Home / Lainnya / Dendam Wanita Teraniaya / Bab 1 Sebuah tamparan

Share

Dendam Wanita Teraniaya
Dendam Wanita Teraniaya
Author: Hapyhapy

Bab 1 Sebuah tamparan

Author: Hapyhapy
last update Last Updated: 2025-09-17 20:07:51

__

“Mahesa Affandra!!”

Karena panggilan itu, Mahesa yang sedang berjalan menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah asal suara.

Di depannya ada seorang gadis berlari ke arahnya,  Mahesa tidak tahu mau apa gadis itu. Saat mereka sudah berdekatan, tiba-tiba …

'Plak!’

Tamparan itu cukup keras sehingga membuat wajah Mahesa berpaling.

Beberapa orang yang kebetulan lewat di halaman kampus sudah pasti dapat melihat adegan itu.

Mereka bengong dan syok, tak menyangka ada orang yang berani menampar seorang Mahesa Affandra, si arogan yang memiliki kuasa di kampus ini.

Putra dari orang terkaya nomor lima di negeri ini,    sekaligus cucu dari pemilik kampus ini. Waw! Sungguh berani sekali gadis itu.

Apa-apaan ini!

Mahesa lebih terkejut lagi, karena ada gadis yang berani menamparnya di depan umum.

Sepasang matanya menatap nyalang sang penampar, giginya bergemelutuk, “Beraninya kamu!”

Kirana, nama sang gadis, balas menatap Mahesa. Mata bulatnya melotot, tak ada gentar sama sekali di sepasang mata bening itu.

“Kamu memang pantas mendapatkan itu! Kamu sudah membuat Hani sakit hati sampai dia menangis!”

Suaranya begitu keras sehingga orang-orang yang ada di sekitarnya dapat mendengar ucapannya.

“Dasar plyboy cap buaya!” Setelah puas mencaci, Kirana berlalu pergi begitu saja.

Meninggalkan Mahesa yang masih termangu. 

Dasar wanita si*lan berani-berani nya dia mempermalukanku di depan umum.

Dada Mahesa bergemuruh, seumur hidupnya baru kali ini ada orang yang berani memberikan tamparan padanya, apa lagi hal itu dilakukan di depan banyak orang.

Mahesa seorang yang sombong, merasa harga dirinya diinjak-injak, dia bersumpah dalam hati akan membalas perbuatan gadis itu berkali lipat.

“Apa yang kalian lihat!” Mahesa melotot ke arah orang-orang yang asyik menonton.

Orang-orang itu buru-buru bubar dan kembali melangkah.

Mahesa membuang napas kasar.

__

  

“Kamu berani menampar Mahesa! Di depan umum lagi.” Arumi, teman Kirana berseru heboh, ekspresinya penuh takjub pada Kirana.

“Dia memang pantas mendapatkannya,” cibir Kirana, sambil menyeruput jus pesanannya.

Saat ini dia dan teman-temannya sedang berada di kantin kampus.

Hani, yang juga teman Kirana menatapnya penuh kekhawatiran, dia menyentuh lengan Kirana dan berujar lembut, “Seharusnya kamu jangan melakukan itu, kamu tahu ‘kan, siapa Mahesa itu. Aku takut dia melakukan hal buruk sama kamu.”

“Tidak akan terjadi apa-apa, Hani, tenanglah.” Kirana tersenyum,  “Lagi Pula  aku melakukannya demi kamu, seharusnya kamu sendiri yang turun tangan dan menghajar pria bre**sek itu karena sudah menyakitimu.”

Hani menunduk, “Aku tidak berani,” cicitnya. 

“Ya mangkanya, aku yang melakukannya.” Kirana menimpali, “Sudah, kamu jangan terus-terusan menangisi pria tak tahu diri itu.”

“Apa yang dibilang Kiran itu benar, Han,” ucap Arumi, “Mulai sekarang kamu harus melupakan si Mahesa!”

Dipta, teman Kirana yang lain yang dari tadi diam ikut berbicara, “Mahesa itu orang yang arogan.” Dia mengalihkan tatapannya pada Kirana, “Dia pasti tidak terima begitu saja perlakuanmu terhadapnya, kamu harus hati-hati.” Ekspresi wajahnya penuh kekhawatiran.

Kirana tersenyum pada laki-laki satu-satunya di circle mereka.

“Jangan khawatir kan aku, Dipta, kalau si Mahesa itu berani macam-macam, sekalian kuhajar dia!”

Kirana berujar penuh percaya diri. Ya, Dia memang selalu seperti itu, berani dan tak takut apapun.

Tapi satu hal yang Kirana tak tahu, setelah ini semuanya akan berubah.

__

“Pipi kamu sampai merah begitu, Sa.” Arga berdecak, geleng-geleng kepala sambil menelisik wajah Mahesa.

Nicholas malah tertawa, bukannya simpati dengan keadaan temannya.

Mahesa mendengkus kesal, lalu melotot ke arah Nicholas karena menertawakannya.

“Baru kali ini ada orang yang berani nampar kamu, perempuan lagi,” ucap Nicholas sambil terus terkekeh.

“Diam kamu!” Mahesa semakin kesal.

Arga malah ikut menertawakan, membuat kekesalan Mahesa semakin bertambah.

“Kalian teman la*nat,” hardiknya.

Mahesa bersumpah sekali lagi dalam hati, akan membuat perempuan itu sengsara!

   __

“Ada apa, sih, kamu sampai nge-chat aku, bukankah hubungan kita ini sudah selesai.” Mahesa berkata dengan judes pada perempuan yang ada di depannya.

Hani memandang Mahesa dengan mata berkaca-kaca.

“Sebenarnya aku tidak mau putus sama kamu, Mahesa, aku sangat mencintaimu.”

Mahesa berdecih, ekspresinya tak acuh, “Tapi aku sudah tidak cinta sama kamu,” ucapnya cuek.

Melihat sikap Mahesa membuat Hani semakin sedih, “Aku sudah menyerahkan segalanya padamu, hatiku, dan juga tubuhku.” Hani menunduk, "Tapi kamu malah mencampakkanku setelah mendapatkan keperawananku.”

Air mata jatuh membasahi pipi putih mulus itu. Hani tidak menyangka Mahesa benar-benar membuangnya seperti barang yang sudah tidak terpakai lagi.

Hani tidak terima di perlakukan seperti itu, apalagi saat ini dia …

 

Mahesa memutar bola mata lalu membuang nafas kasar,  “Sudah, sudah, jangan banyak omong lagi, aku pergi.” Mahesa berbalik dan melangkah santai.

“Aku hamil!”

Kata-kata itu sukses membuat Mahesa menghentikan langkahnya, dia berbalik menghadap kembali pada Hani.

“Apa? Kok bisa?” Mahesa kembali membuang nafas kasar, matanya menyipit menatap Hani, “Apa dia beneran anakku? Mungkin saja dia bukan anakku.”

Hani mendongkak, matanya membola memandang Mahesa, “Aku hanya melakukannya sama kamu!”

“Tck!” Mahesa berdecak, dia mengacak-acak rambutnya, kenapa bisa kebobolan.

“Kamu harus bertanggung jawab.” Hani berkata lirih.

 Enak saja dia harus bertanggung jawab!  Mahesa mengumpat dalam hati, setelah merenung sejenak, tiba-tiba pikirannya menjadi terang, dia memiliki ide jahat di kepalanya.

“Baiklah, jika kamu mau menuruti apa yang aku perintahkan, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk bertanggung jawab.” Ada seringai di bibir Mahesa.

Hani kembali memiliki harapan mendengar perkataan Mahesa, ekspresinya berubah cerah.

“Memang kamu mau aku melakukan apa?”

Mahesa tersenyum miring.

__

“Ia, ia, aku akan kesana sekarang juga, kamu tunggu dan tenangkan diri kamu,ya.” Sambil berbicara di telpon, Kirana berjalan terburu-buru meninggalkan kamar kostnya.

“Tolong cepat, ya, Kiran aku takut.” Suara Hani di sebrang sana bergetar.

“Ia, ia.” Kirana mengambil sepedanya lalu meluncur menuju kampus.

Dari kost-an ke kampus, Kirana membutuhkan waktu dua puluh menit, makanya setiap hari pulang pergi dia memakai sepeda.

Kirana yang baru saja mengerjakan tugas tiba-tiba mendapat telpon dari Hani, dia bilang ada seseorang yang menguncinya di gudang kampus dari sore hari sampai sekarang.

Hani menunggu seseorang datang untuk membuka pintu gudang, tapi sampai malam tiba tak ada orang yang datang, makanya Hani meminta tolong pada Kirana.

  

Kirana dengan tenaga penuh mengayuh sepedanya agar cepat sampai ke kampus, dia sangat khawatir pada teman baiknya.

Dia tidak tahu bahwa ada bahaya yang tengah menunggunya.

__

 “Aku sudah melakukan apa yang kamu minta, sebentar lagi Kiran akan datang ke sini,” ucap Hani sambil  memandang pada Mahesa.

Mahesa tersenyum, “Bagus.”

“Memangnya apa yang akan kamu lakukan pada Kiran?” Hani bertanya cemas, “Dia itu temanku, aku tidak mau hal buruk terjadi padanya.”

“Kamu tenang saja, aku tidak akan keterlaluan, aku hanya mengerjai dia saja.” Tentu saja Mahesa berbohong.

 “Kamu janji, ya, jangan keterlaluan.”

Mahesa memutar bola mata, “Ia, ia,” ucapnya bosan, “Sudah, sebaiknya kamu pulang.”

“Tapi …” Entah kenapa Hani merasa tak enak hati.

“Sudah kamu pulang sana!” titah Mahesa sekali lagi.

Dengan enggan Hani pun meninggalkan Mahesa.

    

  

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dendam Wanita Teraniaya   Bab 21 rencana yang gagal

    Bab 21__“Cepat cari! Aku tidak mau tahu, pokoknya kalian harus menemukan kalung itu!”Sekar berteriak pada para pelayan wanita yang berjejer di hadapannya.“Baik, Nyonya.” Para pelayan itu menjawab serentak, mereka mulai menelusuri setiap sudut ruangan, bahkan sebagian berjongkok untuk memeriksa kolong tempat tidur.Pagi-pagi, Sekar sudah heboh karena tiba-tiba kalung berlian miliknya hilang. Dia memanggil seluruh pelayan di mansion ini untuk membantu mencarinya.Beberapa pelayan ada yang mencari ke kamar mandi. “Kenapa bisa hilang, apa Nyonya lupa menaruhnya, mungkin?” Lala bergumam, kedua bola matanya lincah mengamati setiap sudut. Siapa tahu kalung berlian itu jatuh di kamar mandi ini.“Entahlah.” Tina menimpali, “Selama ini Nyonya tidak pernah kehilangan benda berharga miliknya, ini baru pertama kalinya.”Lala mengangguk setuju.Mereka berdua celingukan sambil menelusuri setiap sudut kamar mandi.Sekar memperhatikan dengan matanya yang memicing pada Kirana yang sedang membuka-

  • Dendam Wanita Teraniaya   Bab 20 Tidak gentar

    Bab 20__“Dari mana kamu? Kenapa lama sekali?”Wira menatap Kirana penuh penasaran, tumben pelayannya ini lambat saat mengantarkan minuman untuknya.“Maaf, Tuan.” Kirana menyodorkan gelas jus ke mulut Wira, “Saya keasyikan ngobrol dengan teman-teman di dapur, jadi lupa waktu.”Tentu saja Kirana berbohong, dia tidak mungkin menceritakan kejadian di rumah kaca pada Tuannya ini. Walau sebenarnya Kirana ingin sekali mengadu tentang Sekar dan Ravi, tapi Wira tidak akan percaya begitu saja.“Tuan Wira, ayo kita lanjutkan sesi berikutnya.”Ravi datang dari arah luar, seperti biasa, langkahnya selalu penuh semangat. Di belakangnya ada Malvin mengikuti.Dia tersenyum nakal pada Kirana, yang tentu saja tidak ditanggapi olehnya. Wira pun mulai bersiap untuk melakukan terapi sesi berikutnya.Kirana undur diri, akan menunggu di luar ruangan.Ternyata Ravi juga keluar mengikuti Kirana, dia menarik tubuh Kirana ke sudut ruangan tersembunyi, menekannya ke tembok.“Aku hanya ingin kembali mengingatk

  • Dendam Wanita Teraniaya   Bab 19 Ketahuan

    Bab 19__Jemari Sekar bergerak lembut menelusuri setiap inci body mobil berwarna merah, ini adalah mobil barunya. Pemberian dari sang suami.Wajahnya terus mengukir senyum cerah, kedua matanya berbinar. Dalam hati bergumam, mobil yang cantik dan mewah, harganya pasti sangat mahal.Ah, Sekar sama sekali tidak peduli mau berapapun harganya, toh, duit suaminya sangat banyak, hartanya tidak akan berkurang hanya karena membeli mobil cantik ini. “Bagaimana? Apa kamu suka?” Wira yang sedari tadi berada di belakang Sekar bertanya.Sekar menatap ke arah sang suami, senyumnya masih tersemat.“Mobil yang cantik, mana mungkin aku tidak menyukainya, aku sangat menyukainya.” Dia memeluk Wira, “Terimakasih, Sayang.” Kemudian mencium pipinya.“Aku senang kalau kamu menyukainya.” Wira menimpali dan ikut tersenyum.__“Nyonya Sekar benar-benar wanita yang sangat beruntung.” Susy bertopang dagu sambil mengaduk kopi moka buatannya sendiri, “Dia dicintai begitu dalam oleh Tuan Wira.” Kemudian menyerup

  • Dendam Wanita Teraniaya   Bab 18 Jalan-jalan

    Bab 18__Sekar melangkah dengan anggun menghampiri Ravi, sang Dokter pun berdiri merentangkan tangan untuk menyambut sang kekasih. Sekar langsung menghambur ke pelukan Ravi.Mereka pun saling menempelkan bibir.“Iya, Sayang, aku sudah sampai dengan selamat satu jam lalu.” Sekar berucap pada suaminya melalui telepon.“Saat sampai ke hotel aku langsung ketiduran karena lelah, makanya aku baru nelpon.”Di sampingnya, Ravi menciumi bahu Sekar yang telanjang. “Iya, Sayang, aku akan hati-hati dan jaga kesehatan, Mas nggak perlu khawatir, ya sudah telponnya aku tutup dulu, ya, dah, muach.”Pembicaraan pun berakhir, Sekar meletakkan handphone-nya di meja nakas.Dia tersenyum senang pada Ravi yang mulai menindih tubuhnya. Sekar terkikik dan merangkul leher pria tampan itu.__“Bagaimana kalau kita pergi ke Pekan Raya Mandira,” ucap Wira secara tiba-tiba.Membuat Kirana yang sedang membacakan narasi novel untuknya sontak berhenti. Dia menatap sang Tuan.“Ke pekan Raya Mandira?”“Hu’um.” Wra

  • Dendam Wanita Teraniaya   Bab 17 memandang langit malam.

    Bab 17__“Tuan, Dokter Ravi sudah datang.”Suara Edy menghentikan aksi tatap-menatap antara Kirana dan Wira.“Iya, Pak.” Wira mengangguk.Kirana dengan sigap mendorong kursi roda Wira menuju ruangan terapi.“Selamat pagi Tuan Wira.” Ravi menyapa dengan senyum cerahnya, lalu pandangannya beralih pada Kirana, dia memberi senyum nakal pada Kirana.Kirana hanya menanggapi dengan senyum singkat.Malvin, sang perawat membantu Wira untuk turun dari kursi rodanya, berpindah tempat ke meja tarik/ traction table.Dia membenahi posisi tidur Wira agar nyaman, Ravi juga ikut membantu.Kirana undur diri dia akan menunggu di luar. __ Setelah dua jam, Kirana kembali ke ruang terapi sambil membawa minuman segar untuk Wira. Dia kira terapinya sudah selesai dan sedang beristirahat, ternyata Wira sedang berjuang keras melangkahkan kakinya dengan bantuan palang paralel.Di kanan-kirinya ada Ravi dan Malvin yang menopang agar tubuh Wira tidak oleng. Pelipisnya sudah penuh keringat, karena tangan

  • Dendam Wanita Teraniaya   Bab 16 kolam ikan

    Bab 16__Kirana mundur dua langkah, kebingungan. Baru dua hari berada di mansion ini dia harus melihat hal yang membuatnya syok dan tak percaya.Di tempat ini dia hanya ingin bekerja dengan tenang, tanpa terlibat masalah apapun. Kirana berpikir sebaiknya dia menyingkir, berpura-pura tidak melihat kejadian antara Nyonya Sekar dan Dokter Ravi.Dia tidak ingin ikut campur urusan rumah tangga majikannya. Dia hanya seorang pelayan disini, maka harus bersikap layaknya srorang pelayan.Menutup mata dan telinga mengenai yang terjadi di mansion ini.Kirana berbalik, melangkah cepat kembali ke lift.__“Mari bersulang untuk kesuksesan pembangunan PJG.” Adiwangsa, rekan bisnis Wira, mengangkat gelas anggurnya tinggi, “Bahkan sekarang sudah mencapai tahap operasional.” Clarissa, salah satu investor, tertawa lembut, ikut mengangkat gelasnya.“Mari bersulang untuk kesuksesan PJG,” ucapnya.Wira mengangguk, lalu mengangkat gelas anggurnya dengan tangan kiri yang sedikit gemetar.Mereka kemudia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status