Share

139~DS

Author: Kanietha
last update Huling Na-update: 2025-07-11 20:54:04

“Mbak, disuruh mas Bima masuk aja,” ujar Ali tiba-tiba muncul dari arah samping. Sinar menebak, pria itu keluar dari arah garasi. “Langsung ke kolam renang, soalnya mas Bima baru bangun.”

Satu tangan Sinar spontan menepuk dahi. Ia sudah buru-buru pergi dari rumah meninggalkan Asa dan Aya bersama Wati pagi-pagi, tetapi orang yang ditemuinya ternyata baru bangun tidur.

“Aku masuk sendirian?” tanya Sinar bangkit perlahan dari kursi teras.

Untuk lokasi kolam renang, Sinar memang sudah mengetahuinya karena sempat berkunjung ke rumah Bima ketika masih kuliah dulu. Namun, tetap saja ada rasa sungkan, jika harus memasuki rumah mewah itu seorang diri tanpa ada yang menemani.

“Iya, Mbak.”

“Kan, nggak enak, Li,” ucap Sinar sambil memeluk tas laptop yang dibawanya. “Anterin, ya! Entar kalau ketemu ART Bima di dalam, dikira aku maling, pake masuk-masuk sendirian.

Ali menggaruk kepala. Berpikir sebentar dan mengangguk, karena alasan yang diberi oleh Sinar cukup masuk akal.

“Ayo, Mba! Aku antar,”
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (15)
goodnovel comment avatar
Tati S
mbabeb yaaa uppnya dong
goodnovel comment avatar
Mom Kece
Blom up mba beb...
goodnovel comment avatar
Ern
trus diturunin tengah jalan ya mba beb xixi
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Dear Secretary   152~DS

    Dengan sengaja, Sinar menekan sudut bibir Elo begitu gemas, membuat pria itu meringis dan merintih menahan nyeri. “Biarin! Rasain!” desis Sinar sambil mengobati luka di wajah Elo. Mengusap sisa darah kering yang masih menempel di wajah sang mantan suami. “Nggak inget umur apa? Udah tua masih aja berantem! Tawuran sama siapa, sih, Mas!” Sebenarnya, Elo baru pulang dari apartemen Zevan. Ia langsung mengkonfrontasi perihal Melati pada pria itu tanpa basa basi. Awalnya, mereka hanya adu mulut, tetapi berakhir dengan adu jotos yang tidak bisa terelakkan. Meskipun pria itu sudah berulang kali meminta maaf dan mengaku menyesal, tetapi Elo belum merasa puas karena Zevan telah berbohong dan mengkhianatinya.Persetan dengan kasus Miliar Paper yang tengah mereka korek untuk menjatuhkan Pras. Yang jelas, Elo sudah melampiaskan amarahnya pada pria itu, meski rasanya tidak akan pernah cukup. “Berantem sama siapa sih, Mas?” tanya Sinar sangat penasaran. “Cewek barumu jalan sama cowok lain? Gitu?

  • Dear Secretary   151~DS

    “Kamu mau dicopot dari jabatan CEO terus dibuang ke jalan sama Pras!” desis Melati mendorong tubuh Elo hingga pria itu terduduk di kursi rapat. “Kamu nggak mikirin gimana nasib anakmu nanti? Nggak mikirin gimana masa depanmu?”“Apa-apaan, sih, Mel!”Baru saja Elo masuk ke dalam ruang rapat, tetapi Melati sudah mendorongnya dan mengomel tanpa sebab. “Zevan!” hardik Melati.Elo menelan ludah. “Kamu … dari mana kamu tau? Pras tau? Dia sudah tau, makanya kalian semua ke sini ada meeting mendadak?”“Nggak ada yang tau kecuali aku.” Melati kembali melunak setelah membuang napas besar. “Jauhi kasus Miliar Paper dan jangan beri Zevan info apa pun.”Elo berdecih. “Kamu takut karirmu hancur, karena kamu sekutu Pras?”“Aku tau, kalian berdua benci dengan Pras.” Melati menggenggam tangan Elo. “Tapi percaya sama aku, kalau kamu nggak berhenti, Pras akan tahu kalau kamu juga ada andil di belakang semua ini.”“Mel–” “Dengarkan aku dulu,” mohon Melati mengeratkan genggamannya. “Pak Abraham, nggak p

  • Dear Secretary   150~DS

    “Kamu ngomong apa sama bu Aster?” tanya Sinar setelah memasuki ruangannya bersama Pras. “Kenapa dia mendadak pergi?”Melihat Pras dan Sinar ada di ruangan, Wati pun segera berpamitan ke luar. Meninggalkan Aya masih tidur nyenyak di kasurnya. “Bukan urusanmu.”Sinar berdecak kesal. Kendati sangat penasaran, tetapi ia tidak bisa memaksa Pras untuk bercerita. “Terus ngapain kamu ke sini? Bukannya pak Arkan yang diutus jemput?”“Kenapa ke sini naik taksi?” tanya Pras mengabaikan pertanyaan Sinar. “Aku yakin mobilku nggak bermasalah.”Sinar menghempas tubuhnya di kursi kerja. “Aku lagi nggak bisa nyetir tadi pagi. Lagi banyak masalah.”“Uang?” Sinar kembali berdecak. Kali ini lebih keras. “Nggak semua masalah itu karena uang, Pras.”“Kalau begitu jelaskan.”“Ihh! Sejak kapan aku harus laporan sama kamu.”“Sejak sekarang.”“Eh, siapa elo!” sahut Sinar meninggikan suaranya. Dan detik itu juga, Aya tiba-tiba merengek dan terbangun. Untuk itu, Sinar langsung berlari kecil menghampiri. Menep

  • Dear Secretary   149~DS

    “Tumben ngajak ke resto tapi nggak di ruang VIP?” protes Melati menatap Lex yang duduk di samping Pras. Pria itu tidak menatapnya sama sekali dan hanya sibuk dengan tabletnya. “Kita masih nunggu orang,” ujar Lex akhirnya menatap Melati, lalu mengangkat tangan pada pelayan. “Kamu pesan dulu. Kami sudah, tinggal nunggu makanan datang.”Melati segera memesan makanan dan minuman setelah pelayan datang. Sesudahnya, barulah ia mengajukan pertanyaan lagi.“Kita lagi nunggu siapa?” tanya Melati lalu berdecak kecil. “Padahal aku sudah janji mau ngajak Zetta jalan.”“Tunda dulu,” ujar Pras melihat jam tangannya sekilas. “Ada pekerjaan yang harus kamu selesaikan.”“Tapi ini bukan agenda Pak Kaisar, kan?” Melati mencondongkan tubuh setelah melipat kedua tangan di atas meja. “Jadi, apa pekerjaannya dan siapa yang lagi kita tunggu.”“Dia.” Lex menyerahkan tablet yang dipegangnya pada Melati. “APA!” Saat melihat nama sekaligus data yang tertera di layar, Melati langsung terbelalak. “Jadi kita lagi

  • Dear Secretary   148~DS

    Sinar baru menarik pagarnya dari luar, ketika sedan hitam yang mengantarnya pagi tadi berhenti di depan rumahnya. Melihat pria berjas yang berada di balik kemudi, Sinar lantas berdecak. Segera mengunci pagar dan menunggu pria itu keluar dari mobil.“Ke mana mobilku?” tanya Sinar membuka kaca helmnya. “Kok nggak diantar-antar?”“Mau ke mana?” Pras berdiri di samping motor Sinar dan menatap rumah yang pintunya tertutup rapat. Tidak menjawab pertanyaan wanita itu.“Mau beli popok di depan sana!” jawab Sinar mengerucutkan bibir, sambil menunjuk gerbang di depan gangnya. “Harusnya aku jalan sama anak-anak ke supermarket. Tapi nggak bisa karena mobilku nggak dibalik-balikin.”Pras mengulurkan kunci mobil yang sejak tadi ia pegang. “Kamu pake mobil itu sekarang. Satu jam lagi aku dijemput Arkan ke sini.”“HAH!” Sinar hanya melihat kunci tersebut tanpa meraihnya. “Mobilku ke mana?”“Mobilmu jelek,” ujar Pras. “Aku nggak suka.”“Mobil itu itungannya masih baru, Praaas.” Sinar menghentak kedua

  • Dear Secretary   147~DS

    Sinar baru memasuki mobil dan memasang sabuk pengaman, ketika pintu kaca mobilnya diketuk. Melihat Pras berdiri di luar sana, ia pun segera menurunkan kaca dan mendongak.“Apa?” tanya Sinar tidak lagi memiliki tenaga karena sudah terlampau lelah. “Keluar.”“Apa lagi siiih.” Sinar merengek. Meletakkan sisi wajahnya di bingkai jendela. “Aku capek. Belum sempat makan nasi. Jadi jangan diganggu pleaseee …”“Keluar aku bilang,” titah Pras mengulang perintahnya. “Praaas.” Sambil merengek, Sinar akhirnya melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil. “Dengar, aku–”“Masuk,” titah Pras menggeser tubuh Sinar, lalu masuk ke mobil dan duduk di belakang kemudi. “Duduk di depan! Bukan di belakang.”Sinar memekik kesal, menghentak kaki sambil mengitari mobil lalu memasukinya. Memasang sabuk pengaman dalam diam, lalu bersedekap. Rasanya benar-benar lelah jika harus berdebat dengan pria itu.Pras hanya melirik sekilas, lalu melajukan mobil ke jalan raya tanpa sepatah kata pun.“Mobilmu mana?” tanya

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status