Share

Penampilan Menggoda

Author: Erumanstory
last update Huling Na-update: 2025-11-12 14:37:09

Lily terbangun jam tiga sore. Setelah selesai menyapu, dia memang sengaja langsung masuk ke kamar. Hal itu sengaja Lily lakukan untuk melupakan apa yang dia lihat. Dia sama sekali tidak menyangka kalau dia akan melihat dewa bermain solo sesaat setelah mereka mengobrol. Sampai detik ini, Lily masih penasaran tentang apa yang membuat Dewa sampai tersulut hasrat seperti itu.

 Lily menggelengkan kepala berulang. Dia benar-benar ingin mengusir pergi semua pikiran kotor yang bermunculan di otaknya sekarang. Lily tidak mau dikuasai hasrat hanya karena melihat Dewa menidurkan pusakanya. Dia yakin, apa yang dia rasakan sekarang terjadi hanya karena dirinya sudah terlalu lama tidak disentuh oleh Aldo.

 “Lebih baik sekarang aku memanaskan makanan. Siapa tahu mas Dewa mau makan. Jangan sampai mas Aldo marah gara-gara aku lupa nyiapin makanan buat mas Dewa,” ucapnya kemudian sambil menurunkan tubuhnya dari ranjang.

 Sesampainya di dapur, Lily dihadapkan pada pemandangan di mana Dewa tampak sedang berkutat di depan kompor tanpa memakai baju. Parahnya, lelaki itu hanya menggunakan celana pendek berbahan kaos sedikit ketat. Sehingga Lily bisa melihat dengan jelas bagaimana lekuk area tubuh pribadi kakak iparnya itu. Lily merasa usahanya untuk melupakan ingatan tentang pusaka Dewa hanya berakhir sia-sia.

 “Lagian ngapain sih mas Dewa pakai celana kayak begitu? Mana nggak pakai baju lagi. Apa dia sengaja lagi godain aku? Biasanya kan cewek yang suka godain cowok, ini kok malah cowok yang godain cewek? Ih, apa sih. Bisa saja kan, mas Dewa lagi kegerahan, makanya dia nggak pakai baju.”

 Lily berperang dengan batinnya.

 Sekarang dia sedang kebingungan. Dia tidak tahu langkah apa yang harus dia ambil. Berbalik untuk kembali ke kamar, atau meneruskan langkahnya, dan bergabung dengan Dewa seolah tidak terjadi apa-apa. Di saat dilema menyerang, Dewa berbalik dengan membawa sepiring masakan Lily yang baru saja dia panaskan.

 “Eh, ada kamu, ly? Maaf, ya. Aku pinjam dapur kamu. Soalnya aku nggak tega mau bangunin kamu. Takutnya kamu belum lama tidur, nanti kamu pusing.” Dewa berucap penuh pengertian. Dia juga bertingkah seolah tidak ada yang salah.

 “Itu kan, ly. Kamu saja yang berlebihan. Mas Dewa memang sudah terbiasa berpenampilan seperti ini di rumahnya. Ayo, dong. Kamu jangan berpikiran jorok. Santai saja.”

 Lily mengingatkan dirinya sendiri dalam hati. Dia kemudian cepat-cepat berjalan ke arah meja makan.

 “Iya, Mas. Pakai saja. Di sini Mas bebas mau ngapain, nggak usah izin sama aku juga nggak apa. Aku jadi nggak enak karena nggak nyiapin makanan buat Mas Dewa.” Lily merasa bersalah.

 Dia kemudian menarik kursi yang terletak di bawah meja makan, dan kemudian duduk di sana untuk memperhatikan Dewa yang sibuk menyiapkan makanan yang akan dia makan secara mandiri. Selama ini, Lily tidak pernah bebas dari tugasnya menyiapkan makanan untuk Aldo. Sekali saja dia lalai, Aldo akan marah-marah.

 “Aku sudah terbiasa nyiapin makananku sendiri, Ly. Kamu tidak perlu merasa tidak enak, ini bukan masalah besar,” jawab Dewa santai. Dia bahkan sekarang sedang menikmati makanan yang ada di piringnya.

 Itu hanya kalimat yang sangat sederhana, tetapi entah mengapa kalimat yang Dewa ucapkan itu membuat Lily terkesan. Selama ini, Aldo menganggap kalau masalah menyiapkan makanan merupakan sebuah kewajiban yang tidak bisa dilewatkan.

 “Mas kenapa nggak nikah lagi, sih? Mas masih muda, memangnya tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan dengan seseorang?” tanya Lily, yang masih duduk memperhatikan Dewa.

 Dia sendiri tidak mengerti mengapa bisa seberani itu menanyakan hal pribadi pada Dewa. Lily hanya merasa nyaman saat berbincang dengan Dewa, sehingga dia seakan tanpa beban lagi saat bicara berdua dengan lelaki itu. Mungkin karena sikap dewa berbeda tiga ratus enam puluh derajat dari saat mereka bertemu pertama kali.

 “Menikah lagi, ya? Sebenarnya aku mau menikah lagi, tetapi aku masih belum menemukan wanita yang pas di hatiku. Kamu tahu sendiri, ly. Aku sudah gagal menikah sebelumnya, aku tidak mau pernikahan keduaku gagal lagi,” jawab Dewa dengan ekspresi serius.

 Dia memang mengalami trauma akibat pernikahan pertamanya yang gagal. Saat itu, ekonomi Dewa belum sebaik sekarang. Dia masih karyawan kantor biasa, sementara orang tuanya juga terancam bangkrut. Istrinya yang sudah terbiasa hidup mewah sejak sebelum menikah tidak bisa menerima keadaan Dewa. Dia terus saja menuntut Dewa dengan banyak permintaan yang terkadang di luar nalar. Berujung pertengkaran hebat, hingga saling mendiamkan. Puncaknya, Dewa harus mengetahui kalau istrinya menjalin hubungan dengan bosnya sendiri.

 Hal itu yang membuat Dewa lebih memilih sendiri selama bertahun-tahun. Dia fokus bekerja, dan mengumpulkan uang. Dia tidak ingin di masa depan dia ditinggalkan oleh wanita yang dia cintai dengan alasan yang sama. Diremehkan oleh seorang wanita merupakan hal yang menyakitkan bagi Dewa. Padahal selama ini dia sudah memperlakukan wanitanya dengan sangat baik.

 “Iya, Mas. Lily tahu. Tapi kalau Mas Dewa nggak coba buat cari dan buka hati, bagaimana Mas Dewa bisa menemukan seseorang yang tepat, coba?” Lily tertawa kecil.

 “Fokus cari duit aku, Ly. Takut nanti ditinggalin lagi gara-gara nggak punya duit. Padahal aku sayang banget dulu sama mantan istri, tapi ternyata rasa cinta saja nggak cukup buat memiliki dia. Dia lebih memilih bosku, padahal bosku sudah tua, Ly. Gila memang daya tarik uang,” Dewa tertawa sumbang. Dia teringat kembali rasa sakit itu. Rasa yang beberapa tahun lalu dia rasakan. Begitu menyiksa batinnya.

 Diam-diam Lily memperhatikan Dewa. Tidak ada yang salah dengan lelaki itu. Dia memiliki wajah yang sangat tampan, bahkan jujur, menurut Lily, Dewa lebih tampan dibandingkan Aldo. Postur tubuh Dewa juga bagus, walaupun dulu lebih kurus. Dari caranya menanggapi saat mereka ngobrol sekarang, Lily yakin, Dewa pasti memperlakukan orang yang dia cintai dengan manis. Berbeda dengan Aldo yang sedikit kaku. Apalagi sekarang, sikap Aldo sudah jauh berubah. Lily tidak menemukan kenyamanan yang sama lagi saat berada di sisi lelaki itu.

 “Nggak semua wanita kayak begitu, Mas. Pasti ada yang mau menerima Mas Dewa apa adanya. Mas nggak bisa pukul rata semua orang sama seperti mantan istri Mas.” Lily memberikan masukan.

 Sebagai adik ipar, Lily tidak ingin Dewa terus terpaku dengan masa lalunya yang buruk. Menurut lily, Dewa memiliki hak untuk memulai hubungan baru, dan hidup bahagia. Lelaki itu sudah terlalu lama menyendiri. Lily yang merasa kesepian selalu ditinggal Aldo ke luar kota bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi Dewa selama ini.

 “Contohnya kamu, ya? Ditinggal Aldo setiap saat ke luar kota tetap berpikiran positif. Kamu juga tidak bertindak macam-macam walaupun suamimu tidak ada di rumah. Jujur aku kagum sama kamu, Ly,” ucap Dewa tanpa beban.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dalam Rengkuhan Hasrat Kakak Ipar   Tunggu Aku, Sayang

    “Mas Dewa bohong,” protes Lily. Tubuhnya tergunjang hebat akibat hentakan yang dia dapatkan.Sekarang dia tengah memandangi bayangan tubuhnya yang tanpa busana di depan cermin yang ada di kamar mandi. Di belakang tubuhnya, tentu saja ada Dewa yang tengah melesakkan miliknya dengan penuh semangat.“Memangnya aku bohong tentang apa, Sayang?” tanya Dewa dengan suara berat penuh hasrat. Dia masih terus menggerakkan pinggulnya. Sebentar lagi puncaknya akan segera tiba.“Tadi bilangnya cuma mandi bareng, ujungnya Mas Dewa tambah lagi,” ucap Lily yang tengah mencengkeram erat pinggiran wastafel. Dia tidak sepenuhnya protes. Bahkan sekarang dia sangat menikmati apa yang Dewa lakukan.“Maaf, Sayang. Rasanya sangat susah untuk melewatkan tubuh seksi kamu. Tapi bukankah kamu menikmatinya, Sayang?” Dewa sengaja sedikit membungkuk, memberikan gigitan di pundak Lily. Dengan mata menatap nakal ke arah cermin. Menikmati ekspresi Lily yang pasrah berpeluh.“Sangat menikmatinya, Mas. Mas Dewa, Lily mau

  • Dalam Rengkuhan Hasrat Kakak Ipar   Maaf, Lily

    Aldo tengah menemani Nila tidur siang. Walaupun ada Nila di dalam dekapannnya, mata Aldo terpusat ke layar ponselnya. Dia sedang menunggu notifikasi pesan dari Lily. Biasanya istri pertamanya itu tidak pernah absen mengingatkannya makan siang. Tak jarang Lily spam hanya untuk cerita tentang hal-hal sepele. Tapi hari ini, tidak ada satu pun pesan datang dari Lily.“Kamu sebenarnya kemana, Ly. Walaupun kamu sering spam tidak jelas, tapi aku merindukan kerandoman kamu itu, Ly. Perjalanan kita begitu panjang sebelum menikah. Kamu sudah banyak kasih aku support. Aku memang tidak seharusnya tergoda pada Nila. Sebenarnya aku sangat mencintai kamu, Lily. Tapi masa jeda karena aku fokus pada Nila waktu itu membuat aku canggung. Aku tidak tahu harus bagaimana untuk mengembalikan keharmonisan pernikahan kita.”Lily memang sering sekali bercerita tentang hal-hal yang tidak penting. Seperti dia bertemu siapa saat belanja di tukang sayur, kejadian lucu yang tidak sengaja terjadi, atau menceritakan

  • Dalam Rengkuhan Hasrat Kakak Ipar   Ketagihan

    Dewa dan Lily tengah menonton televisi. Lily tengah berada di pangkuan Dewa dengan posisi setengah tiduran. Sementara Dewa tampak sesekali menyuapkan buah-buahan yang sudah dipotong-potong ke mulut Lily. Begitu pula dengan Lily. Mereka saling menyuapkan buah secara bergantian. Layaknya pasangan yang sedang kasmaran.“Mas, Mas Dewa kalau di Batam, pas nggak ke kantor, ngapain aja di rumah?” tanya Lily penasaran.Dia ingin tahu tentang kegiatan apa saja yang dilakukan oleh Dewa di rumahnya.“Tidur, Ly. Mau apa lagi? Kadang-kadang aku iseng fitness supaya tubuhku semakin sehat. Soalnya selain hari libur, aku nggak bisa olahraga dengan benar." Dewa menjawab pertanyaan Lily dengan senang hati.“Pantesan tubuh Mas Dewa makin bagus berapa tahun nggak ketemu. Rupanya Mas Dewa seneng olah raga.” Lily pun memuji perubahan bentuk tubuh Dewa. Di matanya, lelaki itu memang banyak berubah.“Oh ya? Memangnya perubahan tubuh aku kelihatan banget, ya?” Dewa balik bertanya. Dia memang menyadari banya

  • Dalam Rengkuhan Hasrat Kakak Ipar   Toxic

    Di sebuah gazebo rumah besar sepasang suami istri berumur. Mereka tampak sedang menikmati secangkir teh dan makanan kecil yang terhidang di hadapan mereka. Di bagian samping rumah mereka sedang ada renovasi. Mereka adalah orang tua Dewa dan Aldo, Darto dan Rahma.Walaupun mereka sudah menikah selama tiga puluh lima tahun, Darto dan Rahma masih terlihat romantis. Mereka sering menikmati waktu bersama di setiap kesempatan.“Pah, coba saat santai begini kita ditemani cucu, ya? Pasti lebih bahagia. Lily sudah tiga tahun jadi menantu kita tidak hamil juga. Dewa juga betah sekali menduda. Tahun ini dia sudah lima tahun hidup sendiri. Kalau begini, kapan kita punya cucunya?” celoteh Rahma.Dia memang sudah sangat menantikan kehadiran seorang cucu. Itulah mengapa dia selalu menekan Lily untuk segera hamil.“Mah, mereka baru menikah tiga tahun. Biarkan mereka menikmati masa pengantin baru mereka. Kalau sudah saatnya, Lily pasti hamil.” Darto berpendapat. Dia sendiri tidak terlalu terobsesi unt

  • Dalam Rengkuhan Hasrat Kakak Ipar   Takut Kehilangan

    “Pagi, Sayang. Aku senang kamu tidur sangat nyenyak dalam pelukanku semalam. Aku sengaja tidak membangunkan kamu karena aku tahu, kamu pasti kelelahan setelah pertempuran kita,” ucap Dewa lembut. Lelaki itu mengusap tangan Lily yang melingkar di perutnya dengan penuh sayang.Lily tersenyum.Dewa memang lelaki yang sangat bisa memahaminya. Bahkan dia dengan sengaja membiarkan Lily menikmati tidur panjang setelah pergulatan nikmat mereka. Dia tidak mungkin bisa melakukan ini kalau bersama Aldo. Boro-boro suaminya itu mau memasak sesuatu, Lily pasti langsung diperintahkan bangun pagi untuk menyiapkan semua keperluan Aldo. Sejak awal menikah memang sudah seperti itu. Bedanya, saat awal menikah, Aldo lebih sering bersikap manis. Jadi Lily tidak merasa kalau semua itu merupakan beban.“Mas Dewa manjain aku banget, sih? Makin sayang jadinya. Makasih ya, Mas. Lily ngerasa beruntung banget bisa ketemu sama Mas Dewa. Maaf ya, lily nggak peka kalau Mas Dewa sebenarnya suka sama Lily dari lama,”

  • Dalam Rengkuhan Hasrat Kakak Ipar   Hambar

    Lily menggeliat, dia membuka matanya perlahan, dan menyadari kalau hari sudah menjelang siang. Dia terbangun karena terganggu dengan suara ponselnya yang terus berdering. Bukannya segera memeriksa siapa yang melakukan panggilan, Lily justru fokus mencari keberadaan Dewa. Lelaki itu sudah tidak ada di sisinya.Setelah itu, barulah dia mengambil ponselnya. Dia berekspresi tidak senang saat mengetahui Aldo yang menelepon. Tumben. Biasanya selalu Lily yang menghubungi lebih dulu. Mengapa pagi ini berbeda? Dengan terpaksa, Lily menekan tombol hijau di layar ponselnya sambil mengatur posisi terbaik supaya dia bisa menerima panggilan dengan nyaman.“Pagi, Mas.” Lily menyapa dengan nada dibuat seceria mungkin.“Lama sekali angkat teleponnya, Ly? Kamu kemana saja? Aku sudah bilang, kan? Jangan jauh-jauh sama ponsel. Kamu tahu sendiri, aku nggak suka nunggu lama,” omel Aldo dari ujung sana. Sungguh sangat mengganggu pendengaran Lily.“Aku baru bangun, Mas. Semalam aku nonton drama sampai lupa w

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status