Share

4. mendesah 21+

Author: Mira2207
last update Last Updated: 2025-07-30 09:23:42

Almira mengenakan gaun tipis berwarna putih yang membungkus tubuh langsingnya dengan indah, rambutnya yang masih basah menambah kesan segar.

Alexander, yang baru pulang kerja, merasakan aroma floral yang menenangkan dari tubuh Almira. Dengan lembut, dia memeluknya dari belakang, menempelkan dagunya di pundak Almira sambil memejamkan mata, menikmati kedekatan itu.

"Kamu selalu tahu bagaimana membuatku terpikat," bisik Alexander dengan nada hangat.

Almira tersenyum, membalikkan badan agar bisa berhadapan dengan suaminya. "Itu harus, agar kau tidak pernah berpaling dariku," jawabnya sambil menatap dalam ke mata Alexander.

Alexander mendengar kata-kata itu, terkejut sejenak. Dia berusaha menyembunyikan keterkejutannya, tapi matanya sedikit terbelalak. 'Tidak berpaling?' pikirnya, seraya mengingat bahwa dia telah menjadikan Almira sebagai istri keduanya. Wajahnya berusaha keras mempertahankan senyum.

"Bagaimana hari mu di kantor tadi,?" tanya Almira, mengalihkan topik, sambil tangannya yang halus menyentuh pipi Alexander.

Alexander menghela napas, lalu tersenyum. "Sibuk, tapi selalu lebih baik saat aku pulang dan menemukanmu di rumah," jawabnya, mencoba kembali ke suasana harmonis mereka.

Namun dalam hati, pertanyaan Almira tadi masih bergema, menimbulkan gelombang kecil ketidaknyamanan yang dia coba tekan.

"Bagaimana kalau kita melepas rindu hm,?"goda Almira, tangannya yang halus bermain di dada bidang suaminya.

Almira meresapi detik-detik indah ini, tangannya bergerak lembut di dada bidang Alexander, memainkan jari-jarinya untuk membentuk pola-pola abstrak yang hanya mereka yang mengerti.

Almira mencoba menikmati tiap hela nafas dalam dekapan hangat Alexander, berharap bahwa kehangatan itu akan menjadi jawaban atas segala kerinduan yang ada di dalam hatinya.

"Nakal sekali, istriku ini rupanya,"bisik Alexander dengan suara yang serak karena terbakar gairah yang di lakukan oleh istrinya itu.

"Bukannya kau suka sekali dengan istri mu yang nakal seperti ini hm,?" ujar Almira, dia tahu bahwa suaminya sudah terpancing dengan apa yang dia lakukan.

Di kamar yang remang-remang, suasananya kini hanya dipenuhi oleh suara nafas yang memburu dan desahan kecil.

Alexander, dengan tatapan yang mendalam, menarik leher Almira mendekat. Segera, kedua bibir mereka bertemu dalam sebuah ciuman yang menggebu-gebu.

Alexander, dengan keahlian yang memabukkan, menguasai irama ciuman itu. Almira, tidak kalah, membalas dengan semangat yang sama besar.

Ciuman mereka bukan hanya pertukaran rasa rindu yang telah lama terpendam, tetapi juga pengekspresian gairah yang tak terbendung lagi.

Setiap helaan nafas, setiap desahan, semakin menambah intensitas momen yang mereka alami bersama.

Di antara remang cahaya kamar, kedua sosok itu kini terlibat dalam tarian asmara yang hanya mereka yang tahu akhirnya.

"Aah!" desahan Almira terdengar saat bibirnya dilepaskan oleh Alex. Bibir basah Alex kemudian mulai menjamah leher jenjang milik Almira.

Namun, alih-alih merasa takut atau malu, Almira seakan merasa dilematis dengan perasaannya. Di satu sisi, ia merasakan sensasi kehangatan yang menyebar di tubuhnya, membuatnya merasa nyaman dan aman.

Disisi lain, dia memikirkan tentang suaminya itu. Apakah Alexander tidak lelah karena habis melakukan perjalanan bisnis? Apakah suaminya tidak ingin beristirahat terlebih dahulu?

Namun pemikiran itu terhenyak begitu saja, kini yang ada di dalam pikirannya hanya menuntaskan kerinduan yang sudah amat lama dia rasakan.

Almira merasakan sentuhan Alexander yang hangat di lehernya, setiap inci kulitnya terasa dijelajahi dengan penuh perhatian.

Tangannya yang besar meremas puncak dadanya dengan lembut, membuat Almira tak bisa menahan desahan halus yang keluar dari bibirnya. Desahan itu, entah bagaimana, semakin membangkitkan gairah Alex yang sudah terbakar.

Dengan gerakan yang terampil dan cepat, Alexander melucuti gaun malam Almira, menampakkan kulit mulus yang tersembunyi.

Dia menggenggam tangan Almira, membimbingnya perlahan menuju ranjang yang telah menjadi saksi bisu akan banyak malam penuh kasih mereka berdua.

Sinar bulan yang remang-remang menembus jendela, memberikan nuansa mistis dalam kamar yang hening itu. Almira terbaring lemah di ranjang, matanya setengah terpejam, napasnya terengah-engah mengikuti irama yang ditentukan oleh Alex.

Alexander, dengan lembut namun penuh nafsu, menelusuri setiap lekuk tubuh Almira. Dia mencium leher Almira dengan bibirnya yang lembab, membuat Almira meremang.

Dengan gerakan yang hampir ritualistik, Alexander melanjutkan eksplorasinya, turun ke dada Almira. Setiap sentuhan Alexander terasa seperti bara yang membakar kulitnya, namun Almira tidak berdaya untuk melawan kenikmatan yang dibawa oleh setiap gesekan itu.

Bibir Alexander bergerak dengan keahlian, seolah-olah dia sedang membaca sebuah peta yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri.

Almira, yang kini benar-benar terbuai, mendesah kecil. Tangannya mencari pegangan, mencengkeram sprei putih yang kini sudah kusut karena pergerakan mereka.

Di luar sana, angin malam berhembus lembut, namun di dalam kamar itu, badai emosi dan hasrat sedang berkecamuk, mengguncang dasar-dasar rasa dan kenyamanan.

Di ruangan yang temaram hanya diterangi oleh lilin-lilin beraroma, suara desahan lembut terdengar mengiringi gerakan Alexander yang penuh perhatian.

Lidahnya menari-nari di atas perut ramping Almira, memberikan jilatan yang sangat lembut, seolah sedang merayu setiap inci kulitnya. Dengan gerakan yang semakin berani, Alexander memindahkan kepalanya ke arah yang lebih intim.

Dia menatap sejenak ke arah pusat kenikmatan Almira, matanya berbinar-binar, penuh kekaguman dan keinginan yang tak tersembunyi.

Almira, yang merasakan setiap sentuhan Alexander, menggigil pelan, tanda kenikmatan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ruangan itu dipenuhi dengan aura cinta yang mendalam dan intens, sebuah simfoni keintiman yang hanya mereka berdua yang mengerti.

"Hm, pasti nikmat,"ucap Alexander dengan suara yang memberat.

Alexander menundukkan kepalanya untuk menyentuh bagian nikmat istrinya itu, dia menjulurkan lidahnya untuk menjilat setiap poros daging kenyal berbentuk indah itu.

Almira merasakan sensasi yang luar biasa, tubuhnya merespons dengan intensitas tinggi saat mereka semakin dekat.

"Aaaaah... Sayang!" desah Almira dengan penuh hasrat, mengungkapkan rasa kenikmatan yang tak terbendung.

Dia merasakan semilir angin yang menggetarkan tubuhnya saat Alexander terus memanjakan tubuhnya yang rapuh itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Desah Nikmat Istri Simpanan   6. lanjut gerah21+

    "Aaaaah!"desah Almira saat alat vital besar itu mulai memasuki inti tubuhnya, walaupun belum sepenuhnya masuk, tapi rasanya sudah menusuk hingga dinding rahim. "Ougghhhh!"desah Alexander, dia merasa sangat nikmat saat miliknya sudah masuk sepenuhnya kedalam huanian nikmat milik istrinya itu. Dengan perlahan, Alexander mulai menggerakkan pinggulnya, menciptakan ritme yang lembut dan penuh kasih. Setiap sentuhan yang diberikannya terasa hangat, menyusup ke dalam relung hati Almira. "aaahhh Alexander, ah itu nikmat. lanjutkan sayang, aku suka," desah Almira dengan meminta suaminya terus bergerak di atas tubuhnya. "iya sayang, aku akan memuaskan mu malam ini. persiapkan dirimu untuk ronde ronde berikutnya sayang," jawab Alexander, dia terus menghentakan milik Almira dengan pusaka kokoh miliknya. "aku akan selalu siap honey. kenikmatan itu selalu aku nantikan," ujar Almira, dia sudah biasa melayani sang suami dengan beberapa ronde. bagi Almira melakukan hubungan badan itu adala

  • Desah Nikmat Istri Simpanan   5. basah 21+

    Almira mendongakan kepalanya saat lidah hangat Alexander mulai menjelajahi area inti dari tubuhnya, rasa hangat dan nikmat tentu saja dia rasakan di sana. Lidah itu naik turun dan memutar secara teratur, ritme yang pelan dan cepat di lakukan untuk menikmati inti tubunya. Alexander, pria itu terus bergerak di bawah sana. Dia memang sangat suka dengan benda favorit dari tubuh sang istri. inti tubuh yang wangi itu sangat membuat dia bernafsu, milik sang istri yang mempesona itu membuat pusaka besar miliknya selalu mengeras karena nafsu yang tinggi. Kamar yang di terangi dengan cahya remang, menambah intenstasi kedua pasangan suami istri itu untuk bergelut dengan hangat hingga bertukar peluh. Tangan Alexander tidak tinggal diam saja, tangan kokoh itu mulai meraba kulit tubuh Almira, mulai dari mengusap bagian kulit paha hingga pinggang ramping istrinya itu. Tangan itu terus bekerja untuk memberika setuhan yang membuat Almira meremang. Almira hanya bisa mendesah dengan lirih namun

  • Desah Nikmat Istri Simpanan   4. mendesah 21+

    Almira mengenakan gaun tipis berwarna putih yang membungkus tubuh langsingnya dengan indah, rambutnya yang masih basah menambah kesan segar. Alexander, yang baru pulang kerja, merasakan aroma floral yang menenangkan dari tubuh Almira. Dengan lembut, dia memeluknya dari belakang, menempelkan dagunya di pundak Almira sambil memejamkan mata, menikmati kedekatan itu. "Kamu selalu tahu bagaimana membuatku terpikat," bisik Alexander dengan nada hangat. Almira tersenyum, membalikkan badan agar bisa berhadapan dengan suaminya. "Itu harus, agar kau tidak pernah berpaling dariku," jawabnya sambil menatap dalam ke mata Alexander. Alexander mendengar kata-kata itu, terkejut sejenak. Dia berusaha menyembunyikan keterkejutannya, tapi matanya sedikit terbelalak. 'Tidak berpaling?' pikirnya, seraya mengingat bahwa dia telah menjadikan Almira sebagai istri keduanya. Wajahnya berusaha keras mempertahankan senyum. "Bagaimana hari mu di kantor tadi,?" tanya Almira, mengalihkan topik, sambil tan

  • Desah Nikmat Istri Simpanan   3. Pulang ke Italia

    Matahari pagi baru saja menyingsing, dan Alexander sudah berkemas dengan rapi. Pakaian yang terpilih khusus untuk perjalanan ini tersusun rapi di dalam koper miliknya. Dia melirik ke arah Camille yang masih terlelap dalam dekapan mimpi, lalu perlahan dia mencium keningnya. "Maafkan aku, Camille," gumamnya pelan, hampir tak terdengar. Alexander melangkah menuju ruang tamu dan mengambil telepon genggamnya. Dia mengetik pesan singkat kepada Almira, "Aku dalam perjalanan, sayang. Sampai jumpa nanti sore." Setelah itu, dia memasukkan ponselnya kembali ke saku dan mengambil kunci mobil. Sebelum meninggalkan rumah, Alexander berpaling sekali lagi memandang istri pertamanya yang masih terlelap. Ada rasa bersalah yang menggelayut di hatinya, namun segera dia mengusirnya. Dia mengingatkan dirinya sendiri tentang masalah yang katanya terjadi pada anak perusahaannya di Italia. Camille tentu akan mengerti, pikirnya. Alexander mengemudi menuju bandara dengan pikiran yang melayang ke sos

  • Desah Nikmat Istri Simpanan   2. istri kedua

    Almira Vionzela adalah sosok yang memikat hati banyak orang dengan kecantikannya yang alami. Tinggi badannya yang mencapai 168 cm menambah pesona elegannya. Walaupun memiliki paras yang menawan, Almira tetaplah wanita yang sederhana dalam segala hal. Kehidupan di Polandia yang penuh hiruk pikuk ditinggalkannya setelah ia menikah dengan Alexander Nalendra, seorang pria yang telah lama mengagumi kecantikan sekaligus kesederhanaan Almira. Setelah pernikahan, mereka memutuskan untuk pindah dan menetap di Italia, Di sana, Almira menjalani kehidupan yang jauh dari kebisingan ibu kota. Di tengah hutan itu, dia dan Alexander membangun kehidupan bersama yang penuh harmoni dan cinta. Walaupun terpisah dari hingar bingar kota, Almira tidak pernah merasa kehilangan. Di sudut kota yang ia tinggali, telah memberikan kedamaian yang selama ini dia cari. Kehidupannya bersama Alexander di tempat itu adalah gambaran nyata dari impian yang telah lama dia harapkan. Di tengah malam yang sunyi, Almira

  • Desah Nikmat Istri Simpanan   Bab 1. Alexander Nalendra 21+

    Dari luar seorang pria berjas hitam masuk dengan cepat, dia membungkukan badannya untuk menghormati bos nya. "Tuan, sebentar lagi meting akan dilaksanakan,"ucap pria itu yang tak lain adalah asisten Alex, Satria. "Hm, tunggu saya di rumah meting sepuluh menit lagi,"jawab Alex, yang langsung diberi jawaban oleh satria dengan anggukan kepala. "Baik tuan,"Satria keluar dari ruangan Alexander dengan cepat, dia akan menunggu bos nya itu di dalam ruang rapat. Alex perlahan-lahan bangkit dari kursinya, menarik nafas dalam-dalam seiring dengan langkah Satria yang menghilang ke balik pintu ruangan. Dengan gerakan yang terukur, dia merapikan jas yang melingkar di tubuhnya, memastikan setiap lipatan duduk dengan sempurna. Lalu dengan penuh tekad, dia melangkah menuju ruang meeting, membawa beban pikiran tentang diskusi yang akan terjadi. ** Alex menyetir mobilnya dengan pikiran yang melayang jauh. Tangan kanannya yang menggenggam kemudi terasa kaku, sementara matahari terbenam mu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status