Share

Air Mata

Author: Lystania
last update Huling Na-update: 2025-08-10 09:01:27

Sepanjang jalan Charlos yang duduk di pangkuan Erin terus berdecak kagum melihat gedung-gedung tinggi dan ramainya kendaraan di jalan raya. Rona wajahnya sama dengan cuaca pagi ini, sangat cerah. Seperti tahu ia akan berkunjung ke makam ibunya saja. Empat puluh lima menit perjalanan, mereka akhirnya tiba di pemakaman umum tempat Kirana beristirahat untuk selamanya.

"Mobilnya Charles," ucap Erin seraya menunjuk mobil besar dengan warna hitam yang terparkir di bawah pohon.

"Iya, Ma," jawab Vanya sambil menoleh.

"Sayang, kamu duluan ya. Biar Mama beli bunga dulu," suruh Erin. Dengan menggendong Charlos, Vanya masuk ke area pemakaman yang dipenuhi pepohonan. Ia melangkahkan kaki pasti menuju pusara Kirana, istri pertama suaminya itu.

"Hai sayangku yang akan selalu mengisi hatiku," sapa Charles sambil mengusap nisan bertuliskan nama istri pertamanya itu. Sapaan yang terdengar jelas di telinga Vanya.

Yang akan selalu mengisi hati ku.

Kalimat itu berputar-putar di dalam benaknya, seketika membuat butir-butir air mata membasahi pipinya. Charles menoleh ke belakang mendengar suara yang begitu familiar memanggilnya.

"Papa." Ulang Charlos lagi sambil berangsur turun dan berlari kecil menghampiri Charles.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Erin saat melihat gerakan tangan Vanya yang mengusap matanya.

"Gak apa-apa. Kemasukan debu kayaknya," dustanya sambil tersenyum.

Selama berada di sana, Charles terus melirik ke arah Vanya yang sama sekali tak memandangnya. Ia curiga Vanya mendengar perkataan yang diucapkannya saat di depan makam Kirana tadi. Padahal itu hanya sapaan saja. Ia sebenarnya ingin menceritakan apa yang ada dihatinya, apa yang tengah dirasakannya sekarang dengan Vanya. Namun bila benar Vanya mendengar apa yang diucapkannya, habislah dia.

"Setelah ini mau kemana?" tanya Charles pada Vanya di depan mobil, setelah mereka selesai nyekar.

"Pulang."

"Kamu hati-hati dijalan. Mama mau ke kantor Papa sebentar," ucap Erin seraya melirik Vanya.

"Dadah, Papa." Lambaian tangan Charlos mengiringi perginya mobil Charles.

***

Pikirannya tak tenang. Teringat jelas ekspresi wajah Vanya saat menyeka air matanya tadi sewaktu di malam Kirana. Otaknya telah memperkirakan kemungkinan yang bisa terjadi, kalau enggak bakal tidur di lantai lagi, sudah pasti rencana besok pindah terancam batal. Charles melangkahkan gontai kakinya keluar dari dalam ruangan. Saking berkecamuk pikirannya, ia tidak mendengar bahwa dari tadi ia dipanggil oleh atasannya.

"Astaga, kamu mikirin apa sih?!" Bahunya ditarik oleh atasannya.

"Siap, maaf komandan!" Seru Charles tegas.

"Kamu mikirin apa sih?" Tanya atasannya lagi. Charles terdiam.

"Besok kan kamu izin, jadi jadwal kamu ke Bandung di pindah ke lusa ya." Atasannya mengingatkan.

"Siap, Pak."

Charles kemudian pamit pulang pada atasannya. Begitu sampai di rumah, ia mendapati rumah tampak sepi dengan pintu depan rumah yang terbuka. Ia masuk ke dalam rumah sambil mengamati seisi rumah.

“Meja riasnya bersih” gumam Charles saat membuka pintu kamar dan matanya menatap meja rias yang biasanya penuh dengan beberapa skincare dan alat make up Vanya, kini hanya menyisakan beberapa saja.

"Pada kemana orang rumah, Bu?" tanya Charles pada Bu Tuti yang sibuk menata makanan di meja makan.

"Lagi bawa dede Charles keliling komplek Pak," sahut Bu Tuti membuat Charles menarik nafas lega. Pikiran ngawurnya hilang seketika. Ia masuk ke kamar dan membersihkan diri. Untuk lebih meyakinkan diri, sebelum mandi, ia membuka lemari pakaian dan mendapati pakaian Vanya masih berada di sana.

"Syukur lah," ucapnya seraya menutup pintu, dan melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar mandi.

Mereka tiba di rumah, tepat saat Charles sedang berdiri di depan rumah. Dengan senyum bahagia, Charlos berlari kecil menghampiri Papanya itu.

"Serunya yang habis jalan-jalan," ucapan Charles mencium pipi anaknya itu. Matanya melirik Vanya. Agak deg-deg an, takut Vanya membalasnya dengan melotot atau malah cuek, tapi yang ada Vanya tersenyum padanya.

***

Mereka semua berkumpul di ruang tengah membicarakan soal acara kepindahan Charles, Vanya, dan juga Charlos besok. Mengkonfirmasi ulang di grup w******p keluarga Vanya maupun Charles, untuk waktu acara besok.

"Mama juga sudah pesen ketring makannya, dan untuk yang ke panti asuhan itu. Mama sudah sampaikan sesuai sama permintaan kamu," ucap Erin sambil memandang Charles. Memasuki rumah baru ini, tak ada acara khusus. Hanya acara makan siang dua keluarga dan memberi santunan ke panti asuhan.

Setelah memastikan persiapan besok telah rampung, mereka satu persatu masuk ke kamar untuk beristirahat. Siap menyambut hari esok.

Dan berhubung sudah dipastikan Vanya tak membatalkan kepindahan ke rumah baru besok, Charles jadi mengambil kesimpulan sendiri untuk menebus kesalahan akibat kejadian di makam itu dengan tidur di lantai. Vanya memandang bingung dengan tingkah Charles, namun sementara tak ia gubris karena masih fokus menidurkan Charlos.

"Kamu ngapain tidur di bawah?" tanya Vanya setelah meletakkan Charlos di dalam boxnya.

Charles terdiam. Bingung mau jawab apa dengan pertanyaan Vanya.

"Jadi aku boleh tidur di atas sama kamu?"

"Emang ada yang larang?" tanya Vanya balik. Secepat yang ia bisa, Charles mengambil bantal dan selimut kemudian melompat naik ke atas tempat tidur sebelum Vanya berubah pikiran. Tak ingin berpikir negatif dan ingin mengambil kesempatan, Charles mendekati Vanya dan meraih tangannya. Memeluknya seraya menciumi tangan Vanya.

Tak ada protes yang keluar dari mulut Vanya, karena sejujurnya ia pun ingin terus mesra begini dengan Charles. Menghirup aroma tubuhnya. Merasakan kokoh tangannya dan hangat dekapannya. Merasakan seluruh perhatiannya yang membuat Vanya bahagia. Semua hal-hal itu seperti itu sangat ingin dirasakannya setiap hari. Namun kembali lagi, bila mengingat tak ada ucapan sayang dan cinta yang diutarakan langsung dari mulut Charles, bagi Vanya rasanya kurang lengkap. Hari ini bisa saja Charles memberikan seluruh perhatiannya, tapi di lain hari, ada-ada saja kejadian yang membuat luka di hati Vanya. Tak ingin lebih lama dalam situasi seperti ini, Vanya telah memantapkan hati untuk benar-benar membatasi kontak fisik dengan Bapaknya Charlos begitu tinggal di rumah baru nanti. Ia ingin agar Charles berpikir dan sadar, bahwa Vanya perlu adanya pengakuan bukan hanya sekedar godaan-godaan saja.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • DUDA POLISI BUCIN   Masih Liburan

    Di restoran hotel mereka tengah menikmati sarapan pagi, sambil menunggu di jemput oleh Mas Andi. Vanya yang sedang mengantri mengambil salad buah, melihat seorang laki-laki dengan setelan jas hitam tersenyum ke arahnya.“Indra ya” gumam Vanya tak takun."Vanya," sapanya saat tiba di depan Vanya."Indra!" seru Vanya. Wajahnya tampak sumringah melihat Indra. Teman kuliahnya dulu yang tampak sangat berbeda sekarang."Sama siapa kamu kesini? Gak ngabarin deh kamu," ucap Indra akrab."Iya. Handphone aku sempat error, jadi banyak nomor kontak yang hilang."Merasa Vanya terlalu lama hanya untuk mengambil salad buah, Charles menyusul dan melihat Vanya tengah asyik berbincang dengan orang lain. Dalam hatinya bertanya-tanya siapa lelaki yang sedang berbicara dengan Vanya itu."Eh, Ndra. Ini kenalin suami aku, Charles." Saat menyadari kedatangan Charles, Vanya reflek memperkenalkan suaminya yang tampan itu. Mereka berjabatan tangan sebentar, sebelum Charles menggand

  • DUDA POLISI BUCIN   Liburan Dimulai

    Vanya telah siap sejak pukul enam pagi, berbanding terbalik dengan Charles yang masih tidur dengan pulasnya. Ia kemudian menggoyang-goyang pelan badan Charles, berusaha membangunkannya."Hoahh…." Mulut Charles menguap lebar sembari mengucek-ngucek matanya."Ayo, kamu siap-siap. Kita berangkat dari rumah Mama kan?""Sepagi ini kamu sudah cantik aja," puji Charles."Terimakasih pujiannya," sahut Vanya."Charlos mana?" tanya Charles seraya turun dari ranjang, memberi kesempatan agar Vanya bisa merapikan bantal dan selimut yang berantakan."Masih tidur. Paling sebentar lagi dia juga bangun."Selesai membereskan tempat tidur, Vanya melangkah ke arah lemari hendak menyiapkan pakaian untuk Charles."Bahagianya aku, kita mau liburan." Sebuah pelukan dari Charles membuat Vanya menghentikan aktivitas tangannya yang tengah mencari pakaian untuk Charles kenakan."Mandi lah, biar kita makan terus ke rumah Mama," uca

  • DUDA POLISI BUCIN   Persiapan

    "Kayaknya gak bisa deh, hari ini sampai beberapa hari kedepan Mama di Bandung. Di rumah Yuda.""Berarti lain kali harus atur jadwal dulu sama Mama ya," ucap Charles. "Gak gitu juga sih tapi jangan mendadak kaya gini juga. Gapapa kalian liburan aja ya. Nanti bawa oleh-oleh kabar baik ya," ucap Mama.Charles senyum-senyum mendengar ucapan Mama di telpon. Vanya yang dari tadi berdiri di depan connecting door, berjalan mendekat menanyakan apa yang mereka obrolan. Walaupun sebenarnya, Vanya sudah tahu Mama gak bakal bisa ikut liburan dengannya, tetap saja ia sedih mendengar jawaban dari Charles."Jadi mau gimana?" tanya Charles.Vanya mengangkat kedua pundaknya."Lain kali kita atur jadwal lagi kalau mau ajak Mama jalan," ucap Charles. Vanya mengangguk sambil mengajak Charlos ke ruang tamu untuk sarapan.Setelah menempatkan Charlos di kursinya, Vanya menyiapkan makanan untuk Charlos."Kalau kata Omanya Charlos barusan aku telpon, mereka excited buat libur

  • DUDA POLISI BUCIN   Surprise

    Hari-hari berjalan seperti biasa, meski telah tidur terpisah selama kurang lebih satu bulan. Vanya tetap menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga dan istri. Ia tetap melayani suaminya. Seperti pagi ini, ia pun tak keberatan untuk mengantarkan Charles ke kantor. Setelah menempatkan Charlos pada kursi khusus anak yang terpasang di kursi belakang, mereka meninggalkan rumah dan menuju kantor Charles."Kalian mau langsung pulang atau ada tujuan lain?" tanya Charles sebelum turun dari mobil."Mampir ke tempat Mama boleh kan?"Charles mengangguk seraya membelai lembut lengan Vanya. "Kalian hati-hati ya."***Vanya berada di rumah Mama, hingga selesai jam makan siang. Seperti tahu anak dan cucunya akan datang, Mama memasak makanan kesukaan Vanya. Ia makan dengan lahap sementara Charlos diurus oleh Mama."Wuih, hebat nih cucu Oma makannya habis," ucap Mama girang sambil bertepuk tangan yang kemudian diikuti oleh Charlos. Mama kemudian membersihkan mulut Char

  • DUDA POLISI BUCIN   Pisah Ranjang

    Rumah baru dengan satu lantai dan halaman yang cukup luas itu, penuh dengan keluarga Vanya dan juga Charles. Setelah mengucap doa dan syukur, mereka bergantian menikmati makanan yang telah tertata rapi di meja panjang. "Cuman makan sayur aja? Kamu diet," ucap Nana saat melihat piring yang dipegang Vanya. "Mau diet apa coba, Kak. Vanya sudah gini," ucap Vanya sambil melihat badannya. Gak gemuk gak kurus juga sih."Iya kamu gak usah diet-diet ya, tapi jangan juga sampe bablas," timpal Mama."Iya, Ma," sahut Vanya.Jarum jam mulai menunjuk ke pukul tiga sore, saat beberapa keluarga sudah mulai pamit pulang. Dengan didampingi Vanya, Charles mengantarkan keluarganya yang pamit pulang. Ia juga mengucapkan terimakasih kepada mereka, karena telah bersedia hadir di acara ini. Vanya dibantu Bu Sum, membereskan meja makan kemudian membawa beberapa piring dan gelas yang kotor ke dapur."Bu Vanya di depan saja, biar saya yang bereskan, Bu," ucap Bu Sum saat melihat

  • DUDA POLISI BUCIN   Air Mata

    Sepanjang jalan Charlos yang duduk di pangkuan Erin terus berdecak kagum melihat gedung-gedung tinggi dan ramainya kendaraan di jalan raya. Rona wajahnya sama dengan cuaca pagi ini, sangat cerah. Seperti tahu ia akan berkunjung ke makam ibunya saja. Empat puluh lima menit perjalanan, mereka akhirnya tiba di pemakaman umum tempat Kirana beristirahat untuk selamanya."Mobilnya Charles," ucap Erin seraya menunjuk mobil besar dengan warna hitam yang terparkir di bawah pohon."Iya, Ma," jawab Vanya sambil menoleh."Sayang, kamu duluan ya. Biar Mama beli bunga dulu," suruh Erin. Dengan menggendong Charlos, Vanya masuk ke area pemakaman yang dipenuhi pepohonan. Ia melangkahkan kaki pasti menuju pusara Kirana, istri pertama suaminya itu."Hai sayangku yang akan selalu mengisi hatiku," sapa Charles sambil mengusap nisan bertuliskan nama istri pertamanya itu. Sapaan yang terdengar jelas di telinga Vanya. Yang akan selalu mengisi hati ku.Kalimat itu berputar

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status