Share

Persiapan

Author: Lystania
last update Huling Na-update: 2025-08-11 09:05:19

"Kayaknya gak bisa deh, hari ini sampai beberapa hari kedepan Mama di Bandung. Di rumah Yuda."

"Berarti lain kali harus atur jadwal dulu sama Mama ya," ucap Charles.

"Gak gitu juga sih tapi jangan mendadak kaya gini juga. Gapapa kalian liburan aja ya. Nanti bawa oleh-oleh kabar baik ya," ucap Mama.

Charles senyum-senyum mendengar ucapan Mama di telpon. Vanya yang dari tadi berdiri di depan connecting door, berjalan mendekat menanyakan apa yang mereka obrolan. Walaupun sebenarnya, Vanya sudah tahu Mama gak bakal bisa ikut liburan dengannya, tetap saja ia sedih mendengar jawaban dari Charles.

"Jadi mau gimana?" tanya Charles.

Vanya mengangkat kedua pundaknya.

"Lain kali kita atur jadwal lagi kalau mau ajak Mama jalan," ucap Charles. Vanya mengangguk sambil mengajak Charlos ke ruang tamu untuk sarapan.

Setelah menempatkan Charlos di kursinya, Vanya menyiapkan makanan untuk Charlos.

"Kalau kata Omanya Charlos barusan aku telpon, mereka excited buat liburan ini. Ke Malang ya?" Charles menatap Vanya dengan mulut yang masih mengunyah.

"Iya ke Malang aja," sahut Vanya. Charles mengepalkan tangannya dan menariknya turun, bersorak girang dalam hatinya.

"Sore ini kita berangkat?"

"Buru-buru amat? Memangnya sudah booking tiket pesawat, hotel, sama transport?" tanya Vanya bingung.

"Belum sih, tapi aku tinggal hubungi temen aku. Dia ada usaha travel di sana," ucap Charles.

"Besok aja lah, kan belum packing juga. Kamu semangat banget," selidik Vanya.

"Semangat lah, kan mau jalan-jalan sama keluarga. Sudah lama juga gak naik pesawat." Charles meneruskan sarapan paginya, sementara Vanya menatap Charles yang penuh curiga karena baru ini ia melihat Bapaknya Charlos itu tampak bahagia.

“Pasti ini ada yang direncanakan sama dia disana” gumam Vanya dalam hati.

***

Sedari pagi mereka hanya di rumah saja. Menikmati waktu santai sambil menonton beberapa film. Saat sore mulai menjelang, sementara Vanya mempersiapkan pakaian dan perlengkapan Charlos, yang akan dibawa selama liburan ke Malang, Charles dan Charlos bermain di halaman depan.

"Ya ampun, ini kenapa jadi banyak banget barang-barangnya Charlos," ucap Vanya. Ia bingung mempacking perlengkapan Charlos. Kopernya sudah penuh dengan beberapa pasang baju, jaket, diapers, sepatu. Belum lagi sufor dan botol dotnya. Vanya kemudian menutup koper Charlos dan meletakkannya di di dekat pintu. Pintu dibuka oleh Charlos dengan wajah yang celemotan dengan es krim coklat.

"Anak Ami enak banget makan es krim." Vanya menarik tisu kemudian membersihkan mulut Charlos. Ia mengganti baju Charlos yang juga ikut terkena noda coklat.

"Kamu sudah selesai packing pakaian Charlos?" tanya Charles.

"Sudah. Kamu packing sendiri apa gimana?"

"Packing sama-sama aja lah." Charles menggandeng Charlos masuk ke dalam kamar sementara Vanya mengekor di belakang mereka. Saat Charles mengambil koper dari samping lemari, Charlos merengek hendak masuk ke dalamnya.

"Ih, ini bukan untuk main-main sayang," ucap Vanya namun Charlos tetap merengek.

"Kalau gitu, Charlos dorong kopernya aja ke sana ya. Kita simpan dulu kopernya, biar kita bikin roti panggang di dapur. Yuk," bujuk Charles. Untung saja Charlos mematuhi ucapan Bapaknya itu.

"Nanti aja packingnya," bisik Charles.

"Ami, Ami. Roti, roti," Ucap Charlos.

"Ayuk, kita bikin."

Mereka meninggalkan kamar dan menuju dapur. Bu Sum datang mendekati Vanya yang tengah menyiapkan roti, selai.

"Ini sudah saya siapkan panggangannya, Bu," ucap Bu Sum. Vanya memasukkan roti yang telah diberi selai ke dalam alat pemanggang roti dan menunggu beberapa menit.

***

Setelah Charlos benar-benar tidur, barulah Vanya bisa packing. Ia masuk ke kamar dan mulai mempersiapkan pakaian yang akan dibawa untuk besok. Sedang asyik memilah pakaian, Vanya menoleh ke arah pintu yang terbuka.

"Besok jam berapa?" tanya Vanya pada Charles yang berjalan ke arahnya.

"Agak siangan sih tiketnya. Ini kita satu koper aja, supaya gak repot." Charles mengambil koper dan membukanya.

Vanya memandang Charles yang mulai memasukkan pakaian yang Vanya letakkan di atas tempat tidur.

"Kita berapa hari di Malang?"

"Tiga hari an deh. Kamu maunya berapa lama?" tanya Charles balik. Ia mengambil beberapa helai baju juga celana dari lemari kemudian langsung memasukkannya ke dalam koper.

"Yang rapi dong, nanti gak muat baju-baju kita. Belum lagi itu!" seru Vanya yang tangannya menunjuk peralatan make up dan per skincare an nya di atas meja rias.

"Ngapain bawa-bawa itu semua. Mau make up dilihat siapa?"

"Ya, gak dilihat siapa-siapa juga. Aku make up sama skincare an buat diri aku sendiri."

"Bukan buat suami?"

Vanya mendelik. "Buat suami? Tapi kamu aja tadi nanya kenapa meski bawa-bawa itu?"

Setelah semua yang diperlukan masuk ke dalam koper. Vanya bersiap melangkahkan kaki menuju kamar Charlos melalui pintu penghubung.

"Sini dulu," ucap Charles menyuruh Aminya Charlos duduk di sampingnya. Di sofa yang ada di dalam kamar. Vanya menuruti saja permintaan Charles itu. Namun baru saja merasakan empuknya sofa, Bapaknya Charlos langsung merubah posisi yang tadinya duduk menjadi berbaring di pangkuan Vanya. Ia mengambil handphone dari tangan Charles, yang menampilkan schedule dan fasilitas selama di Malang nanti. Meliputi, hotel tempat menginap, dan wisata yang akan dikunjungi nantinya.

"Kayaknya seru," ucap Vanya sambil mengembalikan handphone itu ke tangan Charles.

"Iya. Aku khusus minta sama temen aku itu dibuatkan schedule yang beda dari biasanya. Supaya liburan kita ini berkesan," sahut Bapaknya Charlos itu tersenyum. Bola mata hitam Charles fokus memandangi Vanya yang tengah sibuk memainkan rambutnya.

"Liburan kali ini semoga bisa membuat hubungan kita menjadi semakin dekat ya," ucap Charles lagi.

"Amin." Vanya mengamini perkataan Charles. Dalam hatinya pun berharap hal yang sama. Ia telah lelah berada di situasi seperti ini. Ingin menyerah tapi tak mungkin.

"Aku mau memulai hal yang baru dengan kamu. Yang hanya ada keluarga kecil kita. Aku, kamu, dan Charlos, anak kita. Aku lelah. Gak mau lagi seperti ini dan terus menerus membuat kamu sedih. Maaf, selama ini aku tidak memperhatikan hati dan perasaan kamu. Tapi satu hal yang harus kamu tahu, mulai saat ini aku akan lebih memperhatikan kamu," ucap Charles dengan ekspresi wajah yang terlihat menyesal. Ekspresi yang sangat natural dan tak ada kesan dibuat-buat.

Mendengar semua perkataan yang diucapkan Charles itu, membuat hati Vanya bergetar. Ada perasaan damai yang menyelimuti hatinya, saat Charles mengutarakan permintaan maaf itu. Walaupun kali ini Charles belum menyatakan cinta maupun sayangnya, namun permintaan maaf itu cukup membuat Vanya tahu bahwa Charles akan membuka hati untuknya.

Wajah Vanya menunduk, mendekati wajah lelaki tampan yang masih setia berbaring di pangkuannya. Mendaratkan satu kecupan kilat yang terasa manis di bibir tipis Charles.

"Kamu mau kemana?" tanya Charles saat Vanya mengangkat kepala Charles pelan, hendak berdiri.

"Tidur," sahut Vanya singkat.

"Di sini kan?" tanya Charles yang dijawab dengan gelengan kepala Vanya. Ia kemudian berjalan menuju pintu penghubung.

"Selamat tidur ya," ucap Vanya sambil menoleh lalu hilang di balik pintu.

Charles menghela nafas. Paling tidak, nanti sewaktu liburan mereka juga akan kembali satu kamar, pikir Charles menenangkan hatinya yang risau.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • DUDA POLISI BUCIN   Masih Liburan

    Di restoran hotel mereka tengah menikmati sarapan pagi, sambil menunggu di jemput oleh Mas Andi. Vanya yang sedang mengantri mengambil salad buah, melihat seorang laki-laki dengan setelan jas hitam tersenyum ke arahnya.“Indra ya” gumam Vanya tak takun."Vanya," sapanya saat tiba di depan Vanya."Indra!" seru Vanya. Wajahnya tampak sumringah melihat Indra. Teman kuliahnya dulu yang tampak sangat berbeda sekarang."Sama siapa kamu kesini? Gak ngabarin deh kamu," ucap Indra akrab."Iya. Handphone aku sempat error, jadi banyak nomor kontak yang hilang."Merasa Vanya terlalu lama hanya untuk mengambil salad buah, Charles menyusul dan melihat Vanya tengah asyik berbincang dengan orang lain. Dalam hatinya bertanya-tanya siapa lelaki yang sedang berbicara dengan Vanya itu."Eh, Ndra. Ini kenalin suami aku, Charles." Saat menyadari kedatangan Charles, Vanya reflek memperkenalkan suaminya yang tampan itu. Mereka berjabatan tangan sebentar, sebelum Charles menggand

  • DUDA POLISI BUCIN   Liburan Dimulai

    Vanya telah siap sejak pukul enam pagi, berbanding terbalik dengan Charles yang masih tidur dengan pulasnya. Ia kemudian menggoyang-goyang pelan badan Charles, berusaha membangunkannya."Hoahh…." Mulut Charles menguap lebar sembari mengucek-ngucek matanya."Ayo, kamu siap-siap. Kita berangkat dari rumah Mama kan?""Sepagi ini kamu sudah cantik aja," puji Charles."Terimakasih pujiannya," sahut Vanya."Charlos mana?" tanya Charles seraya turun dari ranjang, memberi kesempatan agar Vanya bisa merapikan bantal dan selimut yang berantakan."Masih tidur. Paling sebentar lagi dia juga bangun."Selesai membereskan tempat tidur, Vanya melangkah ke arah lemari hendak menyiapkan pakaian untuk Charles."Bahagianya aku, kita mau liburan." Sebuah pelukan dari Charles membuat Vanya menghentikan aktivitas tangannya yang tengah mencari pakaian untuk Charles kenakan."Mandi lah, biar kita makan terus ke rumah Mama," uca

  • DUDA POLISI BUCIN   Persiapan

    "Kayaknya gak bisa deh, hari ini sampai beberapa hari kedepan Mama di Bandung. Di rumah Yuda.""Berarti lain kali harus atur jadwal dulu sama Mama ya," ucap Charles. "Gak gitu juga sih tapi jangan mendadak kaya gini juga. Gapapa kalian liburan aja ya. Nanti bawa oleh-oleh kabar baik ya," ucap Mama.Charles senyum-senyum mendengar ucapan Mama di telpon. Vanya yang dari tadi berdiri di depan connecting door, berjalan mendekat menanyakan apa yang mereka obrolan. Walaupun sebenarnya, Vanya sudah tahu Mama gak bakal bisa ikut liburan dengannya, tetap saja ia sedih mendengar jawaban dari Charles."Jadi mau gimana?" tanya Charles.Vanya mengangkat kedua pundaknya."Lain kali kita atur jadwal lagi kalau mau ajak Mama jalan," ucap Charles. Vanya mengangguk sambil mengajak Charlos ke ruang tamu untuk sarapan.Setelah menempatkan Charlos di kursinya, Vanya menyiapkan makanan untuk Charlos."Kalau kata Omanya Charlos barusan aku telpon, mereka excited buat libur

  • DUDA POLISI BUCIN   Surprise

    Hari-hari berjalan seperti biasa, meski telah tidur terpisah selama kurang lebih satu bulan. Vanya tetap menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga dan istri. Ia tetap melayani suaminya. Seperti pagi ini, ia pun tak keberatan untuk mengantarkan Charles ke kantor. Setelah menempatkan Charlos pada kursi khusus anak yang terpasang di kursi belakang, mereka meninggalkan rumah dan menuju kantor Charles."Kalian mau langsung pulang atau ada tujuan lain?" tanya Charles sebelum turun dari mobil."Mampir ke tempat Mama boleh kan?"Charles mengangguk seraya membelai lembut lengan Vanya. "Kalian hati-hati ya."***Vanya berada di rumah Mama, hingga selesai jam makan siang. Seperti tahu anak dan cucunya akan datang, Mama memasak makanan kesukaan Vanya. Ia makan dengan lahap sementara Charlos diurus oleh Mama."Wuih, hebat nih cucu Oma makannya habis," ucap Mama girang sambil bertepuk tangan yang kemudian diikuti oleh Charlos. Mama kemudian membersihkan mulut Char

  • DUDA POLISI BUCIN   Pisah Ranjang

    Rumah baru dengan satu lantai dan halaman yang cukup luas itu, penuh dengan keluarga Vanya dan juga Charles. Setelah mengucap doa dan syukur, mereka bergantian menikmati makanan yang telah tertata rapi di meja panjang. "Cuman makan sayur aja? Kamu diet," ucap Nana saat melihat piring yang dipegang Vanya. "Mau diet apa coba, Kak. Vanya sudah gini," ucap Vanya sambil melihat badannya. Gak gemuk gak kurus juga sih."Iya kamu gak usah diet-diet ya, tapi jangan juga sampe bablas," timpal Mama."Iya, Ma," sahut Vanya.Jarum jam mulai menunjuk ke pukul tiga sore, saat beberapa keluarga sudah mulai pamit pulang. Dengan didampingi Vanya, Charles mengantarkan keluarganya yang pamit pulang. Ia juga mengucapkan terimakasih kepada mereka, karena telah bersedia hadir di acara ini. Vanya dibantu Bu Sum, membereskan meja makan kemudian membawa beberapa piring dan gelas yang kotor ke dapur."Bu Vanya di depan saja, biar saya yang bereskan, Bu," ucap Bu Sum saat melihat

  • DUDA POLISI BUCIN   Air Mata

    Sepanjang jalan Charlos yang duduk di pangkuan Erin terus berdecak kagum melihat gedung-gedung tinggi dan ramainya kendaraan di jalan raya. Rona wajahnya sama dengan cuaca pagi ini, sangat cerah. Seperti tahu ia akan berkunjung ke makam ibunya saja. Empat puluh lima menit perjalanan, mereka akhirnya tiba di pemakaman umum tempat Kirana beristirahat untuk selamanya."Mobilnya Charles," ucap Erin seraya menunjuk mobil besar dengan warna hitam yang terparkir di bawah pohon."Iya, Ma," jawab Vanya sambil menoleh."Sayang, kamu duluan ya. Biar Mama beli bunga dulu," suruh Erin. Dengan menggendong Charlos, Vanya masuk ke area pemakaman yang dipenuhi pepohonan. Ia melangkahkan kaki pasti menuju pusara Kirana, istri pertama suaminya itu."Hai sayangku yang akan selalu mengisi hatiku," sapa Charles sambil mengusap nisan bertuliskan nama istri pertamanya itu. Sapaan yang terdengar jelas di telinga Vanya. Yang akan selalu mengisi hati ku.Kalimat itu berputar

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status