Share

106~DS

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-25 15:50:04

Bintang masuk ke kamar, mendapati Sinar tengah bermain dengan Asa di atas tempat tidur. Wajah istrinya tampak cerah, meski sorot matanya mengandung tanya.

“Katanya nggak lama di Network.” Sinar mencibir, menatap tajam pada Bintang.

Mencoba menyembunyikan resahnya dalam-dalam dan berusaha menghilangkan rasa curiga yang terus menghantui. Ada trauma yang ternyata masih saja melekat dan tidak bisa lenyap begitu saja.

“Kalau cepat, ditanya kok cepat? Kalau lama, ditanya juga kok lama?” ujar Bintang berdiri di sisi tempat tidur. “Bunda ini maunya apa coba?”

“Maunya sih … jujur,” sahut Sinar datar, kemudian bangkit dan menggendong Asa.

“Aku kurang jujur apa lagi?” Bintang mengikuti Sinar yang berjalan menuju balkon. “Aku sudah bilang, kan? Kamu bisa hubungi aku setiap saat. Andai nggak bisa, hubungi Ryu. Atau, kamu juga bisa ikut aku kerja, gantiin Ryu.”

Sinar mendesah pelan. “Entar Mas Bin bosen, lihat aku terus tiap hari.”

“Daripada lihat Ryu terus?” Bintang berdiri di belakang Sinar. Meng
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Lina Maryani
typo yaa...
goodnovel comment avatar
V3_
Makin seru, lanjut Mbak Beb yang cantik dan baik hati
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
gimana Mel, keder y lihat Sinar datang ke Network..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dear Secretary   106~DS

    Bintang masuk ke kamar, mendapati Sinar tengah bermain dengan Asa di atas tempat tidur. Wajah istrinya tampak cerah, meski sorot matanya mengandung tanya.“Katanya nggak lama di Network.” Sinar mencibir, menatap tajam pada Bintang.Mencoba menyembunyikan resahnya dalam-dalam dan berusaha menghilangkan rasa curiga yang terus menghantui. Ada trauma yang ternyata masih saja melekat dan tidak bisa lenyap begitu saja.“Kalau cepat, ditanya kok cepat? Kalau lama, ditanya juga kok lama?” ujar Bintang berdiri di sisi tempat tidur. “Bunda ini maunya apa coba?”“Maunya sih … jujur,” sahut Sinar datar, kemudian bangkit dan menggendong Asa.“Aku kurang jujur apa lagi?” Bintang mengikuti Sinar yang berjalan menuju balkon. “Aku sudah bilang, kan? Kamu bisa hubungi aku setiap saat. Andai nggak bisa, hubungi Ryu. Atau, kamu juga bisa ikut aku kerja, gantiin Ryu.”Sinar mendesah pelan. “Entar Mas Bin bosen, lihat aku terus tiap hari.”“Daripada lihat Ryu terus?” Bintang berdiri di belakang Sinar. Meng

  • Dear Secretary   105~DS

    Bintang mengerut dahi ketika melihat mobil Ryu masih terparkir di depan kantor. Tidak jadi memasuki rumah, ia pun berjalan ke sebelah. Memasuki rumah miliknya yang masih dijadikan kantor dan mendapati Ryu sedang duduk di kursi makan. Menyantap camilan sambil menatap laptop.“Tidur di atas?” tanya Bintang menghampiri pria itu lalu duduk di sebelahnya. “Nggak balik apartemen?”“Tidur di atas, Pak.” Ryu bangkit dengan segera untuk mengecek pintu depan. Ketika terlihat terbuka, Ryu pun bergegas menutupnya terlebih dahulu. Kali ini, ia menguncinya.“Kenapa?” tanya Bintang bingung dengan keterdiaman Ryu.“Pak!” Ryu kembali duduk di tempatnya. “Ada yang mau saya bicarakan, tapi jangan kasih tau mbak Sinar.”Kendati bingung, Bintang tetap mengangguk. Apa Sinar telah menyembunyikan sesuatu darinya?“Ada apa?” tanya Bintang tetap tenang.“Tadi siang, saya ngantar bundanya Asa ke kafe.” Ryu lantas menceritakan jika Sinar memintanya untuk merahasiakan hal tersebut. “Sebenarnya saya nggak mau ceri

  • Dear Secretary   104~DS

    “Dibaca dulu,” ujar Bintang sambil menyodorkan dokumen.Ryu mengangguk. Mengambil dokumen tersebut lalu duduk di sofa. Sejenak, pandangannya tertuju pada Asa yang duduk anteng di pangkuan Bintang, juga sebuah botol susu kosong yang tergeletak di sebelah pria itu.“Nyonya ke mana, Pak?” tanya Ryu tidak melihat Sinar di mana pun. “Tumben nggak kelihatan.”“Di sebelah,” jawab Bintang singkat, sambil menahan senyum karena mengingat banyak hal yang mereka lakukan pagi tadi.“Ooo ...” Ryu segera membuka halaman pertama dokumen. “Ini, kan, laporan kinerja perusahaan.”“Betul.” Bintang mengangguk. Meletakkan Asa yang mulai menggeliat di sofa dengan perlahan. Sambil mengawasi, Bintang melanjutkan kalimatnya. “Pelajari lagi masalah perusahaan lebih dalam. Karena ke depannya fokusmu cuma di Trading House. Urusan yayasan, nanti biar Sinar yang handle.”“Kalau Network?”“Saya yang urus sama Sinar,” jawab Bintang. “Kami nunggu masa jabatan pak Harsa selesai, baru mundur pelan-pelan dan cuma di bela

  • Dear Secretary   103~DS

    “Pak Edi langsung pulang aja,” ujar Sinar setelah membaca pesan dari Bintang. “Nanti saya dijemput Bapak.”“Baik, Bu.”“Makasih, Pak,” ujar Sinar kemudian keluar dari mobil dan terdiam. Menatap mobil Elo yang terparkir di luar pagar. Pria itu, ternyata sudah lebih dulu ada di rumah Praba untuk bertemu Asa.Dengan langkah berat, Sinar masuk ke dalam. Namun, ia memilih melewati garasi agar tidak bertemu Elo lebih dulu.“Sore, Oma,” sapa Sinar saat melihat June sedang berada di dapur. Saat mendekat, ternyata wanita itu sedang membaluri udang dengan tepung. “Mas El sudah lama?”“Sore,” balas June ramah. “Hampir setengah jam kayaknya. Katanya masih kangen sama Asa.”Sinar duduk di kursi plastik yang ada di samping pintu dapur. Melihat sesaat ke kiri dan ke kanan, untuk memastikan sesuatu. Karena mobil Janus dan Praba tidak ada di carport maupun garasi, maka Sinar memastikan kedua orang itu belum ada di rumah.“Bibik ke mana?”“Keluar, katanya mau nungguin bakso di depan,” jawab June sambil

  • Dear Secretary   102~DS

    “Sweetheart.” Bintang menyentuh bahu Sinar, ketika mobilnya berhenti saat lampu lalu lintas berubah merah.Sinar terkesiap, menoleh seketika. “Maaf, tapi aku kepikiran mas El.”“Tarik napas dalam-dalam,” pinta Bintang. Ia bisa mengerti dengan kekhawatiran istrinya. “Dan percaya sama aku, semua pasti baik-baik aja.”Sinar tidak membantah. Ia menarik napas dalam-dalam dan membuangnya perlahan. “Dia nggak bakal aneh-aneh, kan, Mas?”“Masih khawatir sama dia?” tanya Bintang, sambil menginjak pedal gas saat lampu berganti hijau.“Jangan mikir macam-macam dulu,” ujar Sinar tidak ingin sang suami salah paham.“Aku nggak mikir macam-macam,” balas Bintang tersenyum kecil. “Wajar kalau kamu khawatir karena El itu ayahnya Asa. Dan kalian juga pernah hidup bersama. Tapi percayalah, El nggak akan berpikiran pendek kalau itu yang kamu khawatirkan. Dia cuma butuh waktu untuk memproses semuanya dan menerima kenyataan.”Ucapan Bintang mungkin ada benarnya, tetapi tetap saja hati Sinar belum bisa tenang

  • Dear Secretary   101~DS

    “Mas ...” Sinar menepuk-nepuk bokong Asa yang sang bertelungkup, sambil membaca dokumen yang Bintang beri padanya beberapa saat lalu. “Ini, kan ... Mas Bin punya saham di Network? Aku nggak salah baca, kan?”“Bukan sepenuhnya punyaku.” Bintang segera berbaring di samping Asa, setelah selesai membersihkan diri. “Uang dinginku nggak sebesar.”“Jadi, total saham segini itu ... uang siapa?”“Pak Harsa.” Bintang mengangkat Asa, meletakkan di atas tubuhnya. “Beliau nggak bisa pake namanya karena masih jadi pemred Metro. Tunggu masa jabatannya selesai dulu.”“Kenapa pak Harsa nggak beli saham Metro aja?” Sinar meletakkan dokumen yang telah dibacanya di nakas, lalu ikut berbaring di samping Bintang.“Riskan, karena kita nggak bisa lihat masa depan Metro,” ujar Bintang. “Perlu investor besar kalau mau mengubah Metro jadi lebih baik lagi.”“Oh! Masalah oplah yang terus turun, kan,” ujar Sinar sudah bisa mengambil kesimpulan. “Media cetak pelan-pelan mulai ditinggalin karena digitalisasi. Orang-

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status