Share

Salah Orang

Roselia memasuki toilet setengah berlari. Bagaimana mungkin, Halim mengenali dirinya. Roselia mematut ke cermin. Dia memeriksa riasan maupun baju yang dipakainya. Semuanya tidak sama setiap harinya. Kenapa, kenapa Halim bisa mengenalinya?

Roselia harus segera pergi dari sini dan menyusun rencana lain. Roselia melepas kacamata dan wignya. Dia menejejalkan keduanya ke dalam tas. Dia keluar dari toilet. Begitu memasuki lorong, Roselia kaget, Halim berdiri di sana.

“Sedang apa kau? Kau penguntit ya?” Roselia meletakkan tasnya di depan dada.

 Halim tertawa. “Bukannya kebalik, kau yang menguntitku,” balas Halim.

Halim bergerak maju, Roselia mundur dan merapat ke dinding. Tasnya di dekap erat di dadanya. “Apa… apa yang mau kau lakukan?” kata Roselia gemetar.

Roselia terjepit di dinding, dan berdiri diapit dua tangan Hamil. Roselia merapatkan tasnya ke dada.

“Kalau kau melepas wig ini, aku baru bisa mengenali wajahmu seutuhnya,” kata Halim lembut.  “Roselia...”

Mata Roselia melebar. “Ba..bagaimana kau tahu namaku?”

Halim memalingkan muka, tapi Roselia sekilas melihat senyumnya. Lelaki ini, mempermainkannya.

Roselia berniat menendang lelaki ini dengan sepatunya yang berujung lancip. Baru saja dia akan mengumpulkan kekuatan di kaki, seseorang berteriak minta tolong.

“Tolong!” Seru seseorang.

Halim melepaskan Roselia begitu saja, dan berlari dengan kaki panjangnya ke arah suara itu. Ini kesempatan buat Roselia untuk kabur, dan tidak akan kembali ke Café ini lagi. Namun kakinya tak menuruti pikirannya. Seolah kaki tersebut memiliki kehendak sendiri. Kakinya malah membawanya mengikuti Halim.

Seorang lelaki bertubuh kekar tergelatak di kursi dengan mulut berbusa.

Beberapa orang lain terlihat menonton saja, dengan wajah ngeri. Roselia mleihat Halim memeriksa denyut nadi orang itu, kemudian dia menelpon ambulance.

Roselia mendekat dan mengamati makanan yang ada di meja. Dia mengambil beberapa foto makanan juga posisi orang tersebut.

“Apa yang kau lakukan, Roselia?” tanya Halim mencekal tangan Roselia.

“Hanya untuk jaga-jaga saja,” kata Roselia. “Sebaiknya kau juga lapor polisi,” saran Roselia.

Halim mendengus geli. “Kau ini apa? Detektif? Ada orang sekarat Roselia, jangan bermain-main dengan nyawa,” ancam Halim.

Roselia berdecak. Tangannya ditarik menjauh dari tkp.

“Sebaiknya kau di sini, kita akan melanjutkan pembicaraan kita nanti,” kata Halim.

“Aku tidak mau. Tidak ada yang perlu dibicarakan. Aku pergi,” kata Roselia.

“Kau boleh pergi sekarang, Roselia. Tetapi aku akan menemukanmu,” gumam halim.

Roselia tidak pergi dari Café, melainkan bersembunyi di dekat sebuah pot bunga besar depan Cafe di pinggir jalan.

Begitu mobil polisi dan ambulan tiba di lokasi. Roselia keluar dari persembunyiannya, dia mencari-cari seseorang. “Dafin!” panggil Roselia.

Lelaki berambut gondrong, dengan pakaian normal keluar dari mobil dan menoleh saat namanya dipanggil. Dia mengernyit ketika melihat Roselia ada di sana.

“Kau sedang apa? Jangan bilang kalau ini ada hubungannya?” tebak Dafin.

“Aku kebetulan saja ada di sini, nanti kasih tahu hasil pemeriksaannya ya?” pinta Roselia.

“Kau ini apa, jurnalis?” ejek Dafin.

“Oh ayolah Dafin. Kau temanku yang paling baik,” rayu Roselia.

“Kita lihat nanti,” jawab Dafin. Dia menoleh ke arah pintu masuk. Semua rekannya sudah masuk ke dalam Café. Petugas ambulan juga sudah membawa tandu untuk membawa korban ke dalam mobil. “Aku pergi dulu!”

“Telepon aku ya,” teriak Roselia.

Dafin hanya mendesah dan mengangkat satu tangannya.

 ***

“Korban keracunan makanan. Ada semacam zat berbahaya yang dimasukkan ke dalam makanannya. Kau sudah makan?”

Begitu pesan dari dafin ke ponsel Roselia. Roselia memeriksa foto yang dia ambil tadi. Dia merasa aneh, Café tersebut tidak menyediakan sate di menunya. Berarti orang itu membawa sate dari luar Café dan memakannya di sana.

Roselia memutuskan untuk menelpon Dafin.

“Ada apa? Aku sibuk harus membuat laporan?” kata Dafin ketus.

Roselia merengut. “Aku belum makan. Tadi kan kau tanya.” Roselia bisa mendengar Dafin tertawa.

“Itu kan hanya basa-basi. Kalau belum makan, ya kamu beli. Masa harus aku yang belikan?” ejek dafin.

“Uangmu kan lebih banyak,” kata Roselia.

Dafin tertawa lagi. “Boleh saja. Tapi kau harus membayar degan tubuhmu ya,” kata Dafin.

“Mati saja kau!” jawab Roselia menutup telepon dengan kesal.

Ting! Ponsel Detektif Cinta berbunyi.

Buru-buru Roselia memeriksa pesan dari kliennya. Dia mengirimkan beberapa foto Halim kepada kliennya. Dia berharap kliennya senang dengan hasilnya.

Selamat detektif cinta. Aku berterima kasih sekali karena kau bekerja begitu keras. Tetapi aku minta maaf. Foto yang kau kirimkan hari ini ternyata bukan foto orang yang akan dijodohkan oleh keluargaku. Ini foto lelaki yang akan dijodohkan denganku.

“Apa? Tetapi kok bisa salah?” gerutu Roselia. Dia membuka foto yang dikirimkan oleh kliennya. Foto lelaki itu, dia pernah melihatnya. “Tunggu, ini kan lelaki berjaket merah yang meminta nomerku?”

Roselia tidak menunggu lama, dia membuka foto yang dia kirimkan. Ternyata lelaki berjaket merah itu memang memakai kaos biru navy . Sedangkan Halim mengenakan kemeja biru laut.

Roselia menepuk jidatnya. Ternyata dia salah orang. Oh sial, seharusnya dia memamng harus meminta data lengkap dari klien soal targetnya. Data lengkap beserta fotonya. Bukan meraba-raba sendiri.

Karena kesal, Roselia membereskan kamarnya. Dia butuh kesibukkan untuk menjernihkan pikirannya, dan menyusun strategi baru. Lelaki jaket merah siapan itu. Roselia mengumpulkan sampah makanan dalam satu kantong kresek besar. Baju-baju dia lipat rapi dan dimasukkan ke dalam lemari. Dia harus membuang energi negatif dengan melakukan hal bermanfaat.

Pintu kamarnya diketok.

Roselia mendesah panjang. Siapa malam-malam begini yang menganggu istirahatnya. Apa itu ibu kos yang kehilangan sesuatu lagi?

Roselia membuka pintu kamar dengan santai.

“Jadi benar ini kamarmu ya?” kata lelaki yang Roselia kenal suaranya.

Roselia mendongak dan melihat Halim di sana. “Kenapa kau ada di sini?” tanya Roselia panik.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status