Share

8. Hancur

Author: Shaveera
last update Last Updated: 2024-10-17 17:36:23

Terlihat pergerakan formasi bintang yang masih belum sempurna, hal ini membuat Jaquer menggelengkan kepala. Ujung formasi terlihat begitu kasar gerakannya sehingga hanya sekali hentak pedang di tangan mental meninggalkan sebuah tendangan yang tidak berujung.

"Hah, hanya segini ujung formasi kalian!"

"Jangan kira semua langsung hancur, Bangsat. Maju kalian, perkuat samping dan berputar!" Kai berteriak memberi perintah.

Seketika formasi kembali terbentuk dan kali ini terlihat makin kuat dengan berganti ujung tombaknya. Jaquer terpana. "Bagaimana bisa secepat itu?"

Namun, belum sempat Jaquer bereaksi sebuah tombak melayang ke arahnya. Untung sensor tubuhnya bergerak cepat hanya menekuk tubuhnya ke samping kanan tombak itu lolos begitu saja.

Terlepas dari ujung tombak sebuah tendangan datang dari arah yang tidak terduga membuat Jaquer segera melompat membuat tubuhnya melayang di udara. Formasi terus bergerak aktif membentuk ke atas mengejar langkah Jaquer.

Kali ini otak Jaquer bergerak dan berpikir cepat untuk menghancurkan formasi tersebut. Dia masih melayang di udara melihat pergerakan setiap personil formasi hingga pandangannya menemukan celah yang cukup bagus meskipun kemungkinannya terbilang sempit.

"Kali ini jangan harap kau bisa lolos, Jaquer!" Hentak Kai.

Secepat kilat Kai melayangkan beberapa pukulan dan serangan pedang yang bertubi-tubi. Disusul oleh formasi dari segala arah hingga membuat Jaquer terlihat sedikit terteter.

"Haha, hanya segini kekuatan kalian. Ini masih dibawah standart serangku!"

Hinaan dari mulut Jaquer membuat Kai naik darah, dia semakin muak akan kesombongan yang diperlihatkan lawannya. Kedua Rapak tangannya mencengkeram erat gagang pedang miliknya.

Merasa kekuatannya mulai terkumpul, segera ujung pedang diayunkan ke arah Jaquer bersamaan dengan ujung tombak personal formasi. Selarik sinar merah meluncur jelas berbentuk pedang panjang ke arah Jaquer.

Melihat hal itu, maka Jaquer menerima sinar tersebut dengan pedang miliknya. Bunyi pertemuan keduanya mampu menggetarkan tanah dan seolah udara ikut berhenti bertiup.

Tubuh ayah dan keluarga Meilani terpental ke belakang. Begitu juga dengan personal formasi.

"Host, host!" Napas Kai dan Domain saling berkejaran. Keduanya menatap sosok Jaquer tanpa kedip.

Mereka tidak percaya dengan apa yang terlihat nyata di depan. Sosok tersebut masih berdiri kokoh tanpa sedikitpun kelelahan.

"Sudah sejauh ini, kalian masih belum mampu untuk kalahkan aku. Seperti dugaanku, kalian belum pantas untuk menghina aku dan keluarga." Jaquer berjalan santai menuju ke arah anak dan istrinya.

Leonard tersenyum menyambut kedatangan sosok pria idoalnya itu. Dengan suara yang penuh kerinduan dan ceria, pria kecil itu berlari menyambut langkah Jaquer dengan merentangkan kedua lengan.

"Weh, jagoan ayah!"

Satu kali hentak tubuh kecil itu sudah berada dalam gendongan Jaquer. Dia melanjutkan langkahnya mengikis jarak dengan Meilani.

Diraihnya jemari istrinya dan dikaitkan pada jemarinya. "Mari ikut aku pulang!"

Meilani mengangguk dan melangkah sesuai gerak Jaquer. Semua mata hanya menatap bingung dengan kejadian hari itu.

Namun, Richard seakan masih belum terima jika putrinya dibawa pergi oleh menantu sampahnya. Maka dengan gerak cepat diraihnya belati yang sejak tadi terselip di antara ikat pinggang miliknya

Wuus. Slutsh!

Belati itu tidak sampai ke sasaran, karena Jaquer sudah memperhitungkan jarak serang mereka ke tubuh anak istri. Dia cukup menarik tubuh istrinya dalam pelukan sehingga belati menemui ruang kosong.

Menerima serangan balik yang curang membuat Jaquer kembali berbalik badan. Pandangannya menggelap ke arah ayah mertua. "Berani sekali serang aku, Pak Tua!"

"Huh, siapa kau hingga aku tidak berani. Hanya menantu sampah."

"Dia suamiku, Ayah. Mau apa lagi?" Kali ini Meilani pasang badan untuk suaminya saat sang ayah mulai mengangkat tombaknya.

Richard menatap dingin pada putrinya yang mulai membangkang bahkan telah berani menaikkan volume suaranya saat berbicara dengannya.

Jaquer menatap wajah istrinya yang memerah menahan emosi. Sangat terlihat jika Meilani sedang menurunkan volume luapan lahar dalam dada yang selama ini mungkin sudah dia tahan.

Jaquer menghela napas kasar, dia mengusap punggung istrinya. Membantu agar emosi sang istri segera mereda.

"Sebaiknya kita segera pergi, Meme!"

"Pergi kemana, sedangkan kamu saja baru keluar dari pengasingan?"

"Bukankah sebelum ke rumah sakit kemarin aku ada kasih kamu sebuah kartu, dimana kartu itu?"

Meilani terhenyak kaget mendengar pertanyaan suaminya. Saat itu juga kepalanya menunduk dengan kedua tangan saling meremat. Terlihat jelas sorot kegelisahan di manik mata bening istrinya. Jaquer menyadari perubahan sikap sang istri. Dia tidak marah.

Justru lengannya meraih bahu Meilani lembut dan direngkuh. "Sudah jangan pikirkan lagi."

"Tapi, bukankah itu milik teman kamu, Jaquer. Bagaimana jika kartu itu dimintanya?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dewa Naga Terpilih   72.

    Tubuh Jordan jatuh ke tanah dengan darah keluar merembes dari sela Pedang Naga. Jaquer berdiri tegak di atas tubuhnya dengan seringaian tajam.Melihat kondisi pimpinan Sekte seluruh anggota seketika berlutut meminta maaf dan menyuarakan kesanggupan berada di bawah kendali Jaquer.Pria itu langsung menghentak kedua lengannya hingga menimbulkan kilatan petir yang menggelegar membelah malam yang sunyi."Kami bersedia mengikuti jalan Naga bersama Anda, Tuan Jaquer?"Salah satu pimpinan kanan Sekte Bulan Sabit menunduk dan bersujud berpegang pada pedangnya."Bangkit dan rawat semua anggota yang terluka, bereskan semua tanpa sisa!" Suara Jaquer penuh tekanan dan tegas.Usai berkata, ia melangkah meninggalkan wilayah Sekte. Suasana kembali senyap hanya beberapa anggota yang tersisa menatap kepergian Jaquer.Bayangan itu menghilang di telan kegelapan malam. Sinar bulan menerpa wajah dingin dan kokoh, berdiri tegak menatap jauh."Tuan, kondisi tuan muda makin melemah. Apa yang harus kita lakuk

  • Dewa Naga Terpilih   71.

    Rembulan pucat menerobos celah awan kelabu. Angin malam menderu, menyapu jubah hitam Jaquer dengan wajah tegas, mata tajam berdiri di tepi jurang. Di seberang, di dataran yang lebih rendah, gumpalan asap tebal masih menyelimuti wilayah sekte bulan sabit."Dendammu sudah kubalaskan, Maelani. Tersenyumlah!"Namun, apa yang telah dilakukan oleh Jaquer justru membawa akibat yang fatal. Di saat dia meluluhlantahkan sekte beberapa anak buah Jordan berkelana mencari keberadaan putranya."Jaquer, kau telah membangunkan singa tidur. Maka jangan salahkan aku jika putramu mati!"Suara penuh tenaga mengudara begitu saja dan jelas menyapa telinga Jaquer. Pria itu mengeram keras, tubuhnya seketika melenting ke udara dengan pedang terhunus.Tanpa sepatah kata pun, Jaquer melompat dari tebing. Bibirnya mengeluarkan suara cukup keras, "kau yang sudah membuatku gila, Jordan!"Tubuh yang kekar melayang menuju ke dataran rendah. Jubahnya mengembang seperti sayap kelelawar raksasa. Di udara, dengan gerak

  • Dewa Naga Terpilih   70.

    Perkelahian sudah tidak dapat dihindari lagi, emosi Jaquer sudah di atas hingga membuatnya sulit terkendali.Serangan dilancarkan Jaquer bertubi menghancurkan seluruh bangunan sekte bulan sabit tanpa sisa membuat Jordan Wang keluar dari persembunyiannya dan berdiri menatap setiap pergerakan Jaquer."Aku ingin kalian hancur tanpa sisa atas nyawa istriku!" Suara Jaquer membahana ke seluruh antero Sekte Bulan Sabit. Jordan Wang berdiri tegak di depan bangunan utama sekte. Tatapannya tajam menghunus manik mata Jaquer."Jaquer jangan seperti ini, semua tahu bukan aku pelakunya. Saat itu aku justru membantumu dalam proses pemakaman," jelas Angeli.Namun, kalimat Angeli bagai angin lalu di telinga Jaquer, pria itu masih terus bergerak liar menyerang siapa saja yang menghalanginya untuk sampai di bangunan utama.Melihat banyaknya korban bawahannya, Jordan terpaksa turun tangan. Pria paruh baya itu pun melontarkan pukulan jarak jauh.Seketika terlihat sekelebat sinar biru keperakan melesat m

  • Dewa Naga Terpilih   69.

    Di tempat lain terlihat sosok pria berjubah hitam berdiri di atas atap gedung yang tinggi dengan seringaian tajam.Tidak hanya itu, dia juga menyebarkan aura kematian di seluruh sekte milik Jordan Wang.Angin yang berhembus membawa pesan Kematian yang disebarkan oleh Jaquer hingga membuat sebagian anggota kelas rendah merasa putus asa."Mengapa malam ini begitu pekat auranya, bahkan pelaku kebakaran belum bisa ditemukan." Salah satu bawahan sekte menggerutu mencurahkan isi hati."Apakah kalian tidak merasa aura ini begitu familiar?" timpal yang lainnya.Beberapa anggota satu kelompok yang berisi lima orang itu menjadi saling pandang begitu mendengar temannya yang lain mengutarakan pendapatnya."Apakah kau ada gambaran satu nama, Anton?"Pria yang dipanggil Anton menggembuskan napas panjang, lalu kedua bola matanya berputar seakan mencari sosok yang dia maksud."Aku sangat hafal dengan aura ini, pasti Jaquer sedang melaksanakan aksi balas dendam.""Iya, kau benar. Tetapi pergerakannya

  • Dewa Naga Terpilih   68.

    Angeli masih diam berdiri di samping Jaquer saat peti mati Meilani mulai diturunkan. Dia terlihat sedih meskipun dalam hati bersorak kegirangan.Semua pelayat satu per satu mulai meninggalkan tempat saat pemakaman selesai menyisakan Jaquer dan Angeli. Sedangkan Leonard sudah dibawa pergi oleh Elang yang juga ikut mengantar jasad Meilani."Sudahlah, Jaquer, ayo kuantar kau pulang!" ajak Angeli.Jaquer masih diam, pandangannya tidak lepas dari batu nisan istrinya. Ujung ibu jarinya masih bergerak mengusap nama Meilani."Mei, mengapa kau cepat tinggalkan aku?""Semua sudah ditulis oleh penguasa alam, Jaquer. Kau harus terima," jawab Angeli."Harusnya dia bercerita saja siapa dalang semua ini agar tidak meninggalkan tanya," gumam Jaquer lagi.Angeli menyeringai tipis di belakang Jaquer, tetapi tapak tangannya berjalan di punggung lebar pria itu.Perlahan tangannya mulai bergerak lembut mengusap punggung Jaquer, dia sama sekali tidak peduli jika mendapat amarah sang pria."Ayolah, Jaquer,

  • Dewa Naga Terpilih   67.

    Belum sempat Jaquer bertanya lebih jauh, tiba-tiba angin bertiup kencang membawa aura yang berbeda.Tidak hanya angin yang berganti, beberapa desing pisau kecil terbang menuju ke arahnya membuat Jaquer bergerak cepat.Akan tetapi semua di luar kendalinya, salah satu pisau itu berhasil menancap pada dada kanan Meilani, dia hanya diam tanpa menoleh sedikitpun atau memanggil nama suaminya.Tubuh Meilani jatuh ke tanah tanpa daya, dadanya bersimbah darah. Aroma anyir menyeruak menyapa hidung Jaquer membuat pria itu seketika berlari mendekati tubuh itu."Mei, apa yang terjadi, katakan!"Meilani menatap Jaquer dengan senyum tersungging di bibir, dia mengerjap sesaat mengumpulkan seluruh kekuatannya yang tersisa.Jaquer masih mendekap kepala istrinya dan diam menatap datar pada sosok wanita itu. "Pergilah menjauh dari kota ini bawa serta putraku bersamamu sebelum berita ini menyebar!" Suara Meilani keluar sedikit tersendat.Jaquer termangu, "katakan padaku siapa yang menyetir otakmu, Mei, a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status