Dengan langkah gontai Airin pun menyeret kopernya keluar meninggalkan rumah ibu mertuanya, rumah yang selama ini menjadi tempat tinggalnya, rumah yang menjadi saksi atas kesabaran Airin menjalani hari – hari dimana dia mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari semua penghuninya.
Hati Airin sangat kecewa terlebih kepada Mario , laki – laki yang sampai saat ini masih sah menjadi suaminya yang seharusnya bisa melindunginya tapi malah menyakitinya.
“Dengan mbak Airin ?” tanya sopir taxi online yang dipesan Airin tampaknya sudah datang.
“Iya pak”
“Silahkan masuk mbak, saya bantu menaruh kopernya di bagasi”
Setelah meletakkan koper Airin sopir taxi pun segera menjalankan mobilnya menuju ke tempat yang sudah di pesan oleh Airin, kemana lagi jika bukan ke rumah Desi satu – satunya sahabat Airin sekaligus teman kantornya.
Selama dalam perjalanan tadi Airin sudah menghubungi Desi jika pagi ini akan ke rumahnya , tentu saja Desi menunggunya dengan senang meski ada sedikit rasa heran karena tidak biasanya sahabatnya itu akan ke rumahnya pagi – pagi begini apalagi di hari kerja.
Desi yang tahu bagaimana keseharian dari sahabatnya tentu tahu jika pagi hari sebelum berangkat ke kantor , Airin terlebih dahulu harus menyelesaikan pekerjaan rumah di kediaman mertuanya.
“Lho..lho kenapa ini ,Rin?” Desi tampak heran mendapati sahabatnya datang dengan membawa kopernya serta tas besar yang isinya entahlah Desi sendiri tidak tahu
“Masuklah dulu !, kita bicara di dalam yuk” Desi merangkul bahu Airin dan meminta tolong Rizal suaminya untuk membawa koper sahabatnya itu masuk ke dalam rumah.
Setelah agak tenang barulah Airin menceritakan semuanya tanpa ada satupun yang ditutupinya, Desi meminta Airin untuk sementara tinggal di rumahnya dulu untuk beberapa hari agar tenang sembari mencari tempat kost.
“Tidak Des,hari ini aku harus mencari tempat kost, tolong kamu ijinkan aku ke HRD jika aku tidak bisa masuk kerja hari ini”
“Aku akan telepon Anton dulu, dia punya tempat kost yang tidak jauh dari kantormu semoga saja masih ada kamar kosong” ujar Rizal yang sedari tadi hanya menyimak percakapan antara istri dengan sahabatnya itu.
“Bagaimana mas ?” tanya Desi tidak sabar saat suaminya baru saja menutup teleponnya.
“Ada dua kamar yang masih kosong, bagaimana kalau kita lihat sekarang mumpung masih pagi sekalian kita berangkat ke kantor, aku rasa waktunya masih bisa kita kejar”
“Aku setuju, ya sudah kita berangkat sekarang !”
==
Ini adalah hari kedua Airin tinggal di tempat kost setelah semalam dia resmi menjadi salah satu penghuni tempat ini, Airin harus kembali masuk kantor mengingat hari ini ada kunjungan dari kantor pusat dimana CEO yang baru saja menggantikan ayahnya akan melakukan agenda kunjungan ke beberapa kantor cabangnya di Jakarta sebelum ke kota yang lain.
Setelah bersiap – siap Airin pun segera menaiki motornya , untung saja Desi kemarin sudah mengambil motor sahabatnya itu ditemani oleh Rizal dan segera membawanya ke tempat kost Airin sekarang.
Menyusuri jalanan ibukota yang pagi ini cukup macet , akhirnya sampailah Airin di kantornya yang merupakan anak cabang dari Dirgantara Group, perusahan besar di negeri ini.
Segera saja Airin menuju ruangannya untuk mempersiapkan diri karena dia semalam mendapatkan mandat dari atasannya untuk ikut ke ruang meeting saat ada kunjungan dari CEO kantor pusat.
Data yang sekiranya diperlukan sudah Airin siapkan.
Akhirnya jam yang ditunggupun tiba, tepat pukul 10 pagi lobby kantor tampak heboh saat ada mobil mewah baru saja berhenti di lobby , tampak keluar dari sana sosok pria tampan berkulit bersih, pewaris tunggal dari Dirgantara Group , sementara di sampingnya ada Bima asisten pribadinya.
Banyak tatapan mata kaum hawa yang terpesona dengan penampilan laki – laki nan gagah yang ternyata murah senyum itu, ya dia adalah Rafael Dirgantara anak tunggal dari Bramantyo Dirgantara yang sudah 2 bulan ini menggantikan papanya menjadi pucuk pimpinan Dirgantara Group, namun karena kesibukannya maka baru kali ini Rafael memiliki kesempatan untuk mengunjungi kantor cabangnya salah satunya di tempat di mana Airin berada.
“Aduh seperti titisan Dewa saja, ganteng banget” terdengar celotehan beberapa karyawan wanita meski hanya bisa dengan berbisik.
Rafael yang kedatangannya tadi disambut oleh Handoko sang kepala cabang , saat ini sudah memasuki lift bersama dengan Bima tentunya.
Sementara itu di tempat lain, Airin sudah berada di ruang meeting bersama dengan beberapa staff yang lain termasuk ada Desi di dalamnya, beberapa kali Airin tampak membolak – balik isi mapnya.
“Kenapa ? ada yang ketinggalan ?” tanya Desi yang sedari tadi memperhatikan aktifitas sahabatnya itu.
“Sepertinya begitu, perasaan sudah aku masukkan disini tapi kok gak ada.”
“Kenapa Rin?” tanya Rahayu kepala divisi keuangan dimana Airin berada.
“Ada yang ketinggalan bu, mohon ijin untuk mengambilnya sebentar dimeja saya.”
“Pergilah ! tapi jangan lama – lama”
“Baik bu”
Airin segera beranjak dari kursinya menuju pintu yang tanpa dia sadari sebenarnya dari arah luar pintu sudah ada tangan lain yang siap untuk membuka pintu itu bersamaan dengan Airin, tubuh Airin kehilangan keseimbangan hingga hampir terjatuh ,untung saja ada tangan kokoh yang secara spontan menahan tubuhnya hingga Airin tidak sampai terjatuh.
Kedua pasang mata manusia inipun tanpa sengaja saling bertatapan.
“Airin “
“Mas Rafa” ya pria yang menahan bobot tubuh Airin adalah Rafael sang CEO , untuk beberapa saat keduanya tampak saling termangu hingga akhirnya deheman dari Bima membuat Rafael dan Airin membetulkan posisinya.
“Terima kasih, permisi” ujar Airin gugup, gegas Airin melanjutkan tujuannya untuk mengambil berkas yang tertinggal, tatapan mata dari Rafael tampak terus memindai wanita itu sampai tubuhnya hilang dari penglihatannya.
‘Akhirnya aku menemukanmu ’ guman Rafael dalam hati.
Bima asisten pribadi Rafael yang sebenarnya juga sepupu Rafael memiliki banyak tanda tanya besar saat melihat sang CEO tampak lebih fokus memperhatikan wanita yang ditolongnya tadi, bahkan tidak sekali dua kali Bima berdehem demi Rafael kembali fokus.“Aku perhatikan hari ini kamu aneh bos,” ucap Bima saat keduanya kembali ke kantor pusat.“Aneh apanya ?”“Apa kamu sedang jatuh cinta pada pandangan pertama pada wanita itu hingga tidak fokus? tatapan matamu lebih banyak memperhatikan wanita itu”.Rafael hanya tersenyum simpul mendapati ocehan dari asistennya yang hari ini super cerewet, saat ini keduanya sedang dalam mode sebagai saudara sehingga Bima bisa bebas berbicara tanpa ada sekat atasan dan bawahan.“Dia Airin, dialah wanita aku cintai sampai sekarang”Ciiiittt….Tanpa sengaja Bima menginjak rem hingga mobil yang dikendarainya berhenti mendadak, tentu saja Rafael mengomel atas keteledoran Bima.“Maaf gak sengaja, aku terkejut mendengar omonganmu, jadi dia wanita yang selama ini
Kehebohan terjadi di kediaman Mario, baik Rianti maupun Elisa anak gadisnya yang selama ini selalu mengandalkan Airin untuk mengerjakan seluruh pekerjaan rumah, sejak kepergian Airin mereka harus mengerjakannya sendiri.Tubuh Rianti yang semakin tua tidak memungkinkan baginya untuk melakukan seluruh pekerjaan rumahnya, sedangkan Elisa anaknya yang sedari dulu tidak dibiasakan untuk membantu pekerjaan rumah tentu saja ogah – ogahan, dasar pemalas !.Saat ini Rianti hendak menikmati mie rebus yang baru saja dibuatnya untuk sarapan, namun baru saja hendak menyuapkan tiba – tiba“Bu, bajuku dicucikan dong bu!”“Cuci saja sendiri sana ! tinggal masuk ke dalam mesin cuci kasih air dan detergen masak kamu tidak bisa sih,” omel Rianti“Perutku sakit, gak kuat jika tidak segera ke kamar mandi, ibu saja gih sana!”.Mau tidak mau Riantipun mengambil baju warna merah yang sudah ditinggalkan begitu saja di kursi, Rianti memasukkannya ke dalam mesin cuci bersamaan dengan pakaian lain , membuka kra
Rafael menarik salah satu kursi dan duduk di dekat Airin , Airin yang merasa tidak nyaman tentu saja malah memundurkan kursinya agar tidak terlalu berdekatan dengan Rafael, bagaimanapun juga disini Airin hanya lah staff.Namun Airin tidak bisa memungkiri jika saat berdekatan dengan Rafael detak jantungnya terasa bergerak lebih cepat dari biasanya. Hal yang sama saat dulu dia masih berstatus pacar Rafael.‘Ini tidak bisa dibiarkan, aku tidak mau jadi pelakor dalam rumah tangga mas Rafa, aku tahu bagaimana sakitnya jika rumah tangga kita diusik oleh pelakor.’ “Rin, kamu bisa rasakan ini ?” dengan spontan Rafael menarik tangan Airin dan meletakkannya di dadanya . “Kamu bisa merasakan getarannya ? getaran ini masih sama seperti dulu setiap aku berdekatan denganmu.”Rafael terus membawa tangan Airin menyentuh dadanya namun anehnya kenapa justru Airin sama sekali tidak memprotes perbuatan Rafael.“Jantungku selalu tidak aman jika berada di dekatmu, dan hanya bersamamu aku merasakan ini, te
Kruk kruk terdengar bunyi dari perut Airin yang keluar begitu saja tanpa bisa dia cegah,jangan ditanya bagaimana raut wajah Airin saat ini, andai Airin bisa bercermin pasti akan melihat rona kemerahan yang tergambar dengan jelas di wajah yang selalu cantik di mata Rafael itu.Jelas Airin merasa malu dihadapan pimpinannya perutnya berbunyi tanda jika perutnya sedang berontak minta diisi.Sejenak Airin melihat jam tangannya astaga sudah pukul 2 siang jelas saja perutnya keroncongan, jika Airin hanya bisa menggigit bibir bawahnya menahan malu justru Rafael melengkugkan bibirnya ke atas membentuk senyuman.“Maaf sudah membuatmu lapar, ayo kita makan siang bersama , nanti disana aku akan menunjukkan bukti jika memang aku belum pernah menikah.”Rafael mengulurkan tangannya ke arah Airin “ Airin, tolong temani aku makan siang , kamu tidak keberatan kan ?” ulang Rafael lirihEntahlah Airin hanya menurut
“Kamu... mau apa kesini hah!” bentak Marsha pada Airin wanita yang sangat tidak disukainya. Marsha segera masuk dengan badan yang dengan sengaja dia senggolkan dengan keras ke tubuh Airin hingga wanita itupun sedikit terhuyung. Rafael yang melihatnya hanya bisa menahan kesalnya.“Duduklah disitu !” titah Rafael pada Marsha yang hendak duduk di sampingnya, Rafael memilihkan kursi yang berada di depannya dan dengan sengaja memindahkan minuman Airin ke kursi yang berada di sebelahnya, mengeluarkan kursi itu serta mempersilahkan Airin untuk duduk.“Silahkan duduk , Rin,” ucap Rafael dengan nada lembut berbeda dengan nada yang dia ucapkan pada Marsha.Airin hanya bisa menurut meski hatinya ada rasa tidak nyaman karena kursinya justru berhadapan dengan Marsha, Airin tidak tahu saja jika Marsha sedang mengepalkan tangannya dari balik meja hingga kuku jarinya tampak memutih tanda bahwa dia dalam mode kesal yang teramat sangat.
Airin hanya diam terpaku demi mendengar pernyataan Rafael yang begitu mengejutkannya.“Rin, kenapa diam ?” tanya Rafael gemas melihat ekpresi wanita di sampingnya itu, dalam ekpresi seperti itu di mata Rafael Airin sungguh begitu menggemaskan.Bahagia rasanya Rafael saat mendapat informasi dari Satya orang suruhannya yang sedari tadi sudah diberikan tugas untuk mencari tahu tentang Airin.Satya bahkan memberikan informasi secara lengkap tentang kehidupan Airin tanpa satupun yang terlewat, jika boleh jujur Rafael sangat geram bagaimana suami dan keluarganya memperlakukan Airin dengan sangat tidak baik selama ini. Status Airin yang sedang otewe menjadi jandapun Satya juga menyampaikannya kepada Rafael, itulah mengapa Rafael seketika mengajukan lamaran kepada calon janda cantik ini.“Ak…aku wanita bersuami,” jawab Airin lirih namun cukup terdengar jelas di telinga Rafael.“Ya kamu benar, saat ini memang kamu wanita
“Maksudnya apa nih, kamu masih cinta sama dia,” tampak Dita sangat kesal melihat reaksi Mario saat melihat calon mantan istrinya.“Aku gak ada maksud apa – apa, aku juga sudah tidak cinta sama dia , Dita” sangkal Mario saat kedapatan menatap terus ke arah Airin yang baru hendak menyeberang jalan sementara di sampingnya ada laki – laki kaya nan tampan menuntun Airin.“Bohong, kamu pikir aku percaya begitu saja ! jelas sekali pandangan mata kamu itu fokus ke wanita udik itu, sampai harus mengerem secara mendadak, aku bukan wanita udik itu yang gampang dibodohi.”Mario kembali menjalankan mobilnya untuk kembali ke kantor , tidak di hiraukannya ocehan dari Dita yang sepertinya begitu cemburu.“Mas, dengar gak sih aku ngomong.”“Iya, iya aku dengar, sudah dong jangan merajuk begitu, kenapa juga sih cemburu sama Airin kan aku lebih memilih kamu dibanding dia, sudah ya, ingat ! nanti
“Apa maksud kamu bicara seperti itu,Mario ?” tegur Rianti“Kamu membelanya mas ?” timpal Dita tidak terima jika Mario masih saja membela wanita yang dimatanya sangat kampungan itu.“Bu..bukan begitu maksudku, aku hanya mau kita tidak perlu berbicara berlebihan membahas Airin gak enak kan sama calon istriku bu,bagaimanapun juga aku bertanggungjawab menjaga perasaan calon istriku ini,” Mario berkelit dan memegang tangan Dita agar kebohongannya terlihat sempurna, jujur saja entahlah kenapa di hati Mario ada perasaan tidak terima jika keluarganya memutarbalikkan fakta soal Airin dan sepertinya Mario juga lupa, bahwa dia juga melakukan hal yang sama saat bersama Dita, dasar !.“ Airin itu masa lalu kita lupakan saja , lagipula tujuanku mengajak Dita kesini juga mau mengenalkan Dita pada ibu dan Lisa agar kalian jadi lebih akrab jadi buat apa kita membahas hal yang seharusnya kita lupakan.”“Iya kamu b