Share

Cafe Jodoh

Ibu Kos Roselia sudah memutari seluruh kos miliknya. Setiap lorong dia amati sampai nyaris copot matanya. Namun tidak ketemu. Di mana tadi dia meletakkan kunci kamar itu.

Gadis ini menemukannya, tidak sampai sepuluh menit mencari. Gadis ini benar-benar pintar mencari barang.

“Di mana Mbak kuncinya?” tanya ibu kos.

Roselia menunjukkan sebuah tempat yang luput dari perhatian ibu kos. Di jari kelingking milik perempuan paruh baya itu.

Ibu kos melihat ke arah mana Roselia menunjuk, ke tangannya. Ketika dia melihat sebuah ring bulat dan sebuah kunci bergantung di ring tersebut.

“Astaga, bagaimana bisa ada di sini?” teriak ibu kos heran.

Roselia hanya tersenyum kecil. Dia tidak tahu bagaimana bisa kunci itu tergantung di jarinya, dan dia tidak sadar sama sekali.

“Maklum Mbak, sudah tua,” kata ibu kos malu. Dia mengucapkan terima kasih pada Roselia. Kemudian Roselia kembali ke kamarnya.

Matanya menyipit ketika membaca sebuah pesan dari klien. Targetnya besok akan ada di Cafe Jodoh, reuni dengan teman sekolahnya. Aha! Roselia akan datang ke sana.Dia melupakan besok ayahnya juga mengajak bertemu. Roselia memang begitu, urusan keluarganya selalu menjadi yang paling belakang untuk dipikir.

 ***

Roselia dibangunkan oleh dering telepon yang melengking. Sambil merem dia meraba-raba kasur untuk menemukan ponselnya. Ketika dia menemukannya di bawah bantal, dia mengangkatnya masih dalam kondisi setengah sadar.

“Halo?” sapa Roselia.

“Kamu nggak kuliah hari ini?” tanya suara di seberang sana.

“Hari ini libur kuliahnya,” jawab Roselia tanpa pikir panjang.

“Dosenmu lagi pergi. Ya udah, sekarang ayah ada di depan kosmu. Cepat kemari!”

Roselia langsung melek. Ayah? Dia melototi nama yang tertera di ponselnya, dia sedikit menyesal kenapa tidak membuka mata dahulu sebelum bicara.

“Roselia?” panggil ayahnya di depan pintu kamar.

Roselia melompat dari tempat tidr. Dia menempelkan telinganya ke pintu. Dia berharap dia salah dengar.

“Roselia,” panggil ayahnya diringi ketukan pintu yang lebih keras.

Roselia membuka pintu sedikit. “Ya, ayah?” Dia tersenyum malu.

Ayahnya melongok ingin melihat isi kamar. Tetapi Roselia menutupi dengan badannya.

“Kau ini sedang apa?” tanya ayahnya. “Kau tak biarkan ayah masuk?”

Roselia menoleh ke isi kamar, semuanya berantakan. Tadi dia sibuk memilih baju dan dandanan yang akan dia gunakan untuk pergi ke cafe jodoh. Dan belum dia bereskan. Semua baju, wig, peralatan make up masih tergelatak di lantai beserta bungkus- bungkusnya.

Ayahnya bisa gila melihat pemandangan ini, batinnya.

“Sebentar ya ayah,” kata Roselia menutup pintu.

Roselia menyambar baju terusan sederhana dan mengikat rambutnya. Dia keluar kamar.

“Ayo Yah, kita ke café depan,” ajak Roselia.

Ayahnya memandang Roselia dengan tatapan bingung.

“Kamarmu pasti kayak kapal pecah!” tebak ayahnya. “Seharusnya jadi anak kos, itu harus lebih rapi. Gini kok, ayah tidak boleh khawatir…”

“Ayah, di situ ada jus enak. Ayah suka jus alpukat kan? Roselia pesankan dulu ya.”

Baru saja dia berbalik cepat dia menabrak sesuat yang keras, tapi wangi. Pantat Roselia belum menyentuh lantai, sebab kedua tangannya dipegang erat oleh seseorang.

“Roselia,” teriak ayahnya.

“Kau tidak apa-apa?” tanya lelaki itu.

Roselia menelan ludah. Dia hanya tersenyum kaku.

“Maaf ya Mas, ini anak emang ceroboh. Bisa-bisanya jalan tanpa melihat ke depan,”kata ayahnya.

Lelaki itu tersenyum dan mengatakan tidak masalah.

Roselia menunduk malu.

“Mbak, nggak apa kan?” ulang lelaki itu.

“Roselia, ditanya itu dijawab!” kata ayahnya.

Roselia tersenyum. “Iya tidak apa-apa.”

Dia memandang ayahnya. Kemudian menunduk lagi ke arah lelaki itu. Roselia malu, dia bahkan tidak mengenakan bedak atau lipstik. Wajahnya berantakan.

“Maaf, tadi aku eh saya kurang hati-hati,” kata Roselia masih menatap sandal jepitnya.

Lelaki itu hanya mengangguk. “Iya, saya permisi dulu. Mari pak,” kata lelaki itu pada ayah Roselia.

Roselia hanya mengagguk angguk.

“Kamu ini, kok menunduk terus, diajak omong orang lain,” gerutu ayahnya.

Roselia tidak mendengarkan perkataan ayahnya. Dia mengutuk dirinya sendiri, baginya pantang buat orang lain untuk melihat wajah aslinya. Sebab dia tidak ingin mereka melihat wajahnya, apalagi mengenali bahwa dia adalah Detektif Cinta.

 ***

Roselia mengantarkan kepergian ayahnya ke depan kos. Setelah menyimpan benda-benda kiriman ibunya di dalam kamar. Ayahnya berjalan duluan ke depan. Roselia membetulkan riasan wajahnya. Dia memakai lipstik tipis, pelembab wajah, dan menebalkan alisnya.

Roselia melihat ayahnya sedang bicara dengan seseorang di depan, hanya sebentar. Lelaki itu kemudian pergi, Roselia tidak sempat menamatkan wajahnya.

“Ayah kok kenal dengan penghuni kos?” tanya Roselia begitu tiba di depan gerbang.

“Itu mas yang kamu tabrak tadi di depan kos, dia dokter hewan, baru pindah di sini. Sepertinya anak baik. Tadi ayah minta tolong, untuk bantu jagain kamu,” kata ayahnya.

“Apa? Aku bukan anak kecil, Yah,” kata Roselia kesal. “Lagipula aku nggak kenal dia.”

Tin tin! Sebuah mobil berhenti di depan kos Roselia.

“Jemputan ayah sudah tiba, kamu baik-baik ya. Jangan kecewakan ayah!” pesan ayahnya.

Roselia mengangguk, dia menyalami dan mencium tangan ayahnya.

Begitu ayahnya masuk mobil, dan mobil bergerak menjauh. Roselia melihat jam tangan, dan melesat kembali ke kamar.

Dia harus bersiap-siap pergi ke Café Jodoh.

 ***

Roselia memiliki wajah yang cantik, dengan pipi tembemnya. Kulitnya kuning langsat bak putri keraton. Namun semua itu harus dia sembunyikan kali ini. Dia belum tahu seperti apa targetnya, jadi lebih baik berpenampilan yang tidak mencolok.

Roselia berpikir lelaki selalu suka dengan wanita cantik, dengan pakaian yang menarik, apalagi kalau seksi, pasti selalu diperhatikan. Untuk itu Roselia mengambil konsep Betty La Fea.

Rambut yang digerai dan sedikit kusut, gigi berbehel, dan juga kacamata. Dia menambahkan poni di dahinya, menambahkan kesan culun. Baju yang dia ilih juga hanya kemeja  kotak-kotak lengan panjang dipadukan dengan celana jeans biru yang usang.

Setelah berputar- putar di depan cermin, Roselia merasa puas. Dia bebalik, memunggungi cermin.

“Oh astaga, ini berantakan sekali. Gadis ini benar-benar perlu diberi kelas kebersihan,” kata Roselia.

Dia kemudian tersenyum dan mengulangi perkataan itu dengan beberapa nada suara. Setelah dirasa pas. Dia memesan taksi untuk pergi ke café jodoh.

 Kliennya memberi pesan, bahwa target akan berada di café jodoh, dengan mengenakan baju biru.

Roselia merasa jantungnya berdegup kencang. Dia memantapkan hati, kepribadiannya harus disesuaikan dengan penampilannya. Gadis yang lemah, pemalu dan tidak enakan.

Dia memesan taksi. Dia keluar dengan jaket besar dan mengenakan tudung. Dia tidak ingin ada mengawasi kepergiannya, dan bertem suatu saat di tempat tak terduga.

Setengah jam kemudian Roselia sampai di Café jodoh. Cafenya berlantai dua, di lantai satu ada kolam renang. Café ini pasti bukan café biasa, melainkan café golongan orang elit. Roselia memasuki café dengan sedikit gugup.

“Silahkan mau pesan apa?” tanya pramuniaga.

“Mocha Latte,” jawab Roselia.

“Atas nama pesanan siapa?” tanya pramuniaga lagi.

“Daisy,” jawab Roselia mantap dan tersenyum. Namanya hari ini adalah Daisy. Seorang gadis yang kuliah di jurusan keguruan. Dia datang ke sini menunggu seorang lelaki. Siapa lelakinya? Tidak ada. Itu hanya karangan Roselia aja.

Roselia mengedarkan pandangan ke Café Jodoh. Banyak lelaki yang mengenakan baju biru. Targetnya yang mana? Roselia memutuskan duduk di teras lantai dua. Dia lebih leluasan melihat pemandangan dari atas.

Roselia mengirimkan pesan pada klien, untuk mengirimkan foto target.

 Sebuah foto dikirim ke ponsel Roselia.

Foto beberapa lelaki sedang berpose seperti klub pemain bola.

               

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status