Home / Romansa / DUDA POLISI BUCIN / Lelaki Lain Lagi

Share

Lelaki Lain Lagi

Author: Lystania
last update Last Updated: 2025-07-28 10:10:40

Setelah penantian dan perjuangan yang cukup lama, hari ini akhirnya Sandra diwisuda juga. Bertempat di salah satu ballroom hotel di Jakarta, wisuda akan dilakukan mulai jam sepuluh pagi.

Dari pagi Sandra sudah sibuk di make up oleh MUA yang dipanggil ke rumah. Sementara menunggu giliran make up, Vanya membenahi Charlos, mengganti bajunya dan menyiapkan beberapa cemilan untuk Charlos nanti selama di sana.

"Kamu ikut kan?" tanya Charles pada Vanya yang belum berganti pakaian.

"Kalau gak ikut kenapa emangnya?" tanya Vanya sambil membuka lemari pakaian, memilihkan pakaian yang akan dikenakan Charles.

"Kalau kamu gak ikut nanti aku dikira masih single lagi," ucapnya santai sambil bermain handphone dengan Charlos di atas tempat tidur.

"Iya tahu, yang punya sejuta pesona. Aku mah apa atuh," ucap Vanya.

"Charlos, coba kita lihat dulu muka Aminya," ucap Charles mendekati Vanya seraya menggendong Charlos.

"Apaan sih," ucap Vanya saat Charles mencoba menggodanya. "Sini Charlos nya, kamu ganti baju sana." Vanya meletakkan pakaian Charles di atas tempat tidur.

"Di kamar mandi dong ganti bajunya," ucap Vanya saat melihat Charles bersiap membuka bajunya.

"Loh kenapa? Ada masalah?"

"Gak boleh di depan anak buka-buka baju kaya gitu." Vanya mengalihkan pandangan Charlos.

"Tapi di depan Aminya kan boleh," ucap Charles tak tahu-tahu.

"Susahnya ngomong sama kamu, pasti ada aja jawabannya."

Charles tertawa melihat ekspresi wajah kecut Vanya.

***

Tepat jam sembilan, mereka telah tiba di tempat acara wisuda akan dilaksanakan. Vanya tampak serasi dengan Erin yang mengenakan kebaya modern berwarna soft pink dipadukan dengan bawahan batik.

Sudah tampak ramai dan penuh dengan mahasiswa dan mahasiswi serta keluarga di depan dan di dalam ballroom.

"Tapi undangannya cuma untuk dua orang," ucap Sandra.

"Gapapa. Mama sama Papa aja yang masuk, kita nunggu di luar."

Charles mengiyakan ucapan Vanya dengan anggukan kepalanya.

"Atau kita nunggunya sambil check in?" bisik Charles yang langsung menerima cubitan pedas dari Vanya di perutnya.

"Kenapa?" tanya yang lain berbarengan mendengar jeritan Charles.

"Gak. Gapapa," sahut Charles sambil mengelus perutnya yang masih terasa sakit akibat cubitan Vanya.

Setelah Sandra, Frans, dan juga Erin masuk ke dalam tempat acara, mereka meninggalkan tempat yang masih penuh dengan kerumunan orang, menuju cafe yang masih berada di hotel itu.

"Kamu pesan apa?" tanya Charles pada Vanya sambil membaca list menu yang telah diantarkan pelayan cafe itu.

"Jus alpukat tapi gulanya sedikit aja ya, Mas," ucap Vanya seraya mengembalikan list menu pada mas pelayan berdasi kupu-kupu itu.

"Saya pesan jus mangga, kentang goreng, sama air mineral."

"Baik, ditunggu ya." Pelayan tadi meninggalkan mereka.

Vanya mengeluarkan kotak bekal dari dalam tasnya dan memberikan biskuit kepada Charlos.

"Kamu kuliah dimana dulu?"

"Sama kaya kampusnya Sandra."

"Oh, jadi satu alumni ya," ucap Charles sambil menyeruput jus yang telah tersaji di meja. "Sekalian nostalgia dong sama dosen-dosennya entar."

"Iya kalau ketemu nanti," sahut Vanya.

Vanya mengambil tissue dan membersihkan mulut Charlos dari sisa-sisa biskuit. Kurang lebih satu jam berada di cafe, mereka kemudian kembali ke depan tempat acara berlangsung, karena wisuda telah selesai.

"Foto dulu ya," ucap Erin. Mereka agak menjauh dari kerumunan dan menuju tempat stand foto yang telah disediakan.

Merasa belum puas dengan hasil foto disana, Erin mengusulkan untuk foto di studio.

"Iya. Sekalian kita bikin foto keluarga," ucap Frans.

"Charles ambil mobil dulu ya," ujarnya. Agar nanti langsung pergi, mereka berjalan menuju depan hotel. Tengah menunggu Charles datang, Sandra menyapa seseorang yang dipanggilnya dengan sebutan pak. Saat Vanya berpaling, ternyata orang yang disapanya adalah dosen muda yang dulu sempat naksir dengan Vanya. Tak dapat mengelak, Vanya akhirnya ikut menyapanya.

"Oh, sekarang jadi kakak iparnya Sandra ya," ucapnya.

"Iya, Pak," sahut Vanya.

"Bapak, kenal sama Kak Vanya ya?"

"Iya, dulu sering ketemu di kampus. Dulu," ucapnya. Charles turun dari mobil dan menghampiri mereka, lantas melirik ke arah laki-laki yang mengenakan setelan batik yang berdiri didekat Sandra.

"Saya duluan ya, Pak," pamit Sandra pada dosennya itu.

"Silahkan," ucap dosen itu yang matanya tak lepas memandang Vanya hingga masuk ke dalam mobil.

“Ya ampun, kenapa jadi bisa ketemu sama Pak Ari lagi sih? Kayaknya dulu dia sudah pindah ke kampus lain deh” guman Vanya. Ari dulu dosen termuda di kampus Vanya. Meski berbeda fakultas, mereka lumayan sering bertemu di perpustakaan kampus. Ari memang terang-terangan mengatakan kalau dia memiliki perasaan dengan Vanya, tapi Vanya tak bisa menerimanya karena ia tahu anak rektor kampusnya yang adalah mahasiswi di kampus itu, juga suka dengan Ari. Daripada kuliahnya nanti menghadapi masalah, lebih baik ia menolak Ari yang berkali-kali terus menyatakan perasaannya.

"Sudah nikah belum sih dia, San?" tanya Vanya sesaat mereka telah sampai di studio foto.

"Siapa, Kak?"

"Itu dosen kamu yang tadi kamu sapa?"

"Oh, Pak Ari. Belum, Kak. Katanya sih dia masih belum move on dari cinta lamanya. Alumni kampus kita juga, menurut gosip sih gitu. Padahal lo, Pak Ari oke punya, tapi bisa aja ditolak sama cewek. Sampai bikin Pak Ari gak bisa move on lagi. Jadi penasaran siapa ceweknya," cerita Sandra. Charles yang duduk tak jauh dari mereka, menelinga dan mendengar apa yang Sandra dan Vanya bahas. Saat Sandra menjauh, niat Charles ingin langsung menginterogasi Vanya terhambat karena fotografer telah memberi isyarat untuk siap melakukan sesi foto.

Mereka semua berfoto dalam satu frame, kemudian dilanjut dengan foto dengan pasangan.

"Charlos ayo sama Ami sini," panggil Vanya saat ia dan Charles telah berdiri di depan background foto.

"Kalian berdua aja dulu, nanti baru bertiga sama Charlos," Kata Erin.

Tubuhnya menjadi kaku, bingung harus bergaya seperti apa.

"Ayo, satu, dua, tiga," hitung fotografer itu memberi tanda.

"Ayo, Mas diarahin istrinya biar gak tegang," ucap fotografer itu lagi.

“Dengan senang hati” gumam Charles dalam hati sambil senyum-senyum. Tangannya leluasa melingkar di pinggang Vanya, kemudian menariknya lebih dekat dengannya dan menatap mata Vanya.

"Oke. Bagus," komentar fotografer itu sambil melihat hasil jepretannya di dalam kamera. Setelah selesai semua berfoto dan membayar biayanya, mereka meninggalkan studio foto dan pulang.

***

Pulang dari makan malam diluar merayakan wisuda Sandra, masing-masing dari mereka langsung pamit untuk tidur. Hari ini cukup melelahkan. Sejak dari pagi hingga malam, mereka berkegiatan di luar rumah.

"Charlos tidur di boxnya aja," ucap Charles saat Vanya hendak meletakkannya di atas ranjang.

"Kenapa? Biasanya juga tidur sama kita di sini?"

Charles terdiam, tapi sorotan matanya tajam menatap Vanya. Daripada malam-malam mereka berdebat, Vanya mengikuti saja omongan Charles. Setelah meletakkan Charlos di box nya, Vanya naik ke atas ranjang, berniat langsung tidur. Namun lagi-lagi Charles menahannya.

"Siapa laki-laki yang waktu di hotel tadi?"

“Aduh, pasti nanyain Ari nih” gumam Vanya dalam hati.

"Siapa? Dosennya Sandra kan itu?"

"Itu tahu. Dari cara dia melihat kamu kayaknya ada yang beda," selidik Charles.

"Biasa aja kok. Perasaan kamu aja mungkin. Aku udah lama gak ketemu dia." Entah kenapa mulut Vanya dengan santai mengucapkan kalimat terakhir itu. Charles langsung mendekat, tak membiarkan Vanya menjauh.

"Jadi dia siapa?" tanya Charles lagi.

"Dosennya Sandra." Charles menatap Vanya dengan sangat dekat, tak puas dengan jawaban Vanya.

"Kamu banyak banget stok laki-laki kayaknya ya. Mulai dari temen abang kamu yang di kantor pajak, terus temen kamu yang jadi koki di hotel kemarin, terus temen kamu yang jadi dokter di rumah sakit kemarin, sekarang datang satu lagi. Dosennya Sandra," ucap Charles sedikit gemes.

"Loh, kan semuanya teman. Salah aku punya teman?" Vanya tak kalah sewot.

"Tapi itu teman dekat kamu semua, jadinya salah."

"Teman dekat kan waktu dulu, sekarang aku apa? Sudah jadi istri kamu kan? Gak tahu deh kamu anggap aku istri apa bukan," ucap Vanya sambil mendorong pelan Charles dan berbalik membelakanginya.

“Iya juga sih. Teman dekat kan dulu, sekarang dia sudah jadi hak milik aku padahal” batin Charles.

"Istri lah, terus apa?" ucap Charles yang tak mendapat respon dari Vanya lagi karena telah telah tertidur.

“Kenapa aku selalu kayak gini ya” gumamnya lagi dalam hati. Ia memeluk Vanya dan memejamkan matanya. Merasakan hangatnya pelukan Charles, membuatnya mesem-mesem sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUDA POLISI BUCIN   Lelaki Lain Lagi

    Setelah penantian dan perjuangan yang cukup lama, hari ini akhirnya Sandra diwisuda juga. Bertempat di salah satu ballroom hotel di Jakarta, wisuda akan dilakukan mulai jam sepuluh pagi.Dari pagi Sandra sudah sibuk di make up oleh MUA yang dipanggil ke rumah. Sementara menunggu giliran make up, Vanya membenahi Charlos, mengganti bajunya dan menyiapkan beberapa cemilan untuk Charlos nanti selama di sana."Kamu ikut kan?" tanya Charles pada Vanya yang belum berganti pakaian."Kalau gak ikut kenapa emangnya?" tanya Vanya sambil membuka lemari pakaian, memilihkan pakaian yang akan dikenakan Charles."Kalau kamu gak ikut nanti aku dikira masih single lagi," ucapnya santai sambil bermain handphone dengan Charlos di atas tempat tidur."Iya tahu, yang punya sejuta pesona. Aku mah apa atuh," ucap Vanya."Charlos, coba kita lihat dulu muka Aminya," ucap Charles mendekati Vanya seraya menggendong Charlos."Apaan sih," ucap Vanya saat Charles mencoba menggodany

  • DUDA POLISI BUCIN   Galak

    Dari sekian kali acara arisan keluarga yang dihadiri oleh Vanya dan mertuanya tanpa kehadiran Charles, baru kali ini ada kejadian yang tak mengenakkan di hatinya. Pertanyaan tantenya Charles membuatnya merasa kecil tak berarti. "Kenapa, Sayang?" tanya Erin mendekati Vanya. Meski selama acara Erin tak selalu berada di dekat Vanya dan Charlos, ia tetap mengawasi menantunya itu dari jauh. "Gapapa, Ma." Vanya memasang senyum palsu. “Perasaan kemarin dia fine-fine aja. Kenapa tiba-tiba dia nanyain soal anak sih? Pakai bilang gak subur lagi” gerutu Vanya dalam hati. Ia mengatur nafasnya yang sedikut menggebu menahan amarah. "Yakin gapapa?" Erin memastikan lagi. "Iya, Ma." Kembali Vanya menampilkan senyum palsu. Rasanya pengen cepet-cepet pulang aja dari sini. Ia mengajak Charlos ke halaman depan bermain bersama sepupu-sepupunya yang lain. "Hai, Kak," sapa salah seorang sepupu Charles yang usianya tak beda jauh dengannya. "Hai," sahut Vanya sambil tersenyum. "Sandra gak ikut y

  • DUDA POLISI BUCIN   Anniversary

    Sedikit kesal sih karena pagi-pagi Charles sudah pamit pergi kerja duluan, dan menyuruh Vanya untuk ikut dengan Sandra. Tak ada kata-kata yang berarti keluar dari mulut Charles pagi ini, pada hal hari ini adalah tepat satu tahun mereka menikah. Entah lupa atau sengaja, Vanya tak tahu. Ia memutuskan untuk tidak ambil pusing dengan sikap Charles dan menyimpannya dalam hati saja. Setelah siap dengan pakaian kerjanya, ia mengajak Charlos keluar dari kamar. Semenjak Vanya resmi menjadi Aminya Charlos, yang biasanya Charlos jarang bangun pagi, kini berubah. Ia selalu bangun pagi seolah ingin selalu mengantarkan Vanya pergi bekerja."Happy Anniversary yang pertama ya Aminya Charlos. Semoga kalian selalu bahagia, Amin," ucap Erin saat Vanya tiba di ruang makan."Amin." Frans pun turut mengamini ucapan Erin."Makasih ya, Mama, Papa. Semoga kita semua selalu bahagia, Amin," ucap Vanya. Ia menarik kursi dan duduk di samping Charlos yang telah anteng di atas kursi bayinya."Tadinya sih mau ajak d

  • DUDA POLISI BUCIN   Semua Jadi Satu

    Vanya memandangi kalender yang ada di atas meja dan membolak tiap lembar. Ia tampak memikirkan sesuatu. Kalau dihitung-hitung, ini sudah hampir satu tahun mereka menikah. Tepatnya, tiga hari lagi, genap satu tahun usia pernikahan mereka. Sebenarnya ia tak berekspektasi yang berlebihan di hari jadi mereka ini. Charles ingat saja, itu sudah hal yang luar biasa. Syukur.Belakangan ini, Vanya merasa kalau hubungannya dengan Charles jauh lebih baik dari sebelumnya. Walau kadang masih sering berdebat kecil.“Kamu mau cuti? Dari tadi liatin kalender terus," ucap Tyas."Gak sih, belum ada rencana," jawab Vanya cengengesan."Terus?""Liatin kapan gajian, udah menipis soalnya, hahahaha …." ucap Vanya."Ah, kayaknya kamu termasuk golongan orang yang uangnya gak berseri deh.""Amin Ya Allah," sahut Vanya seraya menengadahkan tangannya. Vanya mengamini saja ucapan Tyas, meski tahu yang dimaksud Tyas adalah mertuanya.Setelah membereskan meja, Vanya, Tyas, dan yang lain menuju aula kantor untuk me

  • DUDA POLISI BUCIN   Dalam Dekapan

    Pencarian hari ketiga, akhirnya membuahkan hasil. Setelah sebelumnya, Charles menyerahkan foto diri orang yang menipu keluarganya, Charles mendapatkan kabar, bahwa orang yang diduga mirip dengan ciri-ciri yang dicari, terlihat di salah satu rumah makan di daerah Bandung siang ini. Setelah mendapatkan izin dari atasannya. Charles dan seorang temannya meluncur ke sana.Aku ke Bandung dulu. Ada yang diurus. Nanti Sandra yang jemput, karena aku mungkin pulang tengah malam.Isi pesan yang dikirim Charles pada Vanya. Sepertinya semesta mendukung rencana Charles untuk memburu tukang tipu itu. Setibanya di Bandung, Charles langsung menuju ke sebuah rumah kontrakan tempat orang itu berada, sebelumnya Charles telah minta tolong pada temannya di salah satu polsek di daerah Bandung untuk mengikuti kemana orang itu pergi. Charles memarkir jauh mobilnya, kemudian berjalan menuju rumah yang dimakasud."Mana?" tanya Charles pada temannya yang telah lebih dulu menunggu tak jauh

  • DUDA POLISI BUCIN   Tamu Bulanan

    Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Vanya hanya diam. Sedari tadi ia terus memegang perutnya dengan posisi sedikit membungkuk. Ini dilakukannya agar sakit datang bulannya sedikit berkurang. Sudah lama ia tidak merasakan sakit yang lumayan menyiksa seperti ini."Kamu sakit? Wajah kamu pucat? Sudah makan?" tanya Charles bertubi-tubi. Vanya mengangkat wajahnya dan tersenyum kecut. "Aku baik-baik aja," ucapnya dengan nada tertahan."Kalau baik-baik aja, kenapa sampai pucat kayak gitu?""Sakitnya udah biasa. Setiap bulan pasti kaya gini. Masalah wanita.""Tapi selama kita sama-sama, baru kali ini aku lihat kamu sakit sampai pucat kayak gini," ucap Charles lagi. Vanya tak menjawab, berharap Charles berhenti menanyainya. Karena gerakan bibir saat menjawab setiap pertanyaan dari Charles, menambah rasa nyeri di perutnya."Kalau gitu, sekarang kita ke dokter. Kita periksa. Supaya jelas kamu ada riwayat sakit apa. Aku gak mau kamu kaya Kirana dulu yang punya kista di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status