Share

Ajakan Keluar

Author: Erumanstory
last update Last Updated: 2025-11-12 14:37:45

Dewa memang mengagumi Lily. Bukan hanya sekarang, tetapi sudah cukup lama dia mengagumi wanita yang merupakan adik iparnya tersebut. Dulu, saat mereka tinggal bersama dengan orang tua mereka, sebelum Aldo memiliki rumah sendiri, Dewa memang memilih bersikap dingin. Hal itu karena dia tidak memiliki keleluasaan untuk bersikap lebih hangat dengan Lily. Dia juga segan karena saat itu hubungan Lily dan Aldo masih dalam periode manis-manisnya.

 “Mas Dewa terlalu memuji. Padahal aku ini nggak sebaik yang Mas Dewa pikirkan. Kalau emosi, aku juga suka marah-marah sama mas Aldo. Apalagi mas Aldo belakangan ini nyebelin banget,” curhat Lily tanpa canggung.

 Jujur saja pujian Dewa membuatnya melambung. Sudah lama dia tidak mendapatkan pujian dari siapapun. Hati Lily menghangat karena kalimat yang diucapkan Dewa.

 “Marah-marah itu wajar, Ly. Semua orang pasti pernah emosi. Bukan termasuk kategori buruk kalau masih dalam konteks yang benar. Oh ya, Ly. Kamu mau nemenin aku ke pusat perbelanjaan, nggak? Aku mau beli keperluanku selama di sini. Sekalian aku pinjem mobil kamu. Soal izin, tenang saja, aku nanti yang ngomong sama Aldo.”

 Tidak ada alasan bagi Lily untuk menolak. Dia juga sudah lama tidak berbelanja bersama Aldo. Setiap hari berada di rumah membuatnya bosan. Sebenarnya Lily ingin bekerja, tetapi Aldo tidak memberinya izin. Aldo bilang, selama dia bisa memberi uang bulanan pada Lily, wanita itu tidak boleh bekerja. Dia hanya diizinkan tetap berada di dalam rumah, dan mengurus rumah dengan baik.

 “Boleh, Mas. Kebetulan aku juga mau belanja bulanan. Soal mobil, pakai saja, Mas. Mobil aku juga terbengkalai di garasi. Aku jarang keluar soalnya.”

 “Memangnya kamu nggak punya teman, Ly? Nggak bosen kamu, selalu di rumah setiap hari? Refreshing-lah, Ly sekali-sekali. Kamu juga butuh hiburan. Jangan Cuma berdiam diri di rumah, nanti stres.” Dewa memberikan saran. Dia tidak tega melihat adik iparnya itu terkurung dalam rumah.

 “Teman? Punya sih, Mas. Tapi aku males aja kumpul sama mereka. Rata-rata temenku punya selingkuhan semua, aku takut ketularan, Mas.”

 “Serius, Ly? Astaga! Kalau begitu kamu tidak usah gabung sama mereka. Bahaya. Kamu cantik, sayang kalau dijadikan mainan sama lelaki hidung belang di luar sana, Ly.”

 Ini sudah entah ke berapa kalinya Dewa memuji Lily. Jantung wanita itu berdegup kencang. Lily sadar ini salah. Dia tidak boleh terbawa perasaan, apalagi lelaki yang sedang berbicara dengannya itu merupakan kakak iparnya sendiri. Tapi di sisi lain, Lily tidak bisa berbohong kalau Dewa menarik perhatiannya. Entah ini sengaja atau tidak, tetapi dia benar-benar dibuat terkesan pada Dewa.

 “Aku juga nggak mau, Mas. Lagian kalau pun aku mau selingkuh, aku juga pilih-pilih sama siapa. Tapi bukan berarti aku berniat dari awal, Mas. Itu cuma misalnya.” Lily memberikan penekanan pada kalimat terakhirnya. Dia memang tidak memiliki niat untuk berselingkuh.

 “Iya, Ly. Aku paham. Kamu memang bukan tipe wanita yang gampangan. Buktinya, kalau kamu gampangan, ditinggal setiap hari sama Aldo ke luar kota sampai berhari-hari, pasti kamu udah melakukan hal-hal sesuka hati kamu.”

 “Aku melakukan ini karena aku sangat menghargai mas Aldo dan pernikahan kami, Mas. Kalau mas Aldo sudah bertindak di luar batas, dan rasa sabarku terkikis habis, mungkin akan beda ceritanya. Sekarang Mas Dewa habiskan makanan Mas dulu. Aku mau mandi dulu, Mas. Biar nanti pas pergi lebih seger.”

 “Silakan, Ly. Nanti kalau kamu sudah siap, bilang saja. Aku abis ini juga mau mandi, soalnya gerah.”

 “Itu kan, ly. Mas Dewa memang lagi gerah. Bukannya godain kamu. Jangan kepedean, deh.” Lily mulai kembali berdebat dengan perasaannya sendiri.

 “Oke, Mas. Aku tinggal dulu, ya.”

 Lily kemudian beranjak dari duduknya, dan melangkah pergi. Meninggalkan Dewa yang masih berusaha menghabiskan isi piringnya. Lily tidak menyadari kalau Dewa memperhatikan kepergiannya. Ada sebuah senyum yang sulit diartikan dari bibir Dewa. Dari tatap matanya, terpancar kekaguman yang luar biasa pada sosok lily.

 “Seandainya aku bisa miliki kamu, Ly. Sayang sekali, sepertinya kamu tidak akan bisa aku dapatkan dengan mudah. Aku sadar ini salah, tapi setiap melihat wajahmu, hasratku ingin memilikimu semakin besar. Tolong lihat aku, Ly. Aku tertarik sama kamu.” Batin Dewa berbicara.

 Tiga tahun lily menikah dengan Aldo, dalam tiga tahun itu juga Dewa menyimpan perasaannya terhadap Lily. Dia memang sengaja datang Jakarta saat rumah orang tua mereka direnovasi. Ide itu muncul saat Dewa mengobrol via telepon dengan Aldo. Adiknya itu mengatakan kalau dia sedang ke luar kota. Dewa ingin memanfaatkan waktu yang ada untuk bisa sedikit lebih dekat dengan Lily.

 Di dalam kamar mandi, Lily sudah merendam tubuhnya dalam bak. Dia terngiang-ngiang seluruh kalimat pujian yang diberikan oleh Dewa. Belum lagi bayangan tentang kejadian di kamar Dewa itu. Lily sulit untuk melupakannya. Di matanya terus tergambar dengan jelas gundukan celana Dewa yang begitu besar. Membayangkannya saja mampu membuat hasrat Lily timbul.

 “Seandainya saja ada mas Aldo, aku pasti bisa melampiaskan semua hasrat ini. Sayangnya mas Aldo pulangnya ntah kapan. Pulang pun, aku yakin mas Aldo belum tentu mau aku ajak main. Aku udah capek bahas tentang ini sama dia. Ujungnya dia selalu bilang kalau aku nggak bisa mengerti dia. Dia capek kerja, tapi aku masih nuntut dia soal ranjang. Padahal aku kan wajar minta sama dia. Hubungan badan juga kebutuhan, bukan cuma uang. Percuma memang membahas ini sama mas Aldo.” Lily berkata seorang diri sambil membalurkan sabun ke seluruh tubuhnya.

 Lily memang tidak pernah menghadapi setiap masalah rumah tangganya bersama Aldo dengan diam. Dia selalu membicarakan hal-hal yang mengganggu pikirannya. Hanya saja, tanggapan Aldo selalu tidak sesuai dengan keinginannya. Bahkan tidak jarang lelaki itu selalu membuat seakan situasi yang ada itu berasal dari kesalahan Lily. Kejadian yang terjadi berulang tersebut membuat Lily sekarang memilih pasrah.

 “Setelah ini aku mau memoles penampilanku sebaik mungkin. Jangan sampai aku membuat mas Dewa malu. Seharusnya aku bisa menikmati waktu berdua sama mas Aldo, tetapi alasannya soal waktu. Mas Aldo nggak pernah lagi ngajak aku ke luar. Alasannya sama, selalu capek, dan kerjaan. Sampai kapan ya ... hubungan aku sama mas Aldo bisa balik lagi kayak dulu? Apa mungkin selamanya akan seperti ini?” ucapnya lagi.

 Sementara Dewa sedang menatap dirinya di depan cermin. Lelaki itu menatap dirinya dengan penuh kekaguman. Dia sangat percaya diri, kalau semua yang ada pada tubuhnya sekarang mampu memikat wanita manapun.

 “Tidak masalah kalau aku tidak bisa mendapatkan kamu, Lily. Asalkan kita bisa jalan berdua, itu sudah lebih dari cukup. Aku akan memberikan apa yang suamimu tidak bisa berikan. Tidak akan aku biarkan kamu merasa kesepian lagi,” batinnya kemudian.

 .

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dalam Rengkuhan Hasrat Kakak Ipar   Tunggu Aku, Sayang

    “Mas Dewa bohong,” protes Lily. Tubuhnya tergunjang hebat akibat hentakan yang dia dapatkan.Sekarang dia tengah memandangi bayangan tubuhnya yang tanpa busana di depan cermin yang ada di kamar mandi. Di belakang tubuhnya, tentu saja ada Dewa yang tengah melesakkan miliknya dengan penuh semangat.“Memangnya aku bohong tentang apa, Sayang?” tanya Dewa dengan suara berat penuh hasrat. Dia masih terus menggerakkan pinggulnya. Sebentar lagi puncaknya akan segera tiba.“Tadi bilangnya cuma mandi bareng, ujungnya Mas Dewa tambah lagi,” ucap Lily yang tengah mencengkeram erat pinggiran wastafel. Dia tidak sepenuhnya protes. Bahkan sekarang dia sangat menikmati apa yang Dewa lakukan.“Maaf, Sayang. Rasanya sangat susah untuk melewatkan tubuh seksi kamu. Tapi bukankah kamu menikmatinya, Sayang?” Dewa sengaja sedikit membungkuk, memberikan gigitan di pundak Lily. Dengan mata menatap nakal ke arah cermin. Menikmati ekspresi Lily yang pasrah berpeluh.“Sangat menikmatinya, Mas. Mas Dewa, Lily mau

  • Dalam Rengkuhan Hasrat Kakak Ipar   Maaf, Lily

    Aldo tengah menemani Nila tidur siang. Walaupun ada Nila di dalam dekapannnya, mata Aldo terpusat ke layar ponselnya. Dia sedang menunggu notifikasi pesan dari Lily. Biasanya istri pertamanya itu tidak pernah absen mengingatkannya makan siang. Tak jarang Lily spam hanya untuk cerita tentang hal-hal sepele. Tapi hari ini, tidak ada satu pun pesan datang dari Lily.“Kamu sebenarnya kemana, Ly. Walaupun kamu sering spam tidak jelas, tapi aku merindukan kerandoman kamu itu, Ly. Perjalanan kita begitu panjang sebelum menikah. Kamu sudah banyak kasih aku support. Aku memang tidak seharusnya tergoda pada Nila. Sebenarnya aku sangat mencintai kamu, Lily. Tapi masa jeda karena aku fokus pada Nila waktu itu membuat aku canggung. Aku tidak tahu harus bagaimana untuk mengembalikan keharmonisan pernikahan kita.”Lily memang sering sekali bercerita tentang hal-hal yang tidak penting. Seperti dia bertemu siapa saat belanja di tukang sayur, kejadian lucu yang tidak sengaja terjadi, atau menceritakan

  • Dalam Rengkuhan Hasrat Kakak Ipar   Ketagihan

    Dewa dan Lily tengah menonton televisi. Lily tengah berada di pangkuan Dewa dengan posisi setengah tiduran. Sementara Dewa tampak sesekali menyuapkan buah-buahan yang sudah dipotong-potong ke mulut Lily. Begitu pula dengan Lily. Mereka saling menyuapkan buah secara bergantian. Layaknya pasangan yang sedang kasmaran.“Mas, Mas Dewa kalau di Batam, pas nggak ke kantor, ngapain aja di rumah?” tanya Lily penasaran.Dia ingin tahu tentang kegiatan apa saja yang dilakukan oleh Dewa di rumahnya.“Tidur, Ly. Mau apa lagi? Kadang-kadang aku iseng fitness supaya tubuhku semakin sehat. Soalnya selain hari libur, aku nggak bisa olahraga dengan benar." Dewa menjawab pertanyaan Lily dengan senang hati.“Pantesan tubuh Mas Dewa makin bagus berapa tahun nggak ketemu. Rupanya Mas Dewa seneng olah raga.” Lily pun memuji perubahan bentuk tubuh Dewa. Di matanya, lelaki itu memang banyak berubah.“Oh ya? Memangnya perubahan tubuh aku kelihatan banget, ya?” Dewa balik bertanya. Dia memang menyadari banya

  • Dalam Rengkuhan Hasrat Kakak Ipar   Toxic

    Di sebuah gazebo rumah besar sepasang suami istri berumur. Mereka tampak sedang menikmati secangkir teh dan makanan kecil yang terhidang di hadapan mereka. Di bagian samping rumah mereka sedang ada renovasi. Mereka adalah orang tua Dewa dan Aldo, Darto dan Rahma.Walaupun mereka sudah menikah selama tiga puluh lima tahun, Darto dan Rahma masih terlihat romantis. Mereka sering menikmati waktu bersama di setiap kesempatan.“Pah, coba saat santai begini kita ditemani cucu, ya? Pasti lebih bahagia. Lily sudah tiga tahun jadi menantu kita tidak hamil juga. Dewa juga betah sekali menduda. Tahun ini dia sudah lima tahun hidup sendiri. Kalau begini, kapan kita punya cucunya?” celoteh Rahma.Dia memang sudah sangat menantikan kehadiran seorang cucu. Itulah mengapa dia selalu menekan Lily untuk segera hamil.“Mah, mereka baru menikah tiga tahun. Biarkan mereka menikmati masa pengantin baru mereka. Kalau sudah saatnya, Lily pasti hamil.” Darto berpendapat. Dia sendiri tidak terlalu terobsesi unt

  • Dalam Rengkuhan Hasrat Kakak Ipar   Takut Kehilangan

    “Pagi, Sayang. Aku senang kamu tidur sangat nyenyak dalam pelukanku semalam. Aku sengaja tidak membangunkan kamu karena aku tahu, kamu pasti kelelahan setelah pertempuran kita,” ucap Dewa lembut. Lelaki itu mengusap tangan Lily yang melingkar di perutnya dengan penuh sayang.Lily tersenyum.Dewa memang lelaki yang sangat bisa memahaminya. Bahkan dia dengan sengaja membiarkan Lily menikmati tidur panjang setelah pergulatan nikmat mereka. Dia tidak mungkin bisa melakukan ini kalau bersama Aldo. Boro-boro suaminya itu mau memasak sesuatu, Lily pasti langsung diperintahkan bangun pagi untuk menyiapkan semua keperluan Aldo. Sejak awal menikah memang sudah seperti itu. Bedanya, saat awal menikah, Aldo lebih sering bersikap manis. Jadi Lily tidak merasa kalau semua itu merupakan beban.“Mas Dewa manjain aku banget, sih? Makin sayang jadinya. Makasih ya, Mas. Lily ngerasa beruntung banget bisa ketemu sama Mas Dewa. Maaf ya, lily nggak peka kalau Mas Dewa sebenarnya suka sama Lily dari lama,”

  • Dalam Rengkuhan Hasrat Kakak Ipar   Hambar

    Lily menggeliat, dia membuka matanya perlahan, dan menyadari kalau hari sudah menjelang siang. Dia terbangun karena terganggu dengan suara ponselnya yang terus berdering. Bukannya segera memeriksa siapa yang melakukan panggilan, Lily justru fokus mencari keberadaan Dewa. Lelaki itu sudah tidak ada di sisinya.Setelah itu, barulah dia mengambil ponselnya. Dia berekspresi tidak senang saat mengetahui Aldo yang menelepon. Tumben. Biasanya selalu Lily yang menghubungi lebih dulu. Mengapa pagi ini berbeda? Dengan terpaksa, Lily menekan tombol hijau di layar ponselnya sambil mengatur posisi terbaik supaya dia bisa menerima panggilan dengan nyaman.“Pagi, Mas.” Lily menyapa dengan nada dibuat seceria mungkin.“Lama sekali angkat teleponnya, Ly? Kamu kemana saja? Aku sudah bilang, kan? Jangan jauh-jauh sama ponsel. Kamu tahu sendiri, aku nggak suka nunggu lama,” omel Aldo dari ujung sana. Sungguh sangat mengganggu pendengaran Lily.“Aku baru bangun, Mas. Semalam aku nonton drama sampai lupa w

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status