Share

Bagian 6

Author: Puziyuuri
last update Last Updated: 2025-04-21 07:42:37

Pintu telah terbuka sempurna, menampilkan pertunjukkan memalukan di sofa.Tangisan histeris Riana seketika memenuhi udara. Agung merangsek masuk, menyeret Aldino dan menghajarnya. Mira bergegas mengejar, mencegah Agung bertindak lebih jauh.

"Agung, jangan kau pukul calon cucu menantuku!"

"Bu! Dia sudah melecehkan putriku!"

"Belum tentu, bisa saja mereka suka sama suka!"

Agung dan Mira terus berdebat. Riana hanya bisa terduduk di lantai sambil terisak-isak. Kiria menghela napas berat. Dia menutup pintu dan menguncinya sebelum aib keluarga mereka menjadi konsumsi para penghuni apartemen lain.

Kiria mengambil pakaian yang berserakan di lantai dan melemparkannya kepada Kanania. Selanjutnya, dia mendekati Riana dan memeluk erat sang ibu. Sementara itu, Kanania yang mendapat lemparan pakaian pun tersadar. Gadis itu menangis histeris.

"Ayah, jangan pukul Kak Al! Ini bukan salah Kak Al!" jeritnya dengan air mata bercucuran.

Tinju Agung menghantam tembok. Dia mengalihkan pandangan pada putri bungsunya. Tatapan dengan sorot mata penuh kekecewaan tergambar jelas.

"Apa ayah seburuk itu mendidikmu, Nia?" tanyanya dengan suara berat yang bergetar hebat.

Tangisan Kanania dan Riana mendadak terhenti. Keheningan menyergap membuat suhu udara terasa turun drastis. Lama mereka semua terjebak dalam kesunyian yang mencekam, hingga akhirnya Agung menghela napas berat.

"Ayo kita bicarakan masalah ini sampai tuntas," desahnya berat.

"Ayah, kami dijebak! Kami hanya korban," cerocos Kanania setelah melihat ayahnya sudah tak seemosi sebelumnnya.

Tatapan Agung sedikit melunak. Kanania melihatnya sebagai kesempatan. Selanjutnya, dia pun mulai menjelaskan tentang jebakan yang dimaksud. Kanania mengaku telah diberikan obat oleh teman-teman Aldino yang jail hingga mereka terperangkap dalam situasi memalukan itu.

"Dengar itu! Mereka hanya dijebak. Tidak mungkin cucuku menggatal!" seru Mira berapi-api.

"Tadi, katanya suka sama suka, tapi sekarang tidak mungkin menggatal. Dasar nenek tidak konsisten!" gerutu Kiria dalam hati.

Agung menghela napas dan mengusap wajah lelahnya. Sementara itu, Riani kembali terisak, lalu memeluk Kanania, mengeluhkan nasib putrinya yang malang. Kiria melirik sinis Aldino, dia mengumpati lelaki itu dalam hati.

"DIjebak teman Aldino? Mana mungkin! Pasti si Aldino berengs*k ini juga turut serta dalam rencana! Adikku ini benar-benar lugu atau bodoh?"

"Saya akan bertanggung jawab, Om," celetuk Aldino tiba-tiba memecah keheningan.

Agung mendelik tajam. Riani menatap Kiria dengan sorot mata bersalah. Kanania tampak kebingungan. Sementara itu, senyuman samar terukir di bibir Mira, membuat Kiria sampai menggeleng pelan.

"Bagaimana dengan Kiria, hah?" cecar Agung.

"Ya, mereka tinggal putus tho!" sergah Mira.

"Bu!"

Kiria berdeham menghentikan pertengkaran sia-sia antara ayah dan neneknya. Walaupun Aldino tidak ingin bertanggung jawab pada Kanania, dia juga tidak mungkin melanjutkan hubungan dengan pria berengsek yang tega menjebak adiknya. Bahkan tanpa ada kejadian ini, Kiria belum terpikir untuk menjalin hubungan lebih serius mengingat sepak terjang si playboy.

"Mau ngomong apa kamu? Pokoknya, kamu harus mengalah sama adikmu! Nak Al juga lebih serasi dengan Nia," cerocos Mira hampir tanpa jeda.

Riana yang tadi memeluk Kanania mendekati Kiria dan mengenggam tangan si putri sulung dengan erat. " Nak, Nia sudah ternoda seperti ini. Ibu mohon kali ini mengalahlah untuk adikmu," pintanya dengan mata berkaca-kaca.

Kiria menghela napas berat, lalu menatap Kanania. "Nia, kamu yakin ingin menikah dengannya? Bahkan dia berani menyentuh adik dari pacar sendiri. Entah apa lagi yang bisa dilakukannya."

"Kak Al juga dijebak, Kak."

Kiria tersenyum sinis. "Yakin? Bukan dia otak rencananya?"

"Halah, kamu cuma tak terima Nak Aldino sama Nia! Kamu masih ingin jadi Nyonya keluarga Mahendra. Kamu itu mana pantas!" sergah Mira.

Kiria seketika tertawa lepas.

"Nyonya di Keluarga Mahendra? Nenek mikirnya kejauhan. Aku bahkan tidak pernah berpikir untuk menikah. Ikatan seperti itu rasanya akan menganggu penelitianku saja. Aku tidak cinta-cinta amat sama Aldino."

Mira melotot. Kata-kata Kiria kali ini juga membuat Agung dan Riana ikut mendelik tajam. Namun, sebelum suami istri itu mengomel, Aldino yang tadinya meringkuk tak berdaya setelah dipukuli malah meradang. Pemuda itu melangkah cepat ke hadapan Kiria.

"Tidak cinta! Kamu cuma berkilah karena cemburu, 'kan? Kalau tidak cinta, mana mungkin mau pacaran denganku."

Kiria menyahut dengan tenang, "Dulu, aku menerima pernyataan cintamu karena keadaan saat itu tidak memungkinkan untuk menolak. Lagipula juga bisa jadi tameng jika ada pertanyaan kapan nikah."

Kiria terkekeh. Adino semakin meradang dibuatnya. Kiria mendekat dan menepuk pelan bahu Aldino.

Tindakan ini membuat Kanania yang masih menangis di sofa ketar-ketir. Dia sudah mengobankan segalanya. Jika Kiria berhasil merebut kembali Aldino, semua usahanya akan sia-sia.

Kiria tersenyum sinis dan berbisik, "Kalau terpaksa harus menikah, daripada sama kamu, bosku yang galak itu masih jauh lebih baik."

Aldino mengepalkan tangan. "Kiria, kamu!"

"Rani, Shanti, Melia, Tiara, Shasa."

Wajah Aldino mendadak pucat saat sederet nama perempuan diucapkan Kiria. Gadis-gadis itu memang selingkuhannya selama mereka berpacaran. Tak Aldino tahu, para selingkuhannya menghubungi Kiria untuk menghancurkan hubungan mereka.

"Apakah aku harus memperlihatkan video yang mereka kirimkan padaku?" desis Kiria tajam.

Aldino memucat.

"Kamu ngomong apa, hah? Jangan banyak alasan!" sergah Mira, membuat Aldino diam-diam menghela napas lega. "Jangan harap kamu bisa menggagalkan pernikahan Nak Al dan Nia!"

Mira terus saja mengomel. Kiria tak diberi kesempatan untuk membuka kedok si playboy Aldino. Akhirnya, Kiria memilih mengurungkan niatnya. Dia terpikir neneknya juga tidak akan percaya dengan video bukti. Bisa-bisa Kiria dituduh mengedit viedo itu.

"Ya sudahlah, terserah kalian saja."

"Bagus kalau kamu tahu diri," ejek Mira.

Mereka pun kembali membicarakan masalah aib yang telah terjadi. Akhirnya, kesepakatan dibuat. Aldino akan menikahi Kanania dalam waktu tiga bulan. Kiria mengepalkan tangannya diam-diam. Sebuah rencana gila melintas di benaknya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 7

    "Ehem!""Kucing Pak RT kecebur got!" Kiria mendengkus. "Siapa, sih? Ganggu konsentrasi aja!" gerutunya sembari menoleh ke kanan.Kiria seketika menelan ludah. Sosok tinggi menjulang dengan wajah galak nan tampan itu menatapnya tajam. Kiria sempat melirik Arlita yang memandangnya iba."Ma-maaf, Pak. Saya tadi terlalu fokus melakukan docking, jadi kaget. Ada yang bisa saya bantu, Pak?"Arya melirik layar komputer di hadapan Kiria. Keningnya sedikit berkedut. Pemuda itu kini berfokus pada rancangan senyawa di layar. Setiap gugus fungsi tak luput dari mata elangnya.Kiria seketika mengumpat dalam hati, "Sial! Sial! Kenapa bisa lupa mengganti layar? Waduh, bisa-bisa gawat kalau ketahuan merancang racun diam-diam! Tapi, tenang dulu, Pak Arya, kan orang bisnis, mana ngerti masalah ini."Kiria memang tengah melakukan docking, suatu teknologi merancang senyawa secara digital sebelum benar-benar disintesis. Dengan adanya docking, peneliti bisa menambahkan berbagai gugus fungsi pada senyawa dan

    Last Updated : 2025-04-22
  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 8

    Kiria terus berlari meninggalkan laboratorium dan memasuki gedung V, di mana ruangan Arya berada. Begitu berada di dalam gedung V, gadis itu mengganti larinya dengan jalan cepat. Dia tentu tak ingin menabrak orang dan membuat masalah baru."Selamat pagi, Bu Kiria," sapa dua gadis cantik dari bagian pemasaran. Kiria hanya membalas dengan anggukan kecil. Dia kembali mempercepat langkah. Telinganya sempat mendengar obrolan sinis gadis-gadis tersebut yang menganggapnya sombong. Namun, Kiria tak punya waktu untuk baku hantam dan bergegas menuju lift."Sial!" umpat Kiria begitu melihat tulisan rusak di salah satu pintu lift.Sementara itu, antrian orang yang hendak menggunakan lift satunya sudah mengular. Kiria mengusap wajah. Dia tak punya pilihan selain menggunakan tangga menuju ruangan Arya."Pak Arya, kenapa ruangan Bapak harus di lantai 7? Lantai 7! Lantai 7!" keluh Kiria sepanjang perjalanan berlari di tangga.Ketika tenaga hampir habis, Kiria berhenti sejenak untuk menyeka keringat

    Last Updated : 2025-05-02
  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 9

    "Maaf, Pak! seru Kiria sebelum menyundul dagu Arya.Tangan boleh terperangkap dalam genggaman sang atasan, tapi kepalanya masih bisa digunakan. Arya mengerang sambil memegangi dagu yang sedikit memar. Kiria mengusap kepala sambil berlari menuju pintu. Namun, berkali-kali dia menarik gagang pintu, kaca persegi itu tak jua mau bergerak."Mati aku! Pintunya terkunci." Kiria berbalik dan melihat Arya berjalan semakin dekat. "Sial! Terpaksa mengambil resiko. Semoga efek penawarnya juga berkebalikan."Kiria mengatur napas sebelum berlari ke arah Arya. Dia menggunakan sedikit teknik bela diri utnuk mengunci gerakan. Saat Arya terjatuh, kiria meminumkan paksa obat penawar. Arya mengerang beberapa saat sebelum tak sadarkan diri.Tiga puluh menit berlalu begitu saja. Arya terbaring lemah di sofa. Sementara Kiria memilih kursi di depan meja presiden direktur. Dia tentu tak ingin mengambil resiko."Ughh ... kepalaku," desis Arya lemah.Kiria bangkit dari kursi dan menghampiri. "Akhirnya, Bapak s

    Last Updated : 2025-05-02
  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 10

    Kiria benar-benar tercengang. Dia hanya bisa mengepalkan tangan dan kehilangan kata-kata. Suaranya seolah tersangkut di tenggorokan. Adik lugu berubah menjadi rubah betina licik tentu menjadi tamparan keras baginya."Nia ... kenapa begini ...," lirih Kiria. Namun, dia tiba-tiba terdiam, lalu tergelak. "Aha! Kakak tau! Kamu cuma mau prank, 'kan? Hayo ngaku!" cecarnya.Kanania tersenyum sinis. Sorot matanya yang dingin menghentikan tawa Kiria seketika. Kiria merasakan aura dendam yang begitu kuat. Namun, dia tak mengerti kenapa perasaan seperti itu bisa ada pada adiknya."Nia ... kamu hanya bercanda, 'kan? Pasti hanya bercanda, 'kan?""Bercanda? Tidak, Kak. Aku serius.""Tapi, kenapa, Nia? Kenapa?"Kanania mendekat bibirnya ke telinga sang kakak dan berbisik, "Tentu saja karena aku benci kakakku yang selalu menjadi si nomor satu. Jadi, Kakak tidak boleh lebih baik dariku. Sebentar lagi, aku akan menjadi nyonya muda di Keluarga Mahendra sementara Kakak tetap menjadi perawan tua kaku ya

    Last Updated : 2025-05-02
  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 11

    Kiria menarik rambut sendiri, tetapi berhenti setelah dirasa sakit. Setelah itu, dia mulai mondar-mandir sambil menggigiti ujung kuku. Bayangan wajah kesal Arya melintas di benaknya. Kiria mendadak merasa sesak napas."Kiria, Kiria, kenapa kau tidak berhenti menimbulkan masalah?" keluhnya sambil memukul kepala sendiri, tetapi dia cepat menggeleng. "Tidak! Aku harus mencoba memperbaikinya!"Setelah mengumpulkan keberanian, Kiria memutuskan untuk menghubungi Arya kembali. Beberapa kali melakukan panggilan, tak ada jawaban. Kiria hampir saja menyerah, hingga suara khas kaku yang menyebalkan terdengar di panggilan ketujuh."Halo.""Ha-halo, Pak Arya. Maaf menganggu waktunya."Kiria mengatur napas sejenak, menenangkan jantungnya yang berdebar kencang seperti dikejar setan."Begini, Pak. Tadi malam saya ...."Kiria terdiam lagi. Dia memutar otak mencari kalimat paling tepat. Tak lama terdengar helaan napas berat, membuat suhu sekitar terasa turun beberapa derajat."Mati aku! Mati aku!""Apa

    Last Updated : 2025-05-03
  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 12

    Kiria terpaku untuk beberapa saat. Kalimat protes diungkapkannya dengan berapi-api hanya dalam hati. Setelah puas memaki atasan dalam hati, barulah dia menyungingkan senyuman bisnis. "Baik, Pak. Kami akan mengerjakannya dengan sebaik-baiknya." "Bagus, Bu Kiria memang karyawan teladan. Tidak seperti seseorang." Arya tiba-tiba mengalihkan pandangan pada Arlita. Gadis bertubuh mungil itu seketika gemetaran dan bersembunyi di belakang Kiria. Tak ayal, tatapan Arya kini tertumbuk pada sepasang mata indah Kiria. Lama keduanya beradu pandang, seolah menciptakan dimensi hanya untuk berdua. Sekretaris Lusi mengepalkan tangan, lalu berdeham. "Pak Arya, maaf menginterupsi. Rapat dengan dewan direksi akan diadakan 5 menit lagi, sebaiknya kita segera menuju ruang rapat." Arya melirik arloji di pergelangan tangan. "Bu Kiria, kami pergi dulu. Saya harap bisa mendapat laporan perkembangan terbaru setelah rapat." Kiria mengangguk kecil. "Baik, Pak." "Bu Lusi, Pak Rehan, ayo kita pergi." Arya b

    Last Updated : 2025-05-03
  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 13

    "Sa-saya benar-benar minta maaf, Pak. Saya kira Bapak itu Yanto." Kiria seketika mundur, lalu membungkukkan badan dan meminta maaf berkali-kali. Sekretaris Lusi diam-diam mencibir, tetapi cepat mengubah raut wajahnya menjadi prihatin saat Sekretaris Rehan menoleh. Sementara Arlita sibuk mendoakan keselamatan ketua timnya dalam hati. Mereka semua tak menyadari sorot mata penuh dendam Arya. Tangan kokohnya terkepal kuat. Dia menghentikan Kiria yang tengah meminta maaf. "Jadi, kalau Yanto, Bu Kiria bisa mengendus-endusnya?" sindir Arya tajam. Namun, Kiria malah terbengong-bengong. Di laboratorium itu, mereka memang sering bercanda, saling mengejek bau masing-masing. Jadi, berlagak mengendus, lalu mengomentari bau itu biasa saja, yang tentunya menjadi tidak sopan saat dilakukan pada seorang presiden direktur. "Jadi, tidak apa-apa kalau mengendus Yanto?" ulang Arya dengan suara lebih dingin. Kiria seketika merinding meskipun masih tak mengerti di mana letak kesalahannya. Sekretaris L

    Last Updated : 2025-05-03
  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 14

    Arya refleks berdiri dengan napas menderu. Sekretaris Rehan membujuknya duduk kembali dengan susah payah. Sekretaris Lusi tersenyum licik, bersiap menambahkan sekam dalam api. Namun ...."Aduh, Ketua! Akhirnya, Yanto bisa ketemu ketua lagi, deh! Kangen banget tau!" seru si Yanto sambil memukul pelan bahu Kiria. "Waktu ketua enggak masuk, kita, tuh, kayak anak ayam kehilangan induk," keluhnya, lalu mengipasi wajah dengan kipas berenda yang entah datang darimana.Sekretaris Rehan seketika tak bisa menahan tawa. Arya tak jadi gusar, kembali duduk seraya diam-diam menghela napas lega. Sementara Sekretaris Lusi sudah merobek-robek tisu.Tawa Rehan mengalihkan perhatian Yanto. Dia berbalik dan langsung menutup mulut. Tak lama kemudian, jemari lentiknya mencubit Arlita dengan semena-semena."Yanti, sakit tau!"Yanto seketika merengut. "Yanti! Yanti! Nama aku Yanto, Lita. Ish! Emangnya aku cewek? Aku ini cowok tulen tau!" Dia mendadak menepuk kening. "Eh kelupaan! Aku tadi mau nanya, kenapa P

    Last Updated : 2025-05-04

Latest chapter

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 20

    "Pak Arya, apa efek racunnya kambuh lagi? S-saya bawa obat penawar kok," cerocos Kiria saat lift naik perlahan. Dia mencoba melepaskan diri, dengan mendorong dada Arya. Namun, tubuh yang lemas setelah mengalami reaksi anafilaksis membuat dorongannya malah terasa seperti sentuhan lembut. Arya menggigit bibir, mencoba mengendalikan pikiran."Pak? Jangan buat saya takut, Pak. Kalau efek racunya kambuh-""Tadinya, tidak kambuh, tapi mungkin saja akan kambuh jika tangan Bu Kiria berada di tempat yang tidak seharusnya," potong Arya cepat.Kiria melongo untuk beberapa saat. Dia menatap polos wajah memerah Arya, lalu menurunkan pandangan hingga ke dada sang atasan. Kiria seketika merona dan cepat menarik tangannya dari sana."Maafkan saya, Pak. Saya cuma mau minta diturunkan. Bisa turunkan saya?"Arya tak menyahut. Pintu lift sudah terbuka. Arya keluar dan menyusuri koridor yang remang-remang. Dia berhenti di kamar nomor 1105, lalu membuka pintunya dengan kartu akses.Ruangan tipe suite yang

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 19

    Tiara langung berlutut di lantai dan mengenggam tangan Kiria. "Kakak, kenapa? Kakak ...."Sementara itu, Kanania menggigiti ujung kuku. Dia hanya sedikit cemburu melihat kakaknya ditempeli Tiara. Kanania memberikan puding mangga itu agar kakaknya mengalami gatal-gatal saja. Tak pernah terpikirkan olehnya, Kiria akan mengalami gejala alergi parah."Minggir!" seru Arya seraya menjauhkan Tiara.Tiara hendak protes tetapi langsung terdiam saat ditatap tajam. Kemudian, Arya mengatur posisi Kiria agar lebih nyaman sebelum membongkar isi tas gadis itu. Sialnya, Arya tak bisa menemukan auto-injector epinefrin yang biasa dibawa Kiria. Dia pun segera menghubungi pengawal agar membawakan kotak P3K di mobilnya."Ria! Ria! Bertahanlah!"Namun, konidisi Kiria memburuk. Dadanya tampak naik turun. Kesulitan bernapas yang dialami gadis itu tampak semakin parah. Arya tak punya banyak pilihan, mengangkat sedikit tengkuk kiria, lalu mendekatkan bibirnya."Hei, apa yang kau lakukan pada Kakak! Dasar mesu

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 18

    Kiria melihat meja dengan gelas bersusun di depan mata. Dia sempat-sempatnya menaruh piring di meja, lalu mencoba melakukan gerakan memutar. Namun, sepasang tangan kokoh mendadak melingkar di pinggangnya. Tak ayal, wajahnya terbenam di dada bidang."Ria, kamu baik-baik saja?" seru Arya panik.Suaranya terdengar begitu lembut sampai-sampai membuat Kiria refleks mendongak. Dua pasang mata bertemu. Di antara hangatnya napas yang menampar wajah, waktu seolah terhenti, menciptakan dimensi tersendiri."Gadis dari keluarga mana itu?""Aduh, aku iri sekali! Apa aku harus terpeleset juga biar ada momen romantis dengan tuan muda Keluarga Wijaya?""Jangan bodoh! Si Joy pernah nyoba, tapi malah malu karena jatuh sendiri."Bisik-bisik para gadis menyentak kesadaran Kiria. Dia cepat-cepat melepaskan pelukan Arya. Sang atasan mendecakkan lidah dan menatap para gadis penggosip dengan tatapan membunuh."Terima kasih, Pak Arya," tutur Kiria canggung."Ya, lain kali hati-hati. Banyak serigala di pesta s

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 17

    "Berhenti!"Suara khas berwibawa menghentikan gerakan para petugas keamanan. Mereka dengan kompak berbalik, lalu membungkuk pada sosok yang tadi berbicara. Cantika merasa gusar segera menoleh bermaksud mengomel, tetapi seketika menelan ludah.Leo Rahardja sang pemilik acara tengah mendekat. Lelaki paruh baya itu terus berjalan, hingga berhenti di hadapan Kiria. Dia menepuk pelan bahu Kiria sembari menatap dengan sorot mata khawatir."Nak Kiria tidak apa-apa? Maaf kelancangan orang-orang saya," ucapnya penuh penyesalan. Dia mengalihkan pandangan pada para petugas keamanan. "Beraninya kalian hendak mengusir tamu kehormatan saya!""Maafkan kami, Pak. Nona Keluarga Mahendra mengatakan nona ini penyusup."Ketua tim keamanan cepat membela diri, membuat wajah Cantika memucat. Leo menatap sinis Cantika. Dia tentu tahu bagaimana sepak terjang gadis itu mencoba mendekati para putranya. Leo tak sudi memiliki menantu manja dan arogan sepertinya."Ya sudahlah. Lain kali pastikan dulu identitas tam

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 16

    Langit bahkan belum sepenuhnya terang, ponsel Kiria sudah berdentang. Pesan singkat dari Sandi mengabarkan kedatangannya. Kiria menghela napas berat. Dia memasukkan ponsel ke tas, lalu bergegas keluar kamar."Lho, berangkat lebih pagi, Nak? Ibu belum selesai masak lho," tegur Riana saat Kiria melewati dapur.Kiria menghampiri sang ibu. Dia mencium punggung tangan wanita dengan sorot mata lembut itu. Kiria mencomot dua potong tempe goreng di meja."Ada urusan pekerjaan, Bu. Ini saja sudah ditelpon," sahutnya seraya mengunyah tempe."Bawa bekal dulu, ya."Kiria menggeleng. "Enggak akan sempat, Bu. Nanti aku beli aja." Dia mencium pipi kanan ibunya. "Aku pergi dulu."Riana mengangguk. Kiria pun bergegas keluar rumah. Dia harus berjalan 200 meter lagi. Kiria meminta agar Sandy parkir agak jauh karena tak ingin menimbulkan rasa iri adiknya lagi. Meskipun Kanania biasanya masih tidur, tapi dia tetap tidak mau mengambil resiko."Kenapa Pak Arya juga ikut?" celetuk Kiria tanpa sadar saat memb

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 15

    Saat pintu benar-benar terbuka lebar, pemandangan dalam ruangan membuat mereka semua terpaku. Bagaimana tidak? Arya berbaring di sofa dengan Kiria tengah bersandar di dadanya dengan raut wajah kesakitan,"Astaghfirullah! Ketua!" jerit Yanto histeris dengan mata berkaca-kaca. Suara melengking pemuda itu seketika menyadarkan yang lain. Sekretaris Lusi meradang, hendak menyerbu masuk. Namun, Sekretaris Rehan menahannya dengan sigap. Sementara itu, Arlita seolah kehilangan tenaga dan terduduk lemas. "Walaupun ini dosa, tapi sebagai bawahan Bapak, saya akan membantu perjuangan cinta Pak Arya," tekad Sekretaris Rehan dalam hati dengan takzim.Dia memegang gagang pintu, bersiap menutupnya. Namun, sepatu kets terlempar dari dalam ruangan, mendarat mulus di dadanya. Kiria yang telah melempar sepatu, tampak melotot. "Jangan ditutup, Pak Rehan, tolong kami dulu!"Sekretaris Rehan malah melongo. Akibatnya, pegangan pada Sekretaris Lusi terlepas. Gadis itu pun berlari sekuat tenaga. Dia meraih

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 14

    Arya refleks berdiri dengan napas menderu. Sekretaris Rehan membujuknya duduk kembali dengan susah payah. Sekretaris Lusi tersenyum licik, bersiap menambahkan sekam dalam api. Namun ...."Aduh, Ketua! Akhirnya, Yanto bisa ketemu ketua lagi, deh! Kangen banget tau!" seru si Yanto sambil memukul pelan bahu Kiria. "Waktu ketua enggak masuk, kita, tuh, kayak anak ayam kehilangan induk," keluhnya, lalu mengipasi wajah dengan kipas berenda yang entah datang darimana.Sekretaris Rehan seketika tak bisa menahan tawa. Arya tak jadi gusar, kembali duduk seraya diam-diam menghela napas lega. Sementara Sekretaris Lusi sudah merobek-robek tisu.Tawa Rehan mengalihkan perhatian Yanto. Dia berbalik dan langsung menutup mulut. Tak lama kemudian, jemari lentiknya mencubit Arlita dengan semena-semena."Yanti, sakit tau!"Yanto seketika merengut. "Yanti! Yanti! Nama aku Yanto, Lita. Ish! Emangnya aku cewek? Aku ini cowok tulen tau!" Dia mendadak menepuk kening. "Eh kelupaan! Aku tadi mau nanya, kenapa P

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 13

    "Sa-saya benar-benar minta maaf, Pak. Saya kira Bapak itu Yanto." Kiria seketika mundur, lalu membungkukkan badan dan meminta maaf berkali-kali. Sekretaris Lusi diam-diam mencibir, tetapi cepat mengubah raut wajahnya menjadi prihatin saat Sekretaris Rehan menoleh. Sementara Arlita sibuk mendoakan keselamatan ketua timnya dalam hati. Mereka semua tak menyadari sorot mata penuh dendam Arya. Tangan kokohnya terkepal kuat. Dia menghentikan Kiria yang tengah meminta maaf. "Jadi, kalau Yanto, Bu Kiria bisa mengendus-endusnya?" sindir Arya tajam. Namun, Kiria malah terbengong-bengong. Di laboratorium itu, mereka memang sering bercanda, saling mengejek bau masing-masing. Jadi, berlagak mengendus, lalu mengomentari bau itu biasa saja, yang tentunya menjadi tidak sopan saat dilakukan pada seorang presiden direktur. "Jadi, tidak apa-apa kalau mengendus Yanto?" ulang Arya dengan suara lebih dingin. Kiria seketika merinding meskipun masih tak mengerti di mana letak kesalahannya. Sekretaris L

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 12

    Kiria terpaku untuk beberapa saat. Kalimat protes diungkapkannya dengan berapi-api hanya dalam hati. Setelah puas memaki atasan dalam hati, barulah dia menyungingkan senyuman bisnis. "Baik, Pak. Kami akan mengerjakannya dengan sebaik-baiknya." "Bagus, Bu Kiria memang karyawan teladan. Tidak seperti seseorang." Arya tiba-tiba mengalihkan pandangan pada Arlita. Gadis bertubuh mungil itu seketika gemetaran dan bersembunyi di belakang Kiria. Tak ayal, tatapan Arya kini tertumbuk pada sepasang mata indah Kiria. Lama keduanya beradu pandang, seolah menciptakan dimensi hanya untuk berdua. Sekretaris Lusi mengepalkan tangan, lalu berdeham. "Pak Arya, maaf menginterupsi. Rapat dengan dewan direksi akan diadakan 5 menit lagi, sebaiknya kita segera menuju ruang rapat." Arya melirik arloji di pergelangan tangan. "Bu Kiria, kami pergi dulu. Saya harap bisa mendapat laporan perkembangan terbaru setelah rapat." Kiria mengangguk kecil. "Baik, Pak." "Bu Lusi, Pak Rehan, ayo kita pergi." Arya b

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status