Ellena Forrester hanya seorang wanita biasa, namun begitulah yang terlihat karena sebenarnya dia memiliki sebuah rahasia. Sebuah rahasia yang menurutnya adalah anugrah sekaligus kutukan. Anugrah karena menuntunnya untuk bisa bertemu dengan cinta sejatinya. Kutukan karena rahasia ini membuatnya harus terus merasakan dan melihat kejadian kejadian traumatis dalam hidupnya. Akan kah Ellena bisa menerima rahasia itu? Namun sepertinya tak semudah itu.
Lihat lebih banyakCAMILLA
~•~My hands brushed the floor and slid to the side of the radio. Sighing with satisfaction, I proceeded to find the volume button and pressed it till I could no longer hear myself breathe.I turned, face up, my legs dancing in the air as I sang along to the song on the radio."Call me, irresponsible.."I turned sideways, my left hand clung to my chest dramatically as my eyes widened, I shut them and frowned."Call me, unreliable.."I sat up, throwing my hands in the air and moving my head sideways with so much force my loosely fixed hair pin fell off."Throw in, undependable tooooo...." I screamed, stretching the last word dramatically. I knelt on the bed.I continued to sing while running my hands all over her my body dramatically, moving my head from side to side while imagining I was a rockstar vixen in a hot music video.Suddenly, my song stopped."There is, nothing that I won't do to..." There was a short pause. i frowned when I realised I had been singing alone for more than thirty seconds."Oh for the love of..."The sight of red flip-flops beside the radio stopped my statement. To be honest, it was not the flip-flops, but the person whose feet rested in them."Urghhh!"I fell back to the spring bed, the poor thing squeaked under my weight and I frowned."Stupid mattress" I cursed aloud.I was not even allowed to wallow in self pity in peace!"It's had enough of you, and frankly so have I!" The lady standing beside my bed spoke. I sighed and turned to her."What do you want?" I asked, my lazy eyes looking up at my older sister. We had similar brown hair and odd brown eyes. One that looked more transparent than brown, almost like you could see through the eyes, into whatever lay beyond them."What do I want?" She repeated, appearing thoughtful."Let's see, how about you stand up and try to make yourself useful around here?"I pouted, rolled my eyes and folded my arms under my breasts as I sat up."I am a certified psychologist, a mental doctor, you don't speak to me like that."Tehilah's eyes darted around my small frame with disgust. I sat nonchalant on my small spring bed, in a lose grey sweater that made me look more pale than I really was. The matching sweatpants I had under the sweater did not make me look any more pleasant or less depressing."You know, I wonder how you managed to fix people's mess in the past when you're a huge pile of mess yourself."I sighed once again. my eyes met my sister's furious once in a calm gaze, one that infuriated Tehilah all the more."It's more of a practice-what-I-say-and-not-what-I-do profession.""These bills won't pay themselves Camilla."I replied with a snort. I turned over and placed my feet on the ground."I don't know what you want TT"Tehilah stomped half way across the small room to the space I stood in."I want you to get up and do something! When was the last time you took up a paid case?" She spoke, her anger and desperation made no effort to hide themselves. They were everywhere, in her pose, in her eyes and in her tone.I did feel sorry for my sister, but more for myself. I stayed silent, not because I did not know, but the answer was going to prove Tehilah right."What? Cat got your tongue? Or maybe you have forgotten? Wow! It's been that long ago!"I did nothing but look away from Tehilah."Wow! That must mean everyone is handling their problems better these days, isn't that a good thing Tehilah? I mean, I don't have a job anymore cause everyone is happy."My shoulder brushed past Tehilah's as I walked."We should celebrate, shouldn't we?""Camilla you are a twenty five year old young lady, without a stable source of income, still living with your sister and her fiance, don't you think that's enough reason to see a therapist?""Well, I guess I should consult myself then..." I paused on my tracks, turned and looked around the room dramatically."But then, I don't have any money, so how do I pay myself?"Tehilah sighed, a sad chuckle escaping her lips."You don't get it do you?""I'm sure I do..""No you don't!" Tehilah cut in harshly."Francis and I are trying to build a home here, a future...""I know that..""And you're not in it!"The silence that followed her yell seemed to last forever between us. Tears gathered in my eyes, the harsh reality of how lonely I was had slapped her across the face once again."I need you to get up, leave and make a life for yourself. I didn't work my ass off to see you through college and graduate school only to have you lazy around my house because you feel I'm always going to be here, because the truth is.."Another long and intense pause."..I won't."I swallowed her tears back, along with my pain and disappointment."I know, I'll leave first thing tomorrow morning."Tehilah's eyes softened, she reached out for me, but I stepped backwards."I didn't say you had to...""You didn't have to. You're right, I really have to get my own life."Tehilah stood back and watched me walk out of the room, banging the door behind me.I bit her lower lip to prevent myself from crying."She did what needed to be done" I tried to tell myself.“Dia akan baik-baik saja.”Suara itu samar ku dengar saat indera pendengaran ku mulai berfungsi kembali. Aku mencoba sekuat tenaga untuk membuka mataku yang terasa sangat erat terkatup. Beberapa kali mengerjapkannya, akhirnya aku bisa melihat sekitarku. Dari baunya yang khas, aku tahu aku ada di salah satu klinik atau mungkin rumah sakit. Tak jauh, ku lihat siluet nenekku yang semakin nyata sedang berbicara dengan seorang wanita yang aku asumsikan sebagai seorang dokter.“Nek?” erangku yang terasa tercekat. Ada rasa gatal dan kering bersamaan yang membuatku kesusahan untuk menelan salivaku sendiri.“Lena?! Bagaimana kabarmu? Apakah kau baik-baik saja?! Bagaimana kau bisa begini? Kau membuat Nenek sangat khawatir!” Wanita tua yang selalu berbau lavender itu mencercaku dengan begitu banyak pertanyaan yang hanya bisa aku jawab dengan anggukan pelan.Mataku bergulir ke sisi nakas ruang rawat itu. Melihat tas dan juga buku yang bertumpuk. Salah satu buku adalah buku yang diberikan oleh Eth
“Tak apa. Kalian ingin pergi, ‘kan? Nikmati waktu kalian.” Ethan menegapkan tubuhnya yang tampak jauh lebih tegap dari pada Jacob. Memberikan sedikit senyuman yang bukannya melegakan bagiku, tapi malah semakin menusuk. Di detik itu, aku semakin bertanya apa yang terjadi pada diriku. “Ya. Benar! Lena, Ayo.” Jacob berdiri dan membuat pautan tangan kami merenggang. Tapi, saat itu aku terus memandangi cara pria di depanku memandangku. Ada getaran perasaan yang benar-benar tak bisa aku artikan, tapi satu yang membuatku bahkan tak bisa berpaling menatapnya, ketulusan itu terasa kuat. “Lena?!” Suara Jacob yang sedikit meninggi dengan remasan di tangannya membuat aku akhirnya sadar akan sekitarku. Apa yang sudah aku lakukan? Pikirku sambil melihat wajah Jacob yang tampak tentu tidak menyukai yang sudah aku lakukan. Pria itu hanya memainkan rahangnya melihat bagaimana Jacob meremas tanganku kuat-kuat. “Oh! Ya! Aku pergi dulu,” kataku dengan gugup dan sebisa mungkin meninggalkan tempat itu se
Malam di musim dingin yang indah. Aku berdiri di tepian jalan yang hampir seluruhnya tertutupi oleh salju namun tak menyulutkan antusias semua orang untuk menikmati liburan, membuat suasana menjadi hangat. Hiasan natal tampak sudah menyemarakkan lingkungan. Pohon-pohon cemara tampak gemerlap dengan lampu dan dekorasinya. Anak-anak semangat untuk bertemu sinterklas bertubuh gempal hasil sumpalan kostumnya, khas dengan janggut putihnya.Usiaku saat itu dua puluh tahun. Kembali ku peluk diriku sendiri karena dinginnya masih bisa ku rasakan menyusup diantara mantel coklat tebal dengan bulu halus di bagian lehernya yang sengaja ku timpa dengan syal tebal. Aku juga menggunakan penutup telinga khusus dan topi rajut, napasku tampak beruap. Ah! dari semua musim, musim ini lah yang paling ku benci.Saat itu aku sudah mengerti apa yang terjadi
Ada dua masa di dalam hidupku yang merupakan titik balik dalam kehidupanku.Pertama, saat aku mengalami anugrah sekaligus kutukan ini untuk yang pertama kali.Kedua, saat pertama kali aku bertemu dengannya. Pria dengan senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya. Pria yang menuntunku menemukan tujuan hidup dan cinta.Kan ku ceritakan untuk kalian.Sejauh yang bisa ku ingat. Malam itu adalah malam biasa di bulan Juli. Bintang menghiasi langit yang sangat cerah dan udara terasa panas karena saat itu musim panas di pinggiran kota London.Saat itu umurku menginjak 6 tahun. Aku sedang duduk di kursi belakang mobil Aston Martin kesayangan ayahku. Ya! dia mencintai mobil itu lebih dari apa pun. Bahkan, dia tak akan membiarkan setitik debu pun mengotori cat abu mengkilatnya.Saat itu kami sedang menuju ke rumah perkebunan milik nenekku yang tak begitu jauh. Sejauh aku memandang hanya pohon menghijau yang berjajar
bAwan kelabu terlihat masih menyelimuti langit di sore hari. Butiran air yang tadinya jatuh dan menghujam bumi kini telah hilang, menyisakan hawa dingin yang masih menyergap dan aroma tanah khas usai datangnya hujan yang masih menguar di udara. Kuhirup dalam-dalam aroma itu sambil terus berjalan memeluk tubuhku sendiri. Kedua tanganku yang keriput bersedekap sembari mengelus sweater abu-abu yang cocok dengan semburat warna awan sore ini. Hawa dingin terasa begitu menggigit melebihi cuaca di musim dingin. Semua itu karena tubuh rentaku yang sudah tidak seberapa mampu beradaptasi dengan suhu. Bahkan, hal itu melinukan semua tulangku. Namun, aku harus terus berdiri di sini. Di depan istana kecilku yang terlihat jauh lebih sederhana dari pada istana-istana disekitarnya. Hingga akhirnya, hal itu pun terjadi …. Tiba-tiba terdengar teriakan dan pekikkan orang-orang di sekitar yang memekakkan telinga sebelum akhirnya pendengaranku terasa berdengung. Orang-orang dengan panik berlari mendata
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen