Masuk"Siapa yang sakit?" Tanya Kaisar. Dahlia tak sengaja bertemu dengan Kaisar di lorong rumah sakit sehabis menebus obat untuk Tari.
"Tari yang sakit, Bang." jawab Dahlia. Iya sudah dia hari putri sematang wayangnya deman tinggi. Membuat Dahlia panik dan membawanya ke rumah sakit. "Sakit apa?" Raut khawatir terlihat dari wajah Kaisar "Kata dokternya gejala typus dan harus di rawat." Jawab Dahla lagi "Dirawat?" Dahlia mengangguk sebagai jawaban. "Di ruangan mana?" Kaisar kembali bertanya. Dahlia lalu menyebutkan ruang tempat Tari di rawat. Mereka lalu berjalan bersama menuju ruang rawat Tari karena obat untuk Tari sudah Dahlia dapatkan. "Abang ngapain ada disini?" tiba-tiba saja Dahlia mengatakan tujuan keberadaan Kaisar. "Kamu lupa saya kerja disini?" kata Kaisar jengah, bagaimana adik iparnya itu tidak mengetahui kalau dirinya kerja di rumah sakit ini. "Eh lupa, Abang kan dokter." Tari meringis malu. Jujur karena tidak terlalu dekat dengan kakak iparnya ini dia sampai lupa kalau kakak iparnya seorang dokter. Apalagi saat ini kakak iparnya itu tidak menggunakan jas dokternya. Kaisar hanya geleng-geleng kepala saja. Kesal namun tetap saja ada senyuman kecil yang dibentuk oleh bibirnya "Tari dengan siapa di ruang rawat?" Tanya Kaisar lagi. "Oh itu ada teman aku yang nungguin Tari." Jawab Dahlia. Dahlia tadi membawa Tari bersama Herfiza. Dahlia bingung meminta tolong siapa. Tante Nena yang paling dekat dengannya sedang pergi menemani suaminya keluar kota. Sedangkan keluarga dia kan jauh, suaminya juga sedang di luar kota. Untung ada Herfiza yang kebetulan memang mau ke rumahnya. "Raja sudah kamu kasih tahu?" Tanya Kaisar lagi "Sudah, tadi aku langsung kasih tahu dia." jawab Dahlia. Mereka sampai di ruang rawat Tari, nampak Tari terkulai lemas di atas belangkar sedangkan disampingnya seorang wanita berdiri menunggui Tari. Herfiza wanita yang menunggui Tari tersebut langsung berbalik memandang Dahlia dan kaisar saat menyadari mereka masuk. "Tadi Tari bangun tidak?" Tanya Dahlia karena di sadar kalau dia cukup lama di apotek karena mengantri. "Enggak, dia belum bangun. Mungkin efek obat tadi." Jawab Herfiza Kaisar lalu menyentuh kening Tari dengan punggung tangannya hanya untuk mengecek suhu tubuh keponakannya tersebut. "Oh iya, Bang! Kenalkan ini Herfiza, teman aku. Fiza kenalin ini Bang Kaisar Kakaknya Raja!" Dahlia berinisiatif mengenalkan mereka. Mereka berdua lalu saling berkenalan. lebih tepatnya Kaisar yang baru berkenalan karena dia pasti baru tahu. kalau Herfiza sendiri pasti dia sudah tau dan kenal akan Kaisar. "Kalau begitu saya keluar dulu. Nanti saya kesini lagi. kalau ada apa-apa hubungi saya , Ya!" Kaisar lalu pamit dia tidak bisa lama-lama karena dia ada jadwal praktek di klinik. "Masih aja kaku kakaknya Raja itu, Ya. Gue tegang tahu." Herfiza jujur tadi Herfiza merasa canggung saat berhadapan dengan kakaknya Raja tersebut. Padahal Kaisar sendiri tidak ngapa-ngapain. "Tegang kenapa Lo? naksir ya?" Goda Dahlia. "ckk, bukan itu. Gue tegang lihat aura dinginnya. Dia punya pacar gak sih?" Herfiza penasaran wanita mana yang bisa menaklukkan lelaki tampan namun dingin tersebut. "Enggak tahu gue. Tapi kalau teman dekat cewek sih ada. Tapi itu juga kata Eca sih. Mau daftar lo jadi pacar Bang Kai?" Goda Dahlia lagi, temannya yang satu Ini memang masih jomblo. "Enggak lah, sadar diri gue. Takut gue masuk ke lingkungan keluarganya. Lo aja sulit nembus pintu restu emaknya, apalagi gue." Kata Herfiza. "Eh sorry, Ya!" Tari menjadi tidak enak karena menyinggung restu dari ibunya Raja. "Tenang aja gue udah biasa." Jawab Dahlia santai. Dia sudah biasa kalau orang-orang dekatnya tahu jika ibunya Raja sampai saat ini belum menerima dia sebagai menantunya. "Raja sudah Lo kasih tahu, Ya?" Kini Herfiza yang menanyakan tentang Raja. "Sudah , cuman belum dibalas juga. Mungkin dia masih sibuk." Jawab Dahlia. "Sibuk apa sibuk sih suami kamu itu!" Herfiza terlihat sangat kesal. Sebenarnya bukan hanya Herfiza, Dahlia pun sangat kesal pada Raja. Dari tadi Raja Ditelpon tak diangkat padahal berdering. Dikirim chat juga gak dibalas padahal centang dua dan sudah hijau lagi. tandanya itu sudah dibaca. Maunya sih marah-marah, Tapi Dahlia sudah malas menghadapi Raja. Cukup lama Herfiza menemani Dahlia di rumah sakit. Herfiza pamit pulang. Dia juga punya kewajiban untuk menjaga ibu di rumah. Dan Dahlia tidak akan memaksa dia untuk menemaninya di rumah sakit. Sebenarnya Herfiza merasa khawatir meninggalkan Dahlia hanya berdua dengan Tari. Namun saat bilang kalau Tristan mau temanin, Herfiza merasa tenang. Pintu ruang rawat Tari dibuka perlahan. Seseorang masuk sambil menjinjing sekantong papar bag. Dahlia hampir saja akan memarahi orang yang datang tersebut. Namun tak jadi karena yang datang bukan orang yang dia tunggu. "Bagaimana Tari?" Tanya orang tersebut. "Bang Kai? Kok kesini lagi?"" Kata Dahlia, ternyata yang datang adalah Kaisar, tadinya Dahlia berpikir yang datang itu Tristan. "Menang gak boleh saya menjenguk keponakan saya?" Tanya Kaisar. "Enggak, eh maksudnya boleh saja sih." Dahlia menjadi salah tingkah. Benar apa yang dikatakan Herfiza, aura Kaisar sangat kuat. Dahlia juga sampai takut, eh bukan takut tapi canggung. "Raja akan pulang?" Tiba-tiba saja Kaisar menanyakan Raja. Dahlia bingung harus jawab apa karena sampai saat ini dia belum membalas pesannya. "Gak akan pulang kayaknya sih. Atau dia gak ngangkat telpon dan gak balas pesan kamu, ya?" Tebakan Kaisar tepat sekali. Dahlia ingin menyangkal namun sepertinya Kaisar tak memberikan kesempatan padanya untuk menjawab "Ini aku bawa makanan. Kamu pasti belum makan kan?" Kaisar menyerah papar bag tadi pada Dahlia. tertulis nama sebuah restoran langganan Dahlia. Bahkan makanan yang dibawanya juga merupakan makanan kesukaannya. Dahlia ingin menanyakan bagaimana Abang iparnya itu tahu makanan favoritnya. Namun Kaisar lagi-lagi membuat Dahlia tak bisa bersuara. "Tadi Eca yang minta saya bawakan ini untuk kamu. Ini titipan dari Eca." Dahlia akhirnya mengangguk. Dahlia berharap Kaisar cepat-cepat pergi dari sana. Namun rupanya Kaisar malah tenang duduk dikursi samping ranjang Tari. Bahkan dengan sayang dia mengusap surai Tari lembut. Dahlia berharap Tristan cepat-cepat datang. Setidaknya kalau ada Tristan dia tidak akan terlalu canggung meskipun satu ruangan dengan Kaisar. [Sorry, Ya! Gue gak bisa temanin Lo di RS. Gue langsung harus ke Singapura malam ini juga. Lo tahan dulu saja Herfiza disana, Oke!] Ingin rasanya Dahlia menjambak Tristan malam ini juga."Kamu jangan pergi, Ja. Mama gak mau kamu pergi!" Tangisan Karina pecah saat Raja menyetujui keputusan dari sang ayah.Beberapa waktu yang lalu setelah kasus Raja dan Jessica juga perceraian dengan Dahlia. Sang ayah pernah menawarkan Raja untuk melanjutkan sekolahnya di laur negeri sekaligus untuk berkarir disana. Ayahnya yang meminta Raja untuk berkarir di luar negeri. Kebetulan dia memiliki saudara yang mempunyai perusahaan disana dan Raja akan disuruh bekerja di perusahaan tersebut. Toh disini pun , Karir Raja sudah hancur. Meskipun masih ada pekerjaan namun itu tidak banyak. Dan dia juga tidak mendapatkan kontrak lagi setelah semua kontrak selesai. "Raja tidak apa-apa, Ma. Raja memang harus pergi, Ma. disini juga Raja merasa tidak ada masa depan saat ini. Raja harus mengejar masa depan Raja." Kata Raja. Dia sangat tahu bagaimana kondisi dirinya sendiri disini."Tapi kenapa harus jauh sekali sih, Ja. Kan di Indonesia juga banyak. Papa kamu juga punya perusahaan. Kenapa tidak menem
"Sudah tidur, ya?" Tanya Dahlia pada Raja. Kepalanya hanya nonggol di balik pintu kamar Tari sang anak. Dia tidak berani masuk karena takut menganggu tidur putrinya. "Baru saja." Raja lalu bangkit dan berjalan mendekati Dahlia. Mereka lalu pergi meninggalkan kamar sang putri setelah Raja mematikan lampu kamar putrinya dan menyalakan lampu tidur. Tidak lupa dia juga menutup pintu kamar putrinya kembali. Raja baru tahu ternyata putrinya itu harus mendengar dongeng dulu sebelum tidur. Selama ini dia tidak pernah menemani Tari tidur. Dia pulang saat Tari sudah tidur jadi dia tidak tahu kebiasaan sang putri tersebut. Ternyata selama ini dia memang sudah sering mengabaikan sang putri. "Sorry telat pulang. Tadi mendadak Fiza membawa aku mengunjungi pabrik." kata Dahlia tak bohong. Menang benar setelah Jessika dan Ajeng pergi , Dahlia dan Fiza pergi ke pabrik mereka. Karena ada beberapa hal yang harus diselesaikan disana. "Gak apa-apa santai saja." Jawab Raja. Dia jadi teringat
"Ada apa, Ya?" Herfiza masuk ke dalam ruangannya. "Mereka ingin bertemu dengan kamu!" kata Dahlia sambil menunjuk Jessika dan Ajeng dengan dagunya. Herfiza lalu duduk di samping Dahlia. Dia lalu memandang ke arah Jessika dan Ajeng yang masih terlihat manahan amarah. Mungkin marah pada Dahlia."Maaf ada perlu apa mbak Ajeng dan mbak Jessika menemui saya?" Tanya Herfiza pada mereka."Maaf sebelumnya Bu Fiza. Pegawai ibu ini sudah tidak sopan kepada tamu ibu. Bahkan pada ibu saja dia tidak sopan." Kata Ajeng."Pegawai saya? siapa?" Tanya Herfiza pura-pura bingung."Dia! Dia pegawai ibu kan?" Ajeng menunjuk Dahlia yang lebih anteng memainkan gawainya. Herfiza lalu melirik ke arah Dahlia yang dibalas oleh Dahlia dengan mengangkat alisnya. Herfiza lalu tersenyum ke arah Jessika dan Ajeng."Dia bukan karyawan saya." Kata Herfiza."Bukan karyawan ibu? Tapi tadi dia mengangguk bekerja di Liza Beauty." Kata Jessika kali ini."Wah ternyata kamu ngaku-ngaku ya kerja di sini. Bahkan kamu beran
Jessika dan Ajeng sedang duduk di ruangan Herfiza. Mereka menunggu kedatangan CEO dari Liza Beauty. Tujuan mereka adalah untuk melobi Herfiza agar kembali mempekerjakan Jessika. Saat ini Jessika sedang mengalami krisis finansial semenjak kasusnya dengan Raja. Kemarin Ajeng mendengar kalau Liza Beauty sedang membutuhkan model untuk produk terbaru mereka. Ajeng ingin menawarkan Jessika untuk jadi modelnya. Mereka berharap kalau Herfiza akan memakai jasa Jessika kembali. Toh kasusnya dengan Raja sudah mulai reda. Pemberitaan di media pun sudah tak pernah membahas kasus itu lagi. Mereka juga berharap dengan bekerja kembali dengan Herfiza bisa mengembalikan citra baik Jessika. Toh selama ini tidak ada masalah dalam kerjasama mereka sebelumnya. Jessika bekerja dengan baik untuk Liza Beauty.Namun begitu terkejutnya Jessika dan Ajeng saat yang datang menemui mereka bukan Herfiza tetapi Dahlia. Wanita yang sudah menghancurkan karirnya. Dahlia masuk sendiri ke ruangan Herfiza dengan membawa
Kehidupan Raja paska perpisahan dengan Dahlia tak berjalan dengan baik. Dia tidak bisa kembali membangun kariernya lagi di dunia entertainment. Ini semua karena citra diri sudah buruk. Banyak sekali project dia yang di batalkan. Dan diganti oleh orang lain. Hanya beberapa project saja yang masih berjalan itu pun hanya sekedar untuk menghabiskan masa kontraknya saja. Karena kerjaan sedikit Raja kini lebih sering menghabiskan waktunya di rumah atau pergi bersama putrinya Tari. Dulu saat dia bergelimang harta dia tidak memiliki banyak waktu untuk bersama dengan putrinya. Meskipun ada dia lebih memilih untuk bersenang-senang dengan teman atau selingkuhannya. Kini dia memiliki banyak waktu dengan putrinya namun sayang dia tidak memiliki banyak uang seperti dulu. Tapi setidaknya Raja dapat membayar kebersamaannya dengan sang putri yang pernah hilang. Seperti hari ini Raja bertugas untuk menjemput Tari dari sekolahnya. Waktu berangkat sekolah Tari diantar oleh Dahlia. Namun kini Dahlia su
"Apa mama sudah benar-benar yakin dengan keputusan tersebut?" Tanya Reni. Malam ini Nina mengumpulkan ketiga anak dan menantunya di rumah anak tertuanya."Mama sudah yakin dengan keputusan mama." Jawab Nina "Kita hanya akan mendukung semua keputusan dari mama. Kita yakin apapun keputusan mama tersebut pasti sudah mama pertimbangkan dengan baik." Kata Reni lagi. "Walaupun aku sih tidak setuju. Aku maunya mama pisah saja sama dia. Aku sanggup kok menafkahi mama." Kata Lili geram. Dia tak menyangka kalau akhirnya ibunya membatalkan gugatan cerainya."Mama juga masih mampu untuk menafkahi diri mama sendiri, Li. Bukan masalah nafkah yang membuat mama bertahan. Mama hanya ingin memberikan dia kesempatan saja." Kata Bu Nina. Selama ini Bu Nina memiliki usaha katering. Meskipun tidak terlalu besar namun cukup untuk menafkahi dirinya sendiri."Ini ada hubungannya dengan harta warisan?" Tanya Dahlia. Semua langsung memandang ke arah Dahlia."Warisan?" Tanya Lili tidak mengerti."Iya warisan.







