Share

97~DS

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-18 17:47:06

“Pak Bin, ayo kita menikah.”

Sinar tidak pernah membayangkan, kata-kata itu akan meluncur begitu saja dari bibirnya. Ia sudah memikirkan banyak hal, tetapi tidak sekalipun terpikir justru dirinya yang akan lebih dulu mengajak Bintang menikah seperti sekarang.

Sungguh memalukan, tetapi ajakan tersebut tidak bisa ditarik ulang. Harusnya, Sinar bisa lebih bersabar. Paling tidak, sampai Bintang benar-benar melamarnya lebih dulu.

Masalah rumah tangga Jericho dan Puspalah yang memicu Sinar mengucapkan kalimat itu. Ajakan Jericho untuk menikah, tuduhan Puspa sebagai perusak rumah tangga mereka, semua itu benar-benar menjadi beban pikirannya.

Ditambah lagi, Sinar belum bisa pindah dari rumah ayahnya, karena tidak tega menitipkan Asa pada orang lain. Sementara Elo, terus saja datang dengan membawa harapan rujuk yang tidak pernah terbersit di kepala Sinar.

Semuanya masalah itu menumpuk di kepala.

Dan di tengah segala keruwetan itu, satu-satunya jalan keluar yang terpikir oleh Sinar hanyalah Bin
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Cessyta Tanod
Kasihan Pak Bin, si Sweetheart-nya Sinar Bhanuresmi.
goodnovel comment avatar
Christina Natalia
bohong pa...mas Bin bohong mrka berdua prnh ciuman pa....
goodnovel comment avatar
Kenzien Yodha
ga boleh jatuh cinta sama baby asa loh bu rubi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dear Secretary   98~DS

    Rencana membawa Sinar menemui Ruby, akhirnya tinggal rencana. Sang mama ternyata tidak berada di rumah. Wanita itu beralasan, sudah memiliki janji lebih dulu dengan temannya.“Maaf, ya,” ujar Bintang sambil memangku Asa di taman kecil di pekarangan rumah Praba. “Mungkin, ibu saya belum bisa menerimamu dengan hangat seperti bu Arana. Tapi, ayah saya menerimamu dengan tangan terbuka.”Sinar menghela samar. Ternyata, masih saja ada kerikil yang menghambat kebahagiaannya bersama Bintang. Namun, Sinar tidak akan berpatah hati. Ruby bersikap seperti itu mungkin karena belum bertemu dan mengenal Sinar.Jika sudah, wanita itu mungkin bisa berubah pikiran.“Tak kenal, maka tak sayang,” ucap Sinar. “Jadi, pelan-pelan aja.”“Betul,” kata Bintang sembari memutar tubuh Asa agar menatapnya. “Kita jalani dan hadapi sama-sama.”“Dia tambah gembul,” ucap Sinar mencubit gemas pipi putranya. Mencoba mengalihkan gusar, karena perihal ibu Bintang.“Makin mirip El,” ujar Bintang. “Dari rambut lurusnya, mat

  • Dear Secretary   97~DS

    “Pak Bin, ayo kita menikah.”Sinar tidak pernah membayangkan, kata-kata itu akan meluncur begitu saja dari bibirnya. Ia sudah memikirkan banyak hal, tetapi tidak sekalipun terpikir justru dirinya yang akan lebih dulu mengajak Bintang menikah seperti sekarang.Sungguh memalukan, tetapi ajakan tersebut tidak bisa ditarik ulang. Harusnya, Sinar bisa lebih bersabar. Paling tidak, sampai Bintang benar-benar melamarnya lebih dulu.Masalah rumah tangga Jericho dan Puspalah yang memicu Sinar mengucapkan kalimat itu. Ajakan Jericho untuk menikah, tuduhan Puspa sebagai perusak rumah tangga mereka, semua itu benar-benar menjadi beban pikirannya.Ditambah lagi, Sinar belum bisa pindah dari rumah ayahnya, karena tidak tega menitipkan Asa pada orang lain. Sementara Elo, terus saja datang dengan membawa harapan rujuk yang tidak pernah terbersit di kepala Sinar.Semuanya masalah itu menumpuk di kepala.Dan di tengah segala keruwetan itu, satu-satunya jalan keluar yang terpikir oleh Sinar hanyalah Bin

  • Dear Secretary   96~DS

    “Kita makan dekat sini aja ya, Bang,” pinta Sinar sambil memasang sabuk pengamannya. “Jangan jauh-jauh biar nggak lama. Di perempatan depan ada rumah makan. Di sana aja.”“Oke.” Jericho langsung melajukan mobilnya, ke tempat yang disebut oleh Sinar.“Mama bilang, kamu ada rencana pindah?” tanya Jericho membuka obrolan. “Kalau itu menyangkut urusanku sama Puspa, nggak usah diambil pusing.” “Aku memang ada rencana pindah, Bang, tapi diundur dulu, karena Asa masih kecil. Nggak tega kalau harus diasuh orang lain.” Sinar memutar sedikit tubuhnya menghadap Jericho. “Bang Jer, kata mbak Puspa masalah kalian sekarang karena aku?”Jericho menarik nafas panjang, menghembuskannya perlahan. “Aku mau cerai, karena sudah capek dengan sikap Puspa yang nggak pernah berubah. Jadi buka karena kamu.”“Tapi Mbak Puspa nuduh aku sudah ngerusak rumah tangga kalian.”“Nggak ada yang kamu rusak di sini,” ralat Jericho. “Kamu tahu sendiri, kan, gimana kerjaan Puspa selama ini. Ya, mungkin Mama sudah cerita k

  • Dear Secretary   95~DS

    “Jericho itu suka sama Sinar, Ma. Makanya dia ceraiin aku.” Puspa mendengkus, menatap tajam pada Jericho.“Jangan asal bicara, Puspa,” sahut Praba dengan suara yang rendah, tetapi tetap tegas.“Aku nggak asal bicara, Yah. Silakan tanya langsung sama Jericho,” tantang Puspa lantang. “Aku sudah kenal Jericho sepuluh tahun, jadi aku tahu kalau ada ada yang berubah dari dia. Dan semua itu terjadi sejak kehadiran Sinar.”Jericho menatap datar, tetapi tetap tenang. “Kalau memang aku suka sama Sinar, terus kenapa? Apa maumu?”Baik Praba, June, dan Puspa sontak terdiam. Mereka menatap Jericho dengan keterkejutan yang tidak bisa disembunyikan. Jericho mengakui semua itu tanpa ragu dan tanpa mau memikirkan akibatnya.“Jer! Jangan bicara sembarangan!” tegur June sambil melotot pada putranya. “Kamu cuma bercanda, kan?“Aku nggak bercanda, Ma,” jawab Jericho enggan menutupi apa pun, setelah semua terbuka seperti sekarang. “Aku sama Sinar nggak punya hubungan darah, kan? Jadi, di mana salahnya? Ak–

  • Dear Secretary   94~DS

    Sinar menghela napas panjang. Ia belum juga beranjak dari kamar mandi, setelah kembali ke kantor. Pandangannya lurus pada cermin wastafel, melihat bayangan dirinya sendiri. Rambut dan kemejanya sudah kering, tetapi aroma matcha yang sempat disiramkan Puspa masih tercium meski sudah dibilas. Dengan gusar, Sinar menggigit bibir bawahnya. Ia tahu benar, begitu keluar dari kamar mandi, Bintang tidak akan diam lagi. Pria itu mungkin menahan diri selama perjalanan pulang karena ada Ryu dan Edi di dalam mobil yang sama. Namun, kini tidak lagi. Sinar sampai tidak bisa membayangkan, ceramah seperti apa yang akan diberikan Bintang padanya setelah ini.“Kalau mau tidur, jangan di kamar mandi.”Bibir Sinar sontak mengerucut ketika mendengar suara Bintang dari luar.“Saya punya kamar yang bisa kamu pakai untuk istirahat,” lanjut Bintang.Tidak bisa menghindar lebih lama lagi, Sinar akhirnya keluar dengan senyum kikuk.“Pakai kemeja saya dulu,” ujar Bintang memberikan kemeja hitam miliknya pada S

  • Dear Secretary   93~DS

    “Are you okay, Mommy?” tanya Bintang, memerhatikan wajah Sinar yang tampak sedih.Sinar mencebik sambil mengangguk. “Nggak oke, sebenarnya,” jawabnya jujur. Sebenarnya, Sinar belum siap meninggalkan Asa begitu saja. Memangnya, ibu mana yang rela berada dalam posisi seperti sekarang? Pasti tidak ada, kecuali karena keadaan yang memaksa.Sinar harus bisa berdiri dengan kakinya sendiri. Ia tidak boleh berdiam diri menerima bantuan terus-menerus dari Elo dan dari anggota keluarga lainnya. “I see,” Bintang mengangguk pelan. “Kamu bisa kerja dari rumah sambil jaga Asa. Nanti, berkasnya biar diantar pak Edi atau kurir ke sini.”“Nggak papa, Pak Bin.” Sinar menggeleng cepat. “Saya memang harus terbiasa dengan kondisi ini.”“Harusnya kamu masih dapat jatah cuti satu bulan, kan?” celetuk Elo sambil memangku putranya di sofa. “Kenapa sudah masuk hari ini?” Elo beralih pada Bintang. “Jangan begitulah, Mas.”“Aku sudah bilang itu ke Sinar, El.” Bintang menunjuk wanita itu. “Tapi, dia ngotot mau

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status