sore harinya, Ying Xuan bersama dua pelayannya yang bernama Rumei dan Shia, tengah berjalan-jalan di taman samping di Istana Harem.
"Yang Mulia, di sini adalah tempat kesukaan anda. Dulu, anda sering datang ke sini untuk memetik beberapa tangkai peony untuk dibawa pulang," jelas Rumei. "Benarkah? Kalau begitu, petikkan beberapa tangkai untukku, Shia!" titah Ying Xuan. "Baik, Yang Mulia," jawab Shia dengan patuh. Saat pelayan bernama Shia tengah sibuk memetik beberapa tangkai peony, Ying Xuan menatap kolam Ikan Koi yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Kolam Koi itu hanya setinggi lutut dan tampak sangat indah. Namun, tersirat kenangan tidak menyenangkan di benak Ying Xuan, saat ia melihat kolam tersebut. "Di kolam itu, pemilik tubuh ini pernah terjatuh. Semua orang mengira dia terpeleset. Padahal, dia didorong oleh salah satu Selir di Harem ini," batin Ying Xuan. "Yang Mulia, saya lihat, anda terus menatap kolam Koi. Apa anda mengingat sesuatu?" tanya Rumei. "Ya. Dulu, Selir Yuan pernah mendorongku di sana," jawab Ying Xuan. Mendengar pernyataan Ying Xuan barusan, Rumei yang waktu itu ada di tempat kejadian, mulai meneteskan air matanya. "Kau kenapa? Kenapa tiba-tiba menangis?" tanya Ying Xuan. "Itu karna, saya pikir anda tidak tahu kalau Selir Yuan mendorong anda. Ternyata, anda tahu tetapi anda malah memilih diam, dan membiarkan Yang Mulia Kaisar menghukum anda," ujar Rumei seraya terisak. Ying Xuan sendiri tahu, kalau pemilik tubuh yang ia rasuki saat ini, dulu pernah dihukum di aula leluhur dan diperintahkan menyalin kitab suci, hanya karna ia terjatuh ke kolam Koi. Padahal sebenarnya, ia jatuh bukan karna ceroboh, melainkan didorong oleh Selir Yuan. "Pemilik tubuh ini sangat bodoh, sehingga Selir Yuan menindasnya. Saat dia didorong ke kolam, Selir Yuan mengancam akan mengadukan pada Ibu Suri jika sampai ia memberitahu Kaisar. Dan dengan bodohnya, ia malah berkata pada Kaisar, kalau ia terjatuh karna kecerobohannya sendiri," batin Ying Xuan. Di dalam Harem, sebagai Selir Agung, tentu wajah Ying Xuan juga merupakan wajah Kaisar. Sehingga, setiap kali Ying Xuan melakukan kesalahan, walau itu kesalahan kecil sekali pun. Ia pasti akan dihukum, karna dianggap menodai wajah Kaisar. "Tenang saja Rumei. Kali ini, aku tidak akan diam saja," ujar Ying Xuan. "Maksud anda Yang Mulia?" tanya Rumei dengan raut bingung. Tak lama setelah Ying Xuan berkata demikian, Selir Yuan yang menjadi dalang dibalik hukuman pemilik tubuh di aula leluhur waktu itu, akhirnya muncul. "Coba lihat siapa ini? Bukankah...Selir Agung Ying Xuan," ujar Selir Yuan. "Apa kau mendengar sesuatu, Rumei?" tanya Ying Xuan sembari menatap kolam Ikan Koi. "Itu...Selir Yuan menyapa anda, Yang Mulia," jawab Rumei. Menyadari Ying Xuan menganggap dirinya tidak ada, Selir Yuan yang biasa menindas Selir Ying Xuan yang asli, merasa sangat risih. Dengan kesombongannya, ia pun menghampiri Ying Xuan, dan berniat merundungnya. "Selir Agung Ying Xuan, ku dengar....Ibu Suri akhir-akhir ini memperhatikanmu. Kau yang berlaku tidak sopan padaku, tidakkah takut aku adukan pada Ibu Suri." Mendengar apa yang baru saja dikatakan Selir Yuan, Ying Xuan yang sekarang memakai identitas Selir Agung si pemilik tubuh, menatap Selir Yuan dengan tajam. "Kenapa mata si pecundang ini sangat tajam?! Seperti bukan dia!" batin Selir Yuan. "Selir Yuan, apa kedudukanmu di Harem?" tanya Ying Xuan. "Selir Ying Xuan, aku adalah selir tingkat enam." "Lalu, apa kau tahu aku siapa? Dan apa identitasku di Harem?" tanya Ying Xuan lagi. "Selir Agung," jawab Selir Yuan dengan pandangan yang penuh dengan celaan. "Lalu....diantara Selir tingkat enam dan Selir Agung, kedudukan siapa yang lebih tinggi?" tanya Ying Xuan lagi, seraya mengelus telapak tangannya yang lembut. "Tentu saja Selir Agung," Sahut Selir Yuan masih dengan tatapan menghardik. Begitu selesai dengan pertanyaan yang ingin ia ajukan kepada Selir Yuan, Ying Xuan mulai mengangkat tangannya, kemudian.... Plakkk!. Satu tamparan pedas berhasil ia daratkan di pipi Selir Yuan. "Apa?!...Apa-apaan sikap lancang mu ini Selir Ying Xuan!" seru Selir Yuan. Sembari mencengkram kuat dagu Selir Yuan, Ying Xuan menjawab."Selir Agung Ying Xuan! Itu adalah gelarku. Berbicara tentang kelancangan, berani-beraninya selir tingkat enam sepertimu bertingkah sombong di depanku." Saat itu, Ying Xuan menatap Selir Yuan dengan penuh niat membunuh. Dan Selir Yuan yang bisa merasakan niat membunuh Ying Xuan, ia seketika terduduk lemas. Brukk! "Yang Mulia!" seru Pelayan Selir Yuan. "Prajurit! Selir Yuan telah berlaku lancang terhadapku, Selir Agung Ying Xuan. Menurut aturan Istana, wajah Selir Agung adalah wajah Kaisar. Mereka yang berani lancang pada Selir Agung, maka telah menentang otoritas Kaisar. Kurung Selir Yuan di kediamannya. Dan jangan biarkan keluar sebelum ia menyalin kitab suci seratus kali!" Mendengar apa yang baru saja diperintahkan oleh Ying Xuan, para Prajurit untuk beberapa detik tercengang. "Apa yang kalian tunggu? Cepat seret Selir Yuan!" titah Ying Xuan lagi, sembari menatap tajam ke arah para Prajurit. "B-Baik Yang Mulia Selir Agung!" jawab para Prajurit. Setelah mendapat tatapan tajam dari Ying Xuan, para Prajurit itu segera menyadarkan diri mereka, dan menyeret Selir Yuan menuju kediamannya. "Berani-beraninya kau menghukumku Selir Ying Xuan! Kita lihat saja bagaimana kau akan membebaskan diri dari Ibu Suri!" teriak Selir Yuan yang diseret pergi. Setelah berhasil menyingkirkan Selir Yuan dsri pandangannya, Ying Xuan meraih bunga Peony yang sudah dipetikkan pelayan Shia untuknya. "Kembali ke kediaman sekarang!" titah Ying Xuan. "Baik, Yang Mulia," jawab Rumei dan Shia kompak. Sekembalinya Ying Xuan bersama kedua pelayannya ke kediaman Phoenix, mereka disambut oleh masalah. Dan masalah itu adalah, kasim yang selalu berada di samping Ibu Suri. "Yang Mulia Selir Agung, kesehatan Ibu Suri memburuk. Harap anda datang ke Kediaman beliau untuk menjenguk." "Apakah Ibu Suri sekarat?" tanya Ying Xuan dengan lancangnya. "Selir Agung!" teriak Kasim. "Stttt! Rendahkan suaramu. Kau hanya seorang Kasim," ujar Ying Xuan seraya menatap tajam ke arah Kasim tersebut. Melihat tingkah Selir Agung Ying Xuan yang tidak seperti biasanya, Kasim itu merasa sangat kesal. Dengan angkuhnya, ia pun menatap Selir Agung Ying Xuan, lalu meludah. "Cuih! Hanya seorang Selir Agung yang tidak mendapatkan kasih sayang Kaisar. Berani bertindak lancang di depaku." "Kepala pelayan!" panggil Ying Xuan. "Ya, Yang Mulia." "Tampar Kasim kurang ajar ini!" titah Ying Xuan. "Baik Yang Mulia." Untuk melaksanakan perintah Ying Xuan, Kepala pelayan mengambil langkah besar, kemudian dengan keras ia menampar Kasim yang dikirim oleh Ibu Suri itu. Plakkk!... "Berani-beraninya Kepala pelayan rendahan sepertimu menamparku! Akan ku laporkan pada..." "Prajurit! Datang kemari!" Panggil Ying Xuan. "Apa perintah anda, Selir Agung?" tanya Prajurit yang bertugas menjaga keamana kediaman phoenix. "Kirimkan pesan ke Istana Utama. Katakan pada Kasim Duan, kalau kasim di kediaman Ibu Suri bertindak lancang dengan Menghina Selir Agung!" Mendengar apa yang hendak Ying Xuan lakukan pada dirinya, Kasim yang tadinya bertindak lancang, seketika berlutut di depan Ying Xuan dan membenturkan kepalanya ke lantai. Buk! Buk! Buk! "Ampuni saya Yang Mulai Selir Agung! Hamba yang hina ini telah buta dan tidak bisa melihat kebijaksanaan anda. Mohon berikan belas kasihan!" Meski Kasim itu terlihat tunduk, dalam hatinya, ia diam-diam mengolok-olok Ying Xuan, bahkan berpikir untuk membalas penghinaan yang ia terima hari ini. "Sejak kapan Selir Agung bodoh ini jadi pintar?!" batin Kasim. "Bangunlah. Dan katakan pada Ibu Suri, aku akan datang menemuinya besok, karna hari ini aku akan beristirahat." "Baik, Yang Mula Selir Agung," ujar Kasim, yang kemudian berlari pergi. Melihat betapa cepatnya Kasim itu kabur, Ying Xuan terkekeh pelan. "Bukankah Kasim tadi mirip tikus," ujar Ying Xuan. "Ya, Yang Mulia," sahut Kepala Pelayan sembari menahan tawanya. "Y-Yang Mulia, kenapa anda melepaskan Kasim Gu? Bukankah itu akan berakibat buruk jika Ibu Suri tahu anda menindas Kasim kepercayaannya?" tanya Rumei yang diikuti anggukan kepala Shia. "Justru itulah yang ku inginkan," jawab Ying Xuan. Mendengar perkataan Ying Xuan yang seolah menantang Ibu Suri. Rumei, Shia, Shu, dan Kepala Pelayan yang tahu betapa takutnya Selir Agung Ying Xuan pada Ibu suri, mereka langsung melirik ke arah satu sama lain dengan raut bingung. "Apakah ketakutan Selir Agung sudah habis?" batin mereka berempat. Sedangkan dalam hati Ying Xuan."Ini akan mulai seru."Soal perjamuan yang akan diadakan istana untuk menyambut para utusan dari Kekaisaran Xianlong. Ying Xuan yang tidak ingin datang dengan penampilan gendutnya, berusaha mati-matian untuk diet sebelum hari perjamuan tiba. Selama diet, Ying Xuan hanya memakan sayur saja, dan melakukan aktivitas yang sebelumnya tidak ia lakukan. Contohnya, menimba air, atau naik turun tangga kuil yang ada di puncak bukit. Tidak lupa pula, Ying Xuan juga berkultivasi di malam hari dengan menyerap energi bulan. "Tubuh ini sangat bagus. Dia memiliki bakat kultivasi dan cocok dengan energi bulan. Sayangnya, pemilik tubuh sangat bodoh sampai tidak bisa menemukan bakatnya sendiri," ujar Ying Xuan. Setiap kali Ying Xuan selesai berkultivasi, di tubuhnya akan keluar berupa cairan hitam yang sangat bau. "Uekk....bau yang sudah lama tidak ku cium. Sebenarnya, sudah berapa lama
Melihat sikap Ying Xuan yang tenang dan tegas, Kaisar yang merasa situasi itu semakin menarik, mulai melirik ke arah Ibu Suri yang tampak sangat kesal. "Selir Agung, seperti yang kau katakan, atas dasar apa Pelayan rendahan sepertinya harus dipercaya. Kau sendiri tahu kalau dia hanya Pelayan rendahan. Lalu, dari mana dia akan memiliki keberanian untuk menghinamu yang jelas-jelas di atasnya. Bukankah itu...sedikit tidak masuk akal," sahut Ibu Suri Yang sudah tidak tahan untuk ikut campur. "Ibu Suri. Dia melakukan itu, karna kesombongannya," jawab Ying Xuan. "Dia adalah Pelayan dari kediamanku. Aku tahu betul bagaimana dirinya. Royi memang sedikit blak-blakan, tapi dia tidak bodoh. Bagaimana mungkin anak sederhana sepertinya berani menyinggungmu," bela Ibu Suri. Tanpa menjawab pernyataan Ibu Suri barusan, Ying Xuan melambaikan tangan
Setelah Ying Xuan secara tidak langsung menentang otoritas Ibu Suri, para pelayan yang melayani Ibu Suri, mulai menunjukkan sifat sombong mereka terang-terangan. "Humph! Coba lihat siapa ini? Bukankah ini Selir Agung kita yang mulia," ujar salah satu Pelayan yang saat itu tidak sengaja berpapasan dengan Ying Xuan. "Pelayan dari kediaman mana dia?" tanya Ying Xuan. "jawab Selir Agung, dia pelayan dari kediaman Ibu Suri," jawab pelayan lainnya, yang juga kebetulan berpapasan dnegan Ying Xuan. Mengetahui Pelayan yang bernada sombong tadi berasal dari kediaman Ibu Suri, Ying Xuan langsung meminta Pelayannya, Rumei. Untuk menyeret Pelayan tadi ke hadapannya. "Rumei, biarkan dia berlutut di depanku!" "Baik, Yang Mulia. Setelah itu, Rumei memanggil Pelayan lancang tadi, kemudian menyeretnya. "Akhh! Lepaskan aku," berontak si Pelayan. Sesampainya di depan Ying Xuan, Rumei langsung mendorong Pelayan lancang tadi, sampai ia berlutut di depan Ying Xuan. "Apakah kau dari kediaman
sore harinya, Ying Xuan bersama dua pelayannya yang bernama Rumei dan Shia, tengah berjalan-jalan di taman samping di Istana Harem. "Yang Mulia, di sini adalah tempat kesukaan anda. Dulu, anda sering datang ke sini untuk memetik beberapa tangkai peony untuk dibawa pulang," jelas Rumei. "Benarkah? Kalau begitu, petikkan beberapa tangkai untukku, Shia!" titah Ying Xuan. "Baik, Yang Mulia," jawab Shia dengan patuh. Saat pelayan bernama Shia tengah sibuk memetik beberapa tangkai peony, Ying Xuan menatap kolam Ikan Koi yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Kolam Koi itu hanya setinggi lutut dan tampak sangat indah. Namun, tersirat kenangan tidak menyenangkan di benak Ying Xuan, saat ia melihat kolam tersebut. "Di kolam itu, pemilik tubuh ini pernah terjatuh. Semua or
Di dunia kultivasi, terdapat tujuh Penguasa langit, dan lima Penguasa Bumi. Penguasa langit terdiri dari Penguasa Bulan, Penguasa Matahari, Penguasa Angin, Penguasa Awan, Penguasa Hujan, Penguasa Bintang, dan Penguasa Yin Yang. Sedangkan Penguasa Bumi, terdiri dari penguasa Gunung, Penguasa Lautan, Penguasa Tanah, Penguasa Danau, dan Penguasa Lembah. Penguasa langit dikatakan lebih dominan dari Penguasa Bumi, karna mereka lebih kuat dan lebih bijaksana. konon, hati para Penguasa Bumi dipenuhi dengan salah satu dari tujuh dosa duniawi, yaitu rasa iri. Namun, salah satu Penguasa langit bernama Ying Xuan, tidak mempercayai hal itu, karena ia bersahabat baik dengan salah satu Penguasa Bumi bernama Zimei. "Yiyi, ku dengar...sebentar lagi kau akan mencapai tahap Transformasi Immortal. Apakah itu benar?" Tanya Zimei sang Penguasa Lautan.