong tubuhku kembali seakan diserahkan kepada terapis.Namun tubuhku terus menolak. Aku berbalik dan kembali pada Dita, seperti anak kecil yang ketakutan. "Jangan gila, Dit! Kenapa gue harus rayu pak Jefri? Lo tau banget, gue benci sama dia."Para wanit

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 4 MANDI DI TOILET MALL

    "Dita!" teriakku. "Gila Lo ya!" Mataku membelalak sambil mendorong piring croissant di depanku. "Lo baru aja cemburu hanya karena gue mimpi begituan sama Pak Jefri. Sekarang malah nyuruh gue tidur beneran?!"Dita menggaruk kepalanya, seolah ikut frustasi. "Ya... habisnya Lo susah banget ngajuin skripsi doang. Coba aja kalau nulis fiksi. Sehari bisa beribu kata?!" Raut wajahnya tegang dengan mata melotot.Aku mengangkat kedua kaki ke kursi, lalu bersila. "Ya beda lah." Aku mengaduk-aduk es kopi dengan wajah cemberut. "Gue kan nggak pernah suka sama bisnis. Tapi bokap gue maksa. Makanya otak gue buntu."Dita menyilangkan tangannya di dada. Dia menatapku sinis, tatapan yang sama persis dengan yang selalu kuterima dari Mama dan Papaku. "Gue heran deh sama Lo, Er." Ia menarik napas dalam, seolah sedang bersiap menyanyikan lagu. "Hidup Lo itu uda dibuat nyaman sama bonyok Lo, Er. Tapi Lo malah menyesatkan diri dengan menjadi penulis.""Itu namanya passion, Dita..." tegasku sambil menyedot

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status