Share

Bab 5

last update Huling Na-update: 2023-12-21 17:28:48

Binsar tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Dia memindai Zyan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Pria yang lebih muda darinya itu mempunyai paras tampan. Pakaian dan aksesori yang melekat di tubuh tegap Zyan, semuanya tampak berkelas dan mahal. Membuat pria bertubuh tambun itu jadi kurang percaya diri karena kekayaan pria yang mengaku sebagai calon suami Zahra itu pasti jauh di atasnya.

“Hei, Anak Muda. Jangan mengaku-aku. Lagian kamu tidak akan bisa menikahi gadis itu karena dia sudah setuju jadi penebus utang ayahnya,” ucapnya dengan pongah. Binsar juga tidak mau menyambut uluran tangan Zyan. Meskipun dalam hal apa pun kalah dari Zyan, dia tidak mau mengakuinya. Rentenir itu tetap mempertahankan wibawanya.

Zyan pun menarik tangannya lalu tersenyum sinis. “Anda sedang berkhayal? Zahra tidak pernah setuju menikah dengan Anda.”

“Dia tadi akan mengatakannya, tapi kamu tiba-tiba datang dan memotong ucapannya,” sergah Binsar yang tak bisa menyembunyikan kekesalannya.

Pria bertumbuh tambun itu kemudian beralih pada Zahra. Memandang gadis itu dengan tatapan menggoda. “Benar ‘kan apa yang abang katakan, Cantik? Kamu mau menikah dengan abang?”

“Sayang, ikut aku! Kita harus bicara.” Zyan langsung menarik Zahra keluar sebelum sekretarisnya menjawab pertanyaan sang rentenir. Pria tampan itu tak mau kehilangan kesempatan untuk mempertahankan posisinya sebagai ahli waris. Semesta saat ini sedang berpihak padanya.

“Hei, mau dibawa ke mana calon istriku?” teriak Binsar saat melihat Zyan membawa Zahra pergi. Namun, CEO muda itu tak mengindahkan, dia terus mengajak sekretarisnya masuk ke mobil. Tanpa mengatakan apa pun Zyan menyalakan mobil dan AC lalu mengunci semua pintu dengan central lock.

“Apa yang Pak Zyan lakukan? Jangan menambah masalah keluarga saya, Pak,” protes Zahra. Sebelumnya dia tidak memberontak karena tak ingin membuat bosnya kehilangan wibawa di depan Binsar dan Umar.

“Dengar, Ra! Aku di sini menawarkan bantuan, bukan menambah masalah. Kalau kamu setuju kita nikah kontrak, aku akan bayar lunas utang ayahmu.” Zyan menatap tajam Zahra.

Gadis berhijab itu terkejut mendengar tawaran bosnya. Otaknya masih mencerna yang apa yang dia dengar. Benarkah Zyan mau melunasi utang ayahnya pada rentenir itu?

“Cepat putuskan, Ra! Menikah denganku atau menikah dengan pria tua dan norak itu!” tekan Zyan.

“Jangan mengambil keputusan bodoh yang akan kamu sesali!” imbuhnya memperingatkan gadis itu.

Zahra menutup wajah dengan kedua tangan. Mempertimbangkan mana yang paling baik di anatar kedua pilihan yang sama-sama tidak disukainya. Dia bagai mendapat buah simalakama.

“Zahra cepat putuskan! Waktu kita tidak banyak. Lihat pria tua itu datang ke sini!” desak Zyan yang melihat Binsar berjalan mendekati mobilnya.

Setelah menarik tangan yang menutupi wajahnya, gadis berhijab itu menghela napas panjang. “Saya mau menikah dengan Pak Zyan,” putusnya yang seketika membuat sang CEO tersenyum lebar penuh kemenangan. Akhirnya dia bisa membuat sekretarisnya itu secara sukarela menikah dengannya.

“Aku pegang ucapanmu! Ayo kita keluar.” Zyan membuka kunci semua pintu lalu turun dari mobil mewah itu. Dia memutari depan mobil, menghampiri Zahra. Sesudah sekretarisnya keluar, pria itu menggandeng tangannya.

Binsar yang tiba di dekat kendaraan berharga miliaran itu tercengang melihat mobil mewah di depan mata. Dia menebak-nebak seberapa kaya pria yang sudah membawa kabur calon istrinya.

“Mari selesaikan urusan kita di dalam, Pak.” Ucapan Zyan berhasil membuyarkan lamunan sang rentenir.

“Hei, lepaskan tanganmu dari calon istriku!” Pria bertubuh tambun itu kembali berteriak pada Zyan. Namun tentu saja CEO itu tak peduli. Dia tetap menggenggam tangan Zahra dengan erat sampai kembali ke ruang tamu.

“Saya akan melunasi utang ayah Zahra. Apa Anda membawa sertifikat rumah ini?” Zyan memulai pembicaraan saat mereka semua sudah duduk di ruang tamu. Dia mengatakannya sambil menatap tajam sang rentenir.

“Memangnya kamu tahu berapa utangnya Pak Umar?” Binsar tetap bersikap pongah agar wibawanya tetap terjaga. Meskipun di dalam hatinya merasa minder. Selain lebih kaya, Zyan juga lebih tampan dan gagah darinya. Dia diam-diam mengakui kalau CEO itu sangat serasi dengan Zahra yang cantik.

Zyan menggeleng. Dia memang belum tahu jumlah utang Umar. “Berapa memangnya?” tantangnya.

“Tiga ratus juta,” jawab Binsar. “Aku mau dilunasi sekarang juga atau si cantik itu jadi istriku,” sambungnya.

"Tiga ratus juta?” dengus Zyan sambil tersenyum miring. Ia melipat kedua tangannya di depan dada dan memindai lawan bicaranya dengan tatapan remeh. 

“Iya. Tiga ratus juta. Sekarang, mana uangnya?” sergah sang rentenir marah, tidak suka dengan cara Zyan menatapnya.

“Anda belum menjawab, apa sertifikat rumah ini Anda bawa? Begitu melihatnya, langsung saya lunasi,” tegas Zyan.

“Sertifikatnya di mobil, nanti aku ambilkan. Awas kalau kalian sampai mempermainkan dan membohongi aku!” Binsar bangkit dari duduk lalu beranjak menuju mobil putih yang terparkir di pinggir jalan depan rumah tersebut. Tak berapa lama, pria bertubuh tambun itu kembali dengan amplop cokelat besar di tangan kanan. “Ini sertifikatnya,” ucapnya setelah duduk lagi di ruang tamu.

“Pak Umar, silakan dicek dulu sertifikatnya,” kata Zyan pada ayah Zahra. Dia lalu berpaling pada sang rentenir. “Berikan sertifikat itu pada Pak Umar!” perintahnya.

“Anak Muda, tadi kamu bilang kalau sudah melihat sertifikat akan langsung melunasi. Kenapa harus mengecek dulu? Jangan coba-coba menipuku ya!” protes Binsar.

Zyan tersenyum mengejek. “Menipu Anda? Apa untungnya buat saya? Bahkan kalau saya mau, mobil dan seluruh perhiasan yang Anda pakai itu saya bayar sekalian. Berapa jumlahnya? Pasti tidak sampai lima ratus juta ‘kan!” Dia mengeluarkan gawai lalu membuka aplikasi m-banking dan menunjukkan saldonya pada pria tambun itu.

Binsar menelan ludah melihat banyaknya digit yang ada di sana. Belum selesai dia menghitung jumlah digitnya, Zyan sudah menarik kembali ponsel berlogo apel tergigit itu.

“Cepat berikan sertifikatnya pada Pak Umar!” desak Zyan yang mulai kehilangan kesabaran.

Tanpa mengatakan apa pun, Binsar memberikan amplop tersebut pada Umar. Ayah Zahra itu kemudian mengeluarkan sertifikat dan membacanya dengan saksama. Dia lalu menatap bos putri bungsunya. “Nak Zyan, sertifikatnya sudah benar.”

Zyan mengangguk. Dia kembali menatap tajam Binsar. “Berapa nomor rekeningmu?”

Setelah pria tambun itu menyebutkan nomor rekeningnya, Zyan segera mentransfer sejumlah tiga ratus juta rupiah. Dia lalu menunjukkan bukti transfernya.

“Sudah saya transfer. Mulai detik ini, utang Pak Umar lunas. Jangan lagi Anda mengganggu mereka terutama Zahra! Atau saya tidak akan segan-segan membuat Anda membusuk di penjara,” ucap Zyan penuh intimidasi. Dia tak main-main dengan ancamannya. Melenyapkan rentenir seperti itu mudah saja baginya

“Baik. Aku pergi. Senang berbisnis denganmu, Anak Muda.” Binsar mengulurkan tangan, tapi Zyan tak menyambutnya. Pria tambun itu pun menarik tangannya dan pergi meninggalkan rumah Umar tanpa mengatakan apa pun lagi.

Zahra akhirnya bisa menghela napas lega. Diam-diam gadis itu merasa kagum pada Zyan. Meskipun bosnya sering jutek dan bersikap dingin, tapi hatinya baik. Hari ini sudah dua kali Zyan menolongnya. Meskipun pertolongan yang kedua tidak tulus, tetap saja dia bersyukur karena tidak menjadi istri keempat Binsar.

“Terima kasih, Pak. Saya banyak berutang budi pada Bapak hari ini,” ucap Zahra setelah Binsar pergi dan Umar masuk ke kamar untuk menyimpan sertifikat.

Zyan mengangguk. “Sekarang masalahmu sudah beres. Kita bisa membicarakan soal perjanjian nikah kontrak ‘kan?”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (4)
goodnovel comment avatar
Hernita Icheng
indahnya cinta dlm hayalan......
goodnovel comment avatar
Sri Rejeki
mmmmmmmmmmmmm
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
klo d ajak bikin perjanjian dgn ssyarat kmu g boleh d jamah dn jangan tidur bareng kamar pisah urusan urus masing2 biarin dia dgn pacar yg artis itu blum tentu artis itu pacar nya Zyan doang siapa yg tau itu artis biaraan sutradara nya biar dia cpt ngetop .biar zyan tau rasa d selingkuhin ...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 270 (TAMAT)

    Zahra membawa nampan berisi dua cangkir lemon tea panas dah sepiring kudapan ke halaman belakang, di mana suaminya sedang duduk berselonjor di gazebo dengan iPad di tangan. Hari ini akhir pekan, tapi keduanya hanya di rumah berdua. Keempat anak mereka sudah sibuk dengan pendidikan dan kegiatannya masing-masing. “Diminum dulu tehnya mumpung masih anget, Bang,” ucap Zahra setelah meletakkan nampan di atas gazebo. Zyan meletakkan iPad di samping lantas tersenyum pada istrinya. “Baik, Cintaku.” Pria itu mengambil salah satu cangkir lalu mencium aroma teh dengan lemon yang begitu menyegarkan. Setelah itu baru menyesapnya. “Nikmat seperti biasa. Terima kasih, Ra,” ucapnya. Zahra yang juga tengah menikmati teh, hanya mengangguk sebagai tanggapan. Dia kembali meletakkan cangkir di atas nampan. “Rumah kita ini sekarang jadi sepi ya, Bang,” gumamnya seraya menyandarkan kepala di bahu suaminya. Zyan meraih tangan kanan sang istri lalu menggenggamnya dengan erat. “Dulu waktu abang ingin namb

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 269

    Lulus SMP, Zayyan memutuskan keluar dari pesantren setelah berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an. Dia akan lanjut memperdalam ilmunya di luar pesantren karena tak ingin melihat adik bungsunya kesepian di rumah.Zyel dan Zyra dengan kompak masuk pesantren karena ingin mengikuti jejak sang kakak yang sudah hafal Al-Qur’an. Kedua anak kembar itu katanya juga ingin memberikan mahkota pada mama dan papanya di akhirat nanti. Walaupun berat harus berpisah dengan kedua anaknya sekaligus, Zyan dan Zahra tetap mengizinkan.Zayyan kemudian bersekolah di SMA yang masih satu yayasan dengan SD-nya dahulu. Sekolah berbasis Islam tapi menggunakan kurikulum internasional.“Kak, dapat salam dari kakak kelasku.” Zeza memberi tahu Zayyan saat sang kakak menjemputnya di sekolah dengan motor sport-nya. Sejak berumur 17 tahun dan punya SIM, Zayyan memang mengendarai motor sendiri ke sekolah. Motor sport impian yang merupakan hadiah ulang tahun ke-17 dari kedua orang tuanya. Kadang dia mengantar dan menjemput

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 268

    “Pa, Ma, aku mau masuk SMP yang ada di pesantren.” Zayyan mengungkapkan keinginannya pada Zyan dan Zahra saat mereka dalam perjalanan pulang dari acara Parents Day di sekolahnya.Zyan dan Zahra tentu saja terkejut mendengar keinginan putra pertama mereka itu. Keduanya saling memandang sebelum memberi tanggapan.“Kak Zayyan, serius mau masuk pesantren?” tanya Zahra sambil menoleh ke kabin tengah di mana putra sulungnya duduk.Zayyan mengangguk. “Iya, Ma.”“Kenapa mau masuk pesantren, Kak?” Zahra kembali bertanya.“Aku ingin jadi hafiz, Ma. Pak Guru bilang kalau kita hafal Al-Qur’an, nanti kita bisa memberi mahkota pada orang tua di hari kiamat nanti karena itu aku ingin memberikannya sama Papa dan Mama,” jawab Zayyan dengan tenang.“Masya Allah, Kak, mulia sekali tujuanmu. Terima kasih ya, Kak.” Zahra tak dapat menahan rasa haru mendengar jawaban Zayyan. Dia mengusap sudut matanya dengan tisu.“Menjadi hafiz ‘kan tidak harus masuk pesantren, Kak. Besok Papa carikan ustaz yang bisa memb

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 267

    "Yeay, Mama sama Papa sudah pulang. Mana oleh-olehnya?" todong Zyra yang baru pulang dari sekolah dan melihat kedua orang tuanya duduk di ruang tengah bersama si bungsu, Zeza."Lihat Mama sama Papa itu ya mengucapkan salam terus salim dulu, jangan langsung minta oleh-oleh," tegur Zyan."Iya, Pa." Zyra kemudian menyapa dan menyalami kedua orang tuanya. Tidak bertemu selama satu minggu membuatnya sangat rindu. Meminta oleh-oleh hanya basa-basinya. Melihat kedua orangnya di rumah adalah kebahagiaan terbesarnya. Gadis kecil itu kemudian meminta pangku pada papanya.Zyel yang masuk belakangan langsung menyapa, menyalami, dan memeluk keduanya. Dia lantas duduk di samping sang mama. Wanita yang sangat dirindukannya. Bukan tak rindu pada Zyan, rindu juga tapi kadarnya berbeda. Zyel memang lebih dekat dengan sang mama daripada papanya."Kak Zyel dan Kak Zyra, ganti baju dulu ya. Setelah itu baru main lagi," pinta Zahra."Nanti saja ganti bajunya, Ma. Aku masih mau sama Papa," sahut Zyra yang b

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 266

    Pukul 3.00 dini hari, Zyan dan Zahra dijemput di hotel oleh tim dari pengelola balon udara. Mereka diantar ke kantor pengelola tersebut untuk menikmati sarapan di sana. Sesudah itu keduanya dibawa ke lokasi peluncuran balon udara.Zyan dan Zahra disambut oleh staf yang ramah dan profesional yang mendampingi mereka sambil menunggu persiapan sebelum penerbangan. Selama balon udara digelembungkan dan disiapkan, keduanya diberikan penjelasan tentang perjalanan yang akan ditempuh dan tindakan yang diperlukan untuk keselamatan. Pilot dan kru yang berpengalaman memastikan Zyan dan Zahra merasa nyaman dan siap untuk memulai perjalanan di angkasa.Zyan naik ke keranjang terlebih dahulu, setelah itu baru membantu istrinya. Mereka kemudian memasang sabuk pengaman sesuai dengan pedoman keselamatan sebelum lepas landas. Di keranjang tersebut hanya ada Zyan, Zahra, dan sang pilot. Setelah semua siap, pilot pun mulai menerbangkan balon udara.Perlahan-lahan balon itu terangkat dari tanah dan mengang

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 265

    Zyan berbaring di samping Zahra setelah mendayung samudra cinta dan meraih surga dunia bersama. Kepuasan tergambar jelas di wajah keduanya. Titik-titik basah di kening dan mengilapnya tubuh karena keringat menjadi bukti betapa panasnya permainan mereka.Zyan dan Zahra tak bisa selepas itu saat di rumah. Saat mereka sedang bermesraan sering muncul perasaan was-was bila salah satu anak mereka mengetuk pintu kamar. Bukan hanya sekali hal itu terjadi, tapi sering kali. Apalagi kalau sedang hujan deras dan suara guntur terus terdengar. Atau terbangun tengah malam karena mimpi buruk, pasti langsung ke kamar orang tuanya.Pernah saat keduanya sudah menyatukan tubuh dan sedang berusaha menggapai nirwana, pintu kamar digedor-gedor dari luar oleh Zyra yang menangis sembari memanggil-manggil mereka. Tidak dilanjut tanggung, tapi kalau dilanjut pasti akan membangunkan seisi rumah karena suara bising yang dibuat Zyra. Terpaksa keduanya mengakhiri permainan sebelum mencapai puncak dan langsung menge

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status