Share

Dendam Membara Tuan Muda Yang Terbuang
Dendam Membara Tuan Muda Yang Terbuang
Author: Aishwa kusuma

Bab. 1

"Mom, jangan tinggalin aku Mom!" suara tangis seorang anak yang begitu menyayat hati saat sang ibu meninggalkannya untuk selamanya.

"Sudahlah Tuan Muda, ikhlaskan ... biarkan Nona besar tenang," ucap Marni membujuk anak majikannya.

"Tapi Bi-"

"Tuan, Bibi tahu memang berat kehilangan seseorang yang sangat kita sayangi. Tapi kita harus berusaha untuk mengiklaskannya," kata Marni mengusap air mata anak majikannya.

David terdiam, suara tangisnya pun sudah mulai mereda. "Tuan Muda jangan sedih lagi ya, ada Bibi, Bibi janji akan menyayangi Tuan Muda seperti anak Bibi sendiri," kata Marni memeluk tubuh kecil anak majikannya.

Setelah David sudah lebih tenang. Marni mengajak anak majikannya itu pulang. Senja sore itu, menjadi saksi seorang anak yang kehilangan ibunya. 

"Kalian sudah pulang? baguslah aku gak perlu repot-repot jemput kalian di pemakaman," kata  seorang wanita menatap dengan senyum sinis.

"Kamu bantu dia kemasi barangnya, aku ingin malam ini juga dia angkat kaki dari rumah ini!" kata wanita itu dengan penekanan.

"Maksud Nyonya apa?" tanya Marni tak mengerti.

"Aku tidak ingin anak ini tinggal disini. Kalian lihat ini, semua yang Hanum miliki sudah menjadi milikku," kata wanita itu dengan bangga.

"Tapi Nyonya-"

"Tidak ada tapi, kalian harus pergi dari rumah ini saat ini juga!" Potong Dara tidak menerima alasan apapun dari Marni.

"Tega sekali anda Nyonya," kata Marni menggelengkan kepalanya. Tatapan mata Marni beralih pada ayah David yang hanya diam tak peduli apa yang terjadi kada anaknya.

"Cepat! sebelum aku meminta pengawal untuk mengusir kalian tanpa membawa apapun!" bentak Dara menatap tajam.

Dengan terpaksa, Marni membawa David menuju kamarnya untuk berkemas.

"Tuan, Tuan Muda tinggal sama Bibi gak apa kan?" tanya Marni merasa kasihan pada anak Nyonya itu.

"Tidak apa Bi," jawab David.

David dan Marni kembali ke bawah membawa koper dan ransel berisikan pakaian mereka. 

"Sayang, terima kasih kamu sudah menepati janji kamu untuk menyingkirkan istri kamu itu," ucap Dara yang saat ini duduk dipangkuan Adijaya.

"Sama-sama Sayang, kamu tahu, bagiku kamulah segalanya. Aku tidak peduli dengan wanita juga anakku, yang aku inginkan hanya kamu," kata Adijaya tanpa dia sadari David dan Marni mendengarkan pembicaraan mereka.

Marni membekap mulutnya saat dia mendengar apa yang adijaya katakan pada Dara. Marni tidak menyangka jika Dara dan Adijaya lah dalang dari pembunuhan nyonyanya.

"Bi," panggil David tak kuasa menahan amarahnya.

"Jangan sekarang Tuan, Tuan masih kecil ... mereka bisa dengan mudah mengalahkan Tuan. Tuan harus menunggu waktu yang tepat untuk membalas perbuatan mereka," kata Marni seolah tahu apa yang David pikirkan.

David hanya mengangguk sebagai jawaban jika dia setuju dengan rencana Marni.

"Tuan, Nyonya, kami permisi," ucap Marni membawa David meninggalakan rumah itu.

"Tuan," panggil Marni.

"Bi, tolong panggil saya David saja, sekarang saya bukan Tuan Muda lagi," kata David menatap Marni yang juga menatapnya.

"Baiklah, jika memang itu yang Tuan inginkan, Bibi akan panggil Tuan, Nak ... seperti Bibi memanggil anak Bibi," balas Marni.

"Iya Bi ... Bolehkah David panggil Bibi dengan panggilan ibu?" tanya David penuh harap.

"Tentu saja," jawab Marni tersenyum penuh haru.

"Sekarang David anak ibu, jadi jangan pernah panggil David Tuan Muda lagi," kata David menatap dalam.

"Iya Nak," balas Marni, "mulai malam ini kamu tinggal di rumah ibu gak apa kan?" tanya Marni merasa tidak yakin jika David akan betah tinggal di rumahnya.

"Tidak apa Bu," jawab David.

Marni pun tersenyum mendengar jawaban David. Marni membawa David ke rumahnya untuk memulai kehidupan baru. Dimana dia adalah seorang anak dari wanita biasa. Bukan seorang Nyonya besar yang memiliki segalanya.

"Ibu," ucap anak Marni saat membuka pintu dan melihat sang ibu berdiri de depan pintu.

"Iya," balas Marni memeluk anaknya.

"Ini siapa?" tanya anak kecil itu. 

"Ini David, dia saudara kamu," kata Marni mengusap kepala sang anak.

"Hai David, aku Riko," kata Riko memperkenalkan dirinya.

"Aku David, senang berkenalan dengan kamu," balas David tersenyum pada Riko.

"Riko, mulai malam ini, David akan tinggal bersama kita," kata Marni dengan hati-hati. 

"O iya, asyik ... akhirnya Riko punya teman bermain," kata Riko dengan penuh semangat. 

"Masuk yuk sudah malam, kasihan David pasti capek. Besok Riko bisa main sama David, untuk sekarang ... biarkan David istirahat dulu ya," kata Marni.

"Iya bu," patuh Riko.

Marni masuk ke rumah diikuti oleh David. Marni membawa barang-barang keperluan David ke kamar Riko.

"Nak, mulai malam ini David tidur sama kamu ya," kata Marni.

"Iya bu," balas Riko yang sama sekali tidak keberatan. 

Marni tersenyum mengusap puncak kepala kedua anaknya sebelum meninggalkan kamar sang anak.

"Anak siapa yang kamu bawa, Mar?" tanya ibu Marni yang selama ini merawat Riko.

"Anak majikan Marni, bu," jawab Marni.

"Kenapa kamu bawa kesini?" tanya Ibu Marni menatap serius.

"Dia tinggal sebatang kara bu, ibu tirinya mengusirnya dan ayahnya sama sekali tidak peduli dengannya, Bu. Ayahnya lebih memilih selingkuhannya dibandingkan dengan darah dagingnya sendiri," jawab Marni mengingat perlakuan Dara dan Adijaya pada David.

Ibu Marni terdiam. Dia tidak lagi bertanya pada anaknya. Ibu Marni bisa merasakan bagaimana hancurnya David saat ini.

"Bu, izinkan aku merawatnya sampai dia dewasa. Aku ingin dia membalas kejahatan yang sudah ayah dan ibu tirinya lakukan pada ibunya," kata Marni dengan wajah mengiba.

"Iya, ibu izinkan kamu merawatnya. Ibu harap dia betah tinggal dilingkungan kita. Lingkungan yang jauh dari kemewahan," balas ibu Marni.

"Iya bu, dia sudah janji akan ikut dengan Marni apapun keadaan Marni," kata Marni. 

Ibu Marni mengangguk. Dia tak lagi bertanya pada Marni maupun berbicara sesuatu. Ibu Marni memilih untuk kembali ke kamarnya dan beristirahat. 

Marni membuang nafas saat sang ibu meninggalkannya. Marni tahu dia sudah mengecewakan ibunya. Namun, Marni tidak punya pilihan lain selain membawa David bersamanya.

"Maafkan Marni, Bu," ucap Marni berlalu menuju kamarnya. 

Sementara itu di dalam kamar Riko. David mbaringkan tubuhnya menatap langit-langit kamar Riko. Ingatannya berputar saat pertama kali wanita selingkuhan ayahnya datang ke rumahnya. Hingga dia melihat kehancuran yang mamanya rasakan. 

"Mom, David janji ... David akan membalas semua perbuatan mereka pada Mommy. David tidak akan membiarkan mereka bahagia diatas penderitaan kita Mom," kata David dengan kebencian yang mendalam.

David terus mengingat kejadian demi kejadian hingga akhirnya dia kehilangan sang ibu tercinta. Dendam didalam hati David semakin membuncah saat dia mengingat perkataan Dara pada Adijaya.

David tidak menyangka jika ayah yang selama ini dia hormati tega membunuh ibunya. Sang ayah juga yang membuatnya kehilangan kasih sayang seorang ibu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status