Share

Bab 4

Auteur: Agniya14
last update Dernière mise à jour: 2025-08-13 10:38:52

“Dijaga kehamilan istrinya ya, Pak. Berikan makanan yang sehat dan bergizi. Jangan lupa vitamin juga. Terus istirahat yang cukup. Boleh beraktivitas seperti biasa saja, yang penting tidak terlalu capek.” Dokter menjelaskan pada Ilham.

“Baik, Dokter. Saya enggak ngasih istri saya kerjaan yang berat-berat kok. Ada lagi yang lainnya, Dok?”

“Sementara ini konsultasinya dua minggu sekali ya, Pak. Terus untuk masalah hubungan suami istri tidak ada larangan, cuma jangan berlebihan saja karena usia kandungannya juga masih muda ya, masih rawan terjadi apa-apa.”

“Oh, ya, Dok. Terima kasih untuk penjelasannya.”

“Anak pertama ya, Pak? Semoga istrinya sehat dan kehamilannya lancar.”

“Aamiin.”

Selesai konsultasi dengan dokter kandungan, Ilham mengajak Indira pulang ke rumah. Sebagai tanda rasa syukur, malam besoknya pria itu memesan makanan untuk semua pembantu dan pelayan yang ada di rumah itu yang berjumlah sekitar 10 orang.

“Doakan kehamilan Dira lancar dan Dira selalu sehat.” Ilham meminta pada pembantu dan pelayannya.

“Aamiin, Tuan. Selamat untuk kehamilan Nyonya Dira, semoga sehat dan lancar sampai lahiran.” Pembantu dan pelayan di rumah itu kompak berdoa.

Selama tiga bulan pertama kehamilan Indira, Ilham pergi ke luar kota untuk mengerjakan bisnisnya di luar kota. Selama itu pula Indira harus merasakan mual dan muntah. Perempuan itu kehilangan nafsu makan karena setiap kali makan, semua makanannya keluar semua. Tidak ada yang tersisa. Indira merasa tersiksa di tiga bulan kehamilannya itu.

Rania yang ditugaskan Ilham untuk menemani Indira ikut berpikir soal makanan apa yang bisa dimakan majikannya itu. “Kamu enggak ada ngidam makanan apa gitu, Dira?”

Indira menggeleng. Tubuhnya terasa lemas dan dia hanya bisa berbaring sambil menahan rasa mual.

“Mungkin aja kamu kangen makanan masa kecil yang suka dimasakin almarhuman mama kamu dulu gitu. Aku mau masakin kok.”

“Enggak, Ran. Kayaknya makanan apa pun yang masuk, semuanya keluar lagi. Aku harus gimana ya?” Indira meminta saran.

“Minum susu mau? Kan ada susu ibu hamil yang enggak bikin mual. Aku cariin di supermarket deh.”

“Coba deh, Ran. Kalau enggak bikin mual, aku mau.”

“Ok, aku pergi sekarang ya.”

Indira memberikan kartu ATM yang diberikan Ilham padanya untuk membeli susu seperti yang disarankan Rania tadi. Dia sendiri tidak tahu berapa isi kartu ATM itu karena dia tidak pernah keluar rumah untuk belanja atau perawatan.

Setelah menerima kartu ATM dari Indira, Rania pergi ke supermarket bersama supir. Tiba di supermarket, Rania memilih susu ibu hamil yang katanya tidak akan menyebabkan mual. Selain itu, dia juga membeli barang lain yang dia inginkan.

“Anggap aja ini bayaran dari Dira karena aku sudah membelikannya susu. Lagian tuan Ilham juga enggak ngasih duit, cuma nyuruh jagain Indira doang.”

Rania membeli skincare, alat make up hingga beberapa snack untuk dia makan di rumah nanti. Perempuan itu membawa kantong besar yang isinya mayoritas barang milik Rania. Perempuan itu pun kembali ke rumah.

Sampai di rumah, dia tidak langsung menemui Indira, tetapi masuk ke kamarnya dulu untuk menyimpan barang yang dia beli pakai uang milik Indira.

“Dapet duit dari mana kamu bisa belanja sebanyak ini?” tanya Rohimah yang juga pembantu di rumah itu.

“Ada deh, Mbak. Penasaran aja deh. Jangan bilang-bilang ke yang lain ya.”

“Alah, paling kamu minta duit kan sama si Dira?”

“Dih, Mbak Rohimah kepo deh.”

Kemudian, Rania membawa kotak-kotak susu yang dia beli untuk Indira dan dia tinggalkan Rohimah begitu saja tanpa penjelasan menuju kamar Indira.

“Dira, ini susu buat kamu, mau aku bikinin enggak?”

“Mau deh, yang anget ya, Ran.”

“Ok, tunggu sebentar ya. Oh ya, ini kartu ATM kamu.” Rania mengembalikan kartu ATM Indira yang dia letakkan di atas nakas.

Rania menuju dapur untuk membuat segelas susu untuk Indira. Dia berikan susu hangat itu pada majikannya. “Ini minum dulu!”

Indira minum susu buatan Rania. Rasanya sebenarnya tidak jauh beda dengan susu lainnya. Setelah minum susu itu dia tidak merasakan mual yang hebat seperti biasanya.

“Ternyata susu ini enggak bikin mual. Makasih ya, Ran sudah kepikiran susu ini. Kayaknya sementara ini aku minum ini dulu deh sampai mualnya berkurang.”

“Nah, kan bener yang aku bilang tadi. Eh ya, Dira, kamu enggak pengen jalan-jalan gitu. Shopping atau perawatan gitu. Pasti tuan Ilham ngasih kamu uang yang banyak. Aku mau kok nemenin kamu jalan-jalan.”

Rania tadi sempat mengintip saldo di kartu ATM Indira yang jumlahnya 300 juta. Jiwa miskin Rania pun meronta-ronta melihat uang sebanyak itu.

“Enggak, ah. Buat apa sih shopping sama perawatan?”

“Ya buat membahagiakan suami lah, Dira. Kamu sudah dikasih modal, muka tuh dirawat. Kamu tuh cantik, tapi kalau dirawat cantiknya bisa maksimal.”

“Apaan sih, Ran. Begini aja sudah cukup.”

“Masa Nyonya majikan penampilannya sama dengan pembantu lain? Emang kamu enggak ngaca?”

Dalam hatinya Indira berkata, “Buat apa ke salon dan tampil cantik di depan tuan Ilham kalau aku cuma dijadikan alat untuk melahirkan anaknya, bukan jadi istrinya.”

“Ya enggak apa-apa, kan?”

“Enggak boleh dong. Pokoknya kamu harus berubah.”

“Entar aja kapan-kapan.”

“Pokoknya kalau kamu berubah pikiran, cari aku ya. Aku siap menemani kamu ke mana saja.” Rania pun keluar dari kamar Indira dengan membawa gelas.

Ilham telah pulang ke rumah. Pria itu sangat merindukan Indira. Dia pun minta Indira menemaninya pada malam hari di peraduan mereka. “Saya mau kamu malam ini, Dira.”

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Dear Mantan Suami    Bab 10. Apa Kita Bisa Bertemu?

    Belum sempat Indira menjawab pertanyaan Kenzi, Ilham sudah bicara lebih dulu. “Ajak tante Dira main ke kamar kamu sebentar, nanti Papa mau antar tante Dira pulang ke rumahnya. Ayo! Sebelum Papa berubah pikiran. “Iya, Pa.” Dengan wajah lesu, Kenzi mengajak Indira ke kamarnya. Tiba di depan kamar, Kenzi membuka pintu dan mengajak Indira masuk ke kamarnya. Kamar itu besar dengan banyak mainan dan buku bacaan di sana. Kenzi mengambil dua mobil remote di rak mainan. “Main ini dulu ya, Tante.” Kenzi berikan satu mobil remote pada Indira.“Ya,” jawab Indira singkat. Dia takjub melihat kamar itu. Memang anak orang kaya sudah pasti berbeda dengannya. Indira tidak bisa membayangkan seperti apa nasib Kenzi jika putranya itu tinggal bersamanya. Kenzi menyalakan mobil remotenya. “Kita balapan ya, Tante.” “Ok. Pokonya, Tante enggak akan kalah.” Kenzi dan

  • Dear Mantan Suami    Bab 9. Tante Mau Jadi Mamaku?

    Bahkan saat Ilham mendekat pun, Indira masih tetap diam menatap pria yang terus berjalan mendekatinya. Entahh kenapa pada saat itu tubuhnya terasa kaku. Apa dia merindukan pria itu sampai membiarkannya mendekat? Atau perempuan itu merasa penasaran dengan kabar pria yang saat ini telah berdiri tepat di hadapannya?“Ikut saya ke parkiran!” Ya bukan menanyakan kabar, Ilham malah memerintah yang lain. Namun, Indira tetap diam di tempatnya berdiri. “Kenapa diam saja? Ayo ikut saya ke parkiran. Saya mau bicara sama kamu.” Indira hanya menatap Ilham. Karena Indira tidak kunjung bergerak, Ilham pun mendekat dan meraih tangan Indira lalu menarik lengan perempuan itu agar mengikutinya menuju parkiran. Kedua kaki Indira bergerak mengikuti langkah Ilham. Pada saat itu banyak pasang mata ya

  • Dear Mantan Suami    Bab 8. Bertemu Kembali

    “Kapan saya bisa pergi dari rumah Tuan Ilham?” tanya Indira sambil menaha rasa sesak di dada.Ternyata, setelah melahirkan seorang bayi walaupun bukan dengan melahirkan normal, perasaan keibuan dalam Indira hadir juga. Dia tidak ingin berpisah dengan bayi itu.“Kapan saja kamu mau pergi. Saya tidak akan menahan kamu untuk bertahan di rumah saya.” Ilham tampak begitu dingin di mata Indira. Dia ingin mencoba bertahan di rumah Ilham demi anaknya. “Tuan … apa saya tidak diizinkan untuk tinggal di rumah Tuan?” “Tidak, Dira. Kita sudah menandatangani surat perjanjian. Kamu harus pergi dari rumah saya setelah bayi itu lahir. Kenapa kamu jadi berubah dan tidak mau pergi dari rumah saya? Padahal kamu punya kesempatan buat hidup lebih baik di luar sana.” Ilham tampak heran pada Indira yang enggan pergi dari rumahnya. “Saya harus menepati janji say

  • Dear Mantan Suami    Bab 7

    Indira sudah dibawa ke rumah sakit dengan ambulans sedangkan Ilham langsung menuju rumah sakit tanpa pulang dulu ke rumah agar Indira segera ditangani. Di UGD, Indira sudah diperiksa dan ditangani oleh dokter. Kemudian, dokter menjelaskan keadaan Indira pada Ilham. “Syukurlah, janin dalam kandungan istri Bapak baik-baik saja. Kandungan istri Bapak cukup kuat sehingga tidak terjadi keguguran. Saya sudah periksa janin dalam kandungannya, kondisinya bagus dan saya harap tidak ada masalah di kemudian hari. Hanya saja istri Bapak harus bed rest selama satu minggu agar tidak terjadi sesuatu pada kandungannya.” Dokter menjelaskan semuanya pada Ilham. “Baik, Dok. Apa istri saya boleh beraktivitas seperti biasa?” “Sementara ini, jangan dulu banyak aktivitas. Lebih baik banyak berbaring saja dulu selama satu minggulah. Setelah itu boleh mulai beraktivitas sedikit. Yang penting tidak mengangkat beban yang berat-berat.” “Tapi, istri saya baik-baik aja kan, Dok?” “Iya, istri Bapak baik-baik s

  • Dear Mantan Suami    Bab 6

    “Kamu mau ke luar negeri?” tanya Ilham untuk memastikan.“Iya, Tuan. Bisa apa enggak?” “Bisa, Dira, bisa. Bisa banget malah. Kamu tunggu saja ya. Saya akan siapkan acara liburan kita ke luar negeri.” Dalam waktu dua minggu, Ilham sudah mengurus paspor Indira dan memesan tiket liburan selama satu minggu. Dia anggap kepergian mereka untuk memenuhi ngidamnya Indira. Padahal perempuan itu benar-benar ingin jalan ke luar negeri. Bukan karena ngidam. Negara tujuan pertama mereka adalah ke Malaysia. Mereka akan berada di sana selama dua hari. Ilham sudah menentukan jadwal mereka selama di sana. Pria itu mengajak Indira ke mal yang ada di Kuala Lumpur. Dia ingin Indira belanja di sana. “Kamu boleh beli apa saja di sini. Tas, sepatu, baju, semua yang kamu mau.” Ilham siap membelikan Indira apa saja di sana. Namun, yang terjadi adalah Indira hanya membeli beberapa kaos untuk oleh-oleh yang akan dia berikan pada pembantu yang bekerja di rumah Ilham. “Saya mau beli semua ini, Tuan.” Ilham

  • Dear Mantan Suami    Bab 5

    Ilham sangat memperhatikan kehamilan Indira sejak kepulangannya dari luar kota. Mulai dari sarapan, makan siang hingga makan malam. Dia juga mengatur jam istirahat Indira. Dia ingin anak dalam kandungan Indira tumbuh dengan sehat. “Kamu harus makan tiga kali sehari ya, Dira. Makanan kamu akan saya atur yang banyak gizinya. Camilan juga saya yang tentukan. Kamu tinggal minta sama Rania. Dia akan menyiapkan semuanya buat kamu.”“Baik, Tuan.”Indira tidak akan membantah karena dia tahu semua demi kesehatan bayi dalam perutnya. Perempuan itu rela mengandung yang penting setelah melahirkan dia bisa keluar dari rumah itu. “Tuan, apa saya boleh minum susu khusus ibu hamil?” Jika Ilham melarang, dia akan membuang semua susu itu dan akan diam karena sudah minum susu itu. “Sepertinya boleh saja. Susu itu bagus untuk ibu hamil. Jadi, tidak masalah.”“Oh ya, baik, Tuan.”“Kamu lagi pengen makan sesuatu enggak, Dira? Mangga muda atau rujak? Yang saya tahu ibu hamil suka makan makanan asam seper

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status