Share

6. Waspada

"Halo La," ucap  Nadira yang mengangkat panggilan masuk dari Lala. Nadira terbangun saat mendengar dering di ponselnya. 

"Halo Dira, kamu di mana?

Apa gak masuk kerja?" Ucap Lala yang sudah berada di toko.

Dira diam saat mendengar ucapan Lala. Tubuhnya terasa begitu sangat sakti, bekas tamparan di wajahnya masih terasa pedih dan panas. "Moga aja telinga aku gak tuli karena di tampar." Nadira berucap di dalam hati dengan memegang telinganya yang terasa sakit.  Kepalanya juga sangat pusing. Dira menjangkau cermin kecil yang ada di meja kecil di samping tempat tidur.  "Aku tidak mungkin ke toko dengan wajah babak belur seperti ini," ucap  Nadira memandang wajahnya dari pantulan cermin. 

"La, tidur lagi kamu?" Lala berucap dengan nada suara yang cukup keras hingga Nadira terkejut saat mendengar suara melengking dari dalam telpon milikinya. 

"Maaf La, aku baru aja bangun. La, apa aku boleh libur hari ini? Hanya satu hari aja," ucap Dira. 

"Kamu kenapa?" Tanya Lala yang meras aneh saat melihat sikap temannya.

"Aku capek La. Aku tidak menduga ternyata jadi pembersih toilet itu sangat berat," ucap Nadira yang meneteskan air matanya dengan tangan menutup mulutnya. Nadira berusaha agar suara tangisnya tidak terdengar oleh Lala. Apa yang terjadi semalam sungguh tidak pernah terbayangkan oleh Nadira sebelumnya. Rasa sakit bukan hanya di sekujur tubuhnya juga hati dan perasaannya. Nadira hanya bertekad untuk bisa kuat dan melanjutkan pekerjaannya demi mendapatkan uang untuk pengobatan ayahnya. Peristiwa yang dialaminya semalam kini kembali melintas di ingatannya. Keringat bercucuran di pelipis keningnya saat mengingat Wajah pria yang begitu sangat kejam dan juga keji telah memperkosanya. 

"Iya sih, kamu belum terbiasa kerja malam sampai pagi. Ya sudah, bila begitu kamu istirahat aja," ucap Lala yang memahami kondisi Nadira.

"Makasih ya la," ucap Nadira yang begitu sangat senang.

"Iya, nanti aku akan meminta izin ke bos. Istirahatlah," ucap Lala.

"La, makasih ya," ucap Nadira.

"Iya, aku mau lanjutin kerjaan dulu bay," ucap Lala yang memutuskan sambungan telepon tersebut. 

Nadira meletakkan ponsel miliknya di atas tempat tidur. Nadira menagis sejadi-jadinya ketika menyadari apa yang semalam di alaminya. "Ayah, ibu Dira rindu. Seandainya ibu ada di sini, Dira ingin memeluk ibu dan ayah. Ibu, ayah maafkan Dira yang sudah mengecewakan ibu. Dira sudah gagal menjaga diri Dira." Ucap Nadira yang menagis. Nadira tidak tau apa yang harus dilakukannya. 

Nadira kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur ketika ia merasakan kepalanya yang terasa amat sakit. "Bagaimana cara menghilangkan bekas memar seperti ini," ucap Nadira yang memegang pipinya. Nadira mengambil ponselnya dan mencari di g****e. Cara menghilangkan memar dan lebam dengan cepat. Setelah membaca beberapa artikel Nadira meletakkan ponselnya di atas tempat tidur dan pergi ke kamar mandi.

"Sakitnya." Nadira meringis menahan rasa perih di bagian intinya. Kepalanya juga begitu sangat pusing dan sakit. 

Nadira masuk ke kamar mandi mengambil air dingin untuk mengompres wajahnya. Nadira keluar dari dalam kamar mandi dengan berjalan sangat pelan. Rasa perih di bagian inti miliknya membuat jalannya sangat tidak nyaman. 

Nadira menyiapkan beberapa kain yang bisa di jadikan nya kompres. Kain-kain itu dimasukkan ke dalam ember kecil dan meremasnya. Nadira mengompres bagian pipinya kiri dan kanan, kening, leher dan pergelangan tangannya. "Moga aja bisa cepat hilang memarnya," ucap Nadira yang memejamkan matanya. "Rasanya sangat sakit. Kepala aku juga pusing. Kalau ke dokter bisa kena berapa ya. Aku juga mau minta obat menghilangkan memar dengan cepat. Tapi pasti mahal, Aku gak ada uang. Mana gajian masih 1 Minggu lagi. Nanti saja lah bila rasa pusingnya masih gak hilang, aku beli obat sakit kepala atau obat penghilang rasa sakit di warung.  Paling cuma 2.000," ucap Nadira yang menekan-nekan kompres di wajahnya. "Duh, sakit," ucap Nadira saat mengompres bagian sudut bibirnya yang luka. 

***

Arga memandang jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Pria itu berinsut duduk dan membuka pintu dengan remot yang ada di tangannya.

 "Maafkan saya mengganggu tidur anda," ucap Iswandi yang masuk ke dalam kamar dan berdiri tidak jauh dari tempat tidur yang saat ini ditempati oleh Arga. Pria itu terpaksa mengganggu tidur bosnya karena mereka ada pertemuan penting nanti jam 9. 

"Apa kau sudah menyiapkan pakaianku,"  tanya Arga memandang asistennya.

"Sudah Tuan," ucap Iswandi yang membawa paper bag di tangannya.

"Tunggulah di luar aku akan bersiap-siap sebentar." Arga masih duduk di tempat tidur dengan menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur.

"Baik Tuan," jawab Iswandi.

"Iswandi," ucap Arga memanggil asisten pribadinya tersebut.

"Ada apa Tuan," ucap Iswandi yang kembali membalikkan tubuhnya dan memandang kearah Arga.

"Bagaimana dengan si penghianat itu?" ucap Arga yang menanyakan tentang Tio.

"Saya sudah memerintahkan orang kita untuk menghabisinya seperti yang Anda minta," ucap Iswandi menjelaskan.

"Kamu ingat, aku tidak ingin berurusan dengan pihak yang berwajib. Jadi semua urusan itu harus diselesaikan sebaik mungkin."

"Bagaimana dengan keluarga Tio, tuan?"  tanya Iswandi.

"Urusan aku dengan dia sudah selesai. Biarkan saja keluarganya hidup," ucap  ucap Arga yang memang tidak ingin mencari keluarga Tio.

"Baik Pak," jawab iswanti yang berencana pergi meninggalkan kamar tersebut. 

"Iswandi," ucap Arga yang kembali memanggilnya.

"Ya Pak." Iswandi menghentikan langkah kakinya.

"Perintahkan Teddy menunggu saya di ruangan saya. Saya ingin berbicara dengannya." Arga ingin menanyakan tentang petugas kebersihan semalam. 

"Baik, apa ada yang lain lagi pak?" Tanya Iswandi.

"Tidak ada, keluarlah."  Arga memberi isyarat tangannya agar asistennya keluar dari kamar tersebut. 

"Baik pak," Jawab Iswandi yang pergi meninggalkan kamar tersebut dan menutup pintunya dengan sangat rapat.

Arga beranjak dari atas tempat tidur dan memandang bercak darah yang ada di atas sprei. Gadis itu masih sangat muda dia juga masih perawan. Apa dia sengaja dikirim ke sini agar tidak dicurigai. Atau dia sengaja ingin menjebak aku?"  Arga  masih menganggap bahwa wanita semalam adalah orang suruhan.

Pria itu mengambil handuk dan melingkarkan handuk itu di pinggangnya. Arga masih mengingat   peristiwa yang terjadi semalam. Arga mengusap wajahnya dengan sangat kasar ketika dirinya Mengingat bahwa tubuhnya masih menginginkan gadis itu. " Aku tidak boleh terjebak dengan permainan musuhku. Aku yakin wanita itu itu akan jerah menjadi mata-mata. setelah apa yang aku lakukan kepadanya." Arga berucap dengan tersenyum mengangkat sudut bibirnya sebelah kanan.

***

"Permisi tuan, apa anada memanggil saya?" ucap Teddy yang masuk ke ruangan Arga.

"Duduk," ucap Arga.

Dengan wajah yang pucat dan keringat yang  basahi pelipis keningnya Teddy duduk di depan pria penuh kuasa itu. Teddy begitu sangat takut bila dirinya dipanggil secara mendadak seperti ini. Bos besarnya akan memanggilnya bila   terjadi masalah di ditempat hiburan malam yang menjadi tanggung jawabnya.

"Aku ingin data karyawan yang bertugas menjadi pembersih toilet," ucap Arga memandang Teddy.

"Baik tuan, saya akan mengambilnya," ucap Teddy yang yang beranjak dari kursi dan dengan sangat cepat keluar dari ruangan tersebut. Teddy berusaha untuk berlari ke ruangannya dan mengambil berkas yang semalam diberikan oleh Nadira kepadanya. Teddy sangat mengetahui bahwa bosnya tidak suka bila dirinya lambat sedikit saja.

Teddy masuk kembali ke ruangan Arga dengan nafas yang terdengar ngos-ngosan. "Ini tuan," ucap Teddy yang menyerahkan amplop berwarna coklat tersebut. 

"Namanya Nadira, dia baru bekerja di sini satu hari," ucap Teddy menjelaskan.

"Perempuan?" tanya Arga. 

"Iya tuan, Dia perempuan," ucap Teddy.

"Kau menerima pembersih toilet perempuan?" tanya Arga yang memandang Teddy. Arga memandang Teddy dengan mengecilkan matanya dan mengerutkan keningnya. 

"Untuk petugas pembersih toilet, kita tidak ada persyaratan perempuan atau laki-laki Pak dan Bapak mengatakan hal itu. Karena alasan itu saya menerima dia bekerja di sini. Saya sudah tidak bisa menemukan pembersih toilet laki-laki, Kebanyakan mereka hanya sanggup bekerja dua atau tiga hari saja. Waktu itu saya meminta Lala untuk mencarikan pembersih toilet. Saya mengira yang Lala katakan yang akan menjadi pembersih toilet itu laki-laki, namun saat Lala datang ke sini bersama dengan seorang wanita.  Ternyata yang mendaftar untuk menjadi pembersih toilet perempuan," ucap Teddy.

"Aku begitu sangat mencurigai wanita itu," ucap Arga.

Teddy diam ketika mendengar ucapan Edgar.

"Apa saja yang kamu ketahui tentang dia?" tanya Arga 

"Dia kerja di toko pakaian sama dengan Lala dan Lala mengenalnya sudah lebih 1 tahun.  ucap Teddy menjelaskan sedikit informasi yang didapatnya dari Lala ketika dia sudah menerima Nadira.

"Aku tidak ingin kamu memecatnya. Biarkan dia bekerja di sini, bila dia masih datang untuk bekerja. Namun bila dia tidak datang lagi untuk bekerja di sini maka biarkan saja. Laporkan kepada aku setiap gerak-gerik yang dilakukannya." Ucap Edgar memerintah 

"Baik Pak," jawab Teddy yang menganggukkan kepalanya.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mulyanto
selingkuh itu indah tak seindah istri pertama yg susah payah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status