Beranda / Urban / Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO / Bab 9 Rumah Unit Nomor Satu

Share

Bab 9 Rumah Unit Nomor Satu

Penulis: Bukan Keinginanku
Orang yang keluar menyambut Graciela adalah manajer pemasaran, Pak Thomas Walles, dia berkata dengan canggung, "Sepertinya itu dua orang pembeli rumah yang sedang bertengkar."

Dia mendengar beberapa kata ketika berjalan keluar tadi, tetapi tidak mengerti cerita spesifiknya.

Graciela menunjuk ke arah Alicia dan Johnny dan bertanya, "Apa yang dilakukan kedua orang ini?"

Pak Thomas menyeka keringat di kepalanya dan berkata, "Orang itu bernama Johnny Walles. Dia adalah manajer kecil dari anak perusahaan Venus Grup kami. Sepertinya dia datang ke sini hari ini untuk membeli rumah buat menikah."

Graciela berkata dengan dingin, "Hapus tunjangan karyawannya untuk membeli rumah."

Pak Thomas tahu kalau Bu Graciela, sang CEO sedang marah, tentu saja dia tidak berani mengatakan apa pun. Dia mengangguk dan berkata, "Baik."

Graciela menunjuk ke arah Xavier lagi dan berkata, "Apa kamu sudah melihat orang ini?"

“Saya sudah melihatnya, Bu,” jawab Pak Thomas dengan hati-hati.

"Dia adalah tamu terhormat Venus Grup kita. Kamu melihatnya, seperti melihat aku. Kamu mengerti?"

"Mengerti! Bu," kata Pak Thomas menyeka keringat di kepalanya.

Graciela kembali ke mobil, membuka jendela dan berkata, "Vila terbaik kita di Galaxy Permai belum terjual, ‘kan?"

Pak Thomas mengangguk dan berkata, "Belum."

Graciela mengenakan kacamata hitamnya dan berkata, "Berikan dia kuncinya, lalu bantu dia ajukan akta rumahnya."

Pak Thomas terkejut dan berkata, "Memberikan secara gratis???"

Graciela mengerutkan kening.

"Lakukan saja perintahku. Apa yang tidak pantas ditanya, jangan tanya."

Suaranya sangat dingin dan wibawanya sangat tinggi, benar-benar berbeda karakternya saat di depan Xavier, seperti dua orang yang berbeda.

Pak Thomas bergidik.

Sebenarnya, dia sudah menyesalinya setelah bertanya tadi. Sekarang melihat ketidaksenangan Bu Graciela, dia buru-buru menundukkan kepalanya dan berkata, "Bu, jangan khawatir, aku pasti akan menyelesaikan ini."

“Hmm, pergilah.” Graciela menutup jendela mobil.

Kemudian, dia menyalakan mobil dan meninggalkan departemen pemasaran Galaxy Permai.

Kemarin setelah mengetahui rumah Xavier dibongkar oleh karyawan perusahaannya. Graciela merasa bersalah. Dia bangun pagi-pagi sekali dan datang ke Galaxy Permai khusus untuk memberi Xavier sebuah rumah. Tanpa diduga, dia kebetulan melihat Xavier juga berada di sini.

Ini bagus. Dia tidak perlu khawatir. Dia cukup meminta manajer melakukan untuknya.

Memikirkan hal ini, dia bersenandung gembira, berpangku tangan di depan dadanya.

Matanya yang indah penuh dengan sosok Xavier.

Memanjakannya seperti ini, tanpa perlu disebutkan lagi.

Graciela hanya ingin Xavier sebagai prianya, walau itu hanya tampak luarnya saja, dia tetap ingin "prianya" itu tampak begitu mulia.

Bukan karena hal lain, karena dia adalah Graciela Martinez, ratu di dunia bisnis yang sesungguhnya dan Nona Besar di keluarga Martinez.

Di sisi lain, setelah Graciela pergi, saraf tegang Pak Thomas baru benar-benar rileks. Dia menghela napas lega dan kemudian berjalan masuk ke departemen pemasaran.

Di departemen pemasaran sudah terjadi keributan besar.

Xavier awalnya berencana membeli apartemen tiga kamar tidur, yang cukup untuk dirinya dan kedua orang tuanya.

Alicia berkata kepada tunangannya, "Kak Johnny, tidak peduli unit mana yang dia beli, ayo beli yang lebih besar darinya."

Johnny berkata dengan bangga, "Tentu saja."

Lagi pula, dia bisa menikmati tunjangan karyawan dan mendapatkan diskon sebesar 30%. Dengan uang tunai yang ada di tangannya, cukup untuk membayar uang muka apartemen empat kamar tidur.

Setelah memilih apartemen tiga kamar tidur, Xavier berkata, "Hitung harga rumah ini untuk saya."

Staf pemasaran itu mengangguk dan mengeluarkan selembar kertas untuk membuat perhitungan.

Alicia berteriak dari samping, "Hitung harga rumah empat kamar tidur ini untukku."

Setelah berteriak, dia menatap Xavier dengan penuh kemenangan.

“Belum terlambat bagimu untuk menyesalinya sekarang. Jangan menunggu sampai tiba waktunya membayar uang muka, kamu malah tidak sanggup membayarnya.”

Xavier tidak marah tetapi tersenyum dan berkata, "Maaf, aku akan membayar penuh."

Alicia tertegun sejenak dan kemudian berkata, "Untuk apa kamu berlagak!"

Johnny juga mencibir, "Orang miskin yang mengejarmu ini, terlalu pintar berlagak hebat!"

Saat ini, Pak Thomas datang dengan membawa kunci.

Dia berjalan ke arah Xavier dan yang lainnya, meletakkan kunci di depan Xavier dan berkata, "Halo, Tuan Morris, ini adalah kunci rumah di unit nomor 1, Blok A, Galaxy Permai."

“Karena Anda adalah tamu terhormat di Galaxy Permai, rumah ini diberikan pada Anda. Anda bisa pindah masuk kapan saja.”

Begitu kata-kata itu keluar.

Semua orang terkejut.

"Bagaimana bisa?"

"Menyerahkan rumah di unit nomor 1, Blok A??"

"Rumah ini bernilai puluhan milliar!!"

Terutama Alicia, dia memandang Pak Thomas dengan tidak percaya dan berkata, "Itu adalah bangunan termahal di Galaxy Permai, kamu mau memberikannya kepada orang miskin ini?? Dia bahkan tidak mampu membayar uang muka!!"

Unit No. 1 di Blok A adalah vila tiga lantai, bangunan termahal di komplek Galaxy Permai. Sejak mulai dipasarkan sudah menarik perhatian banyak orang, tetapi pada akhirnya semua orang pun menyerah karena harganya.

Sekarang, Pak Thomas mau memberikan vila ini kepada Xavier??? Kenyataan ini membuat orang sulit menerimanya.

Pak Thomas melirik Alicia dan berkata, "Tuan Morris adalah tamu terhormat kita di Galaxy Permai. Jangankan hanya memberinya sebuah vila, memberinya seluruh rumah di Galaxy Permai pun, memangnya kenapa?"

Alicia masih berkata dengan tidak percaya, "Kamu tidak salah orang, ‘kan? Dia hanya orang miskin saja!!"

Bahkan wajah Johnny pun terlihat sangat jelek dan berkata, "Sejauh yang aku tahu, Venus Grup tidak memiliki riwayat memberikan rumah pada seseorang!"

Pak Thomas berkata dengan tenang, "Maaf, sekarang sudah ada!"

"..."

Johnny dan Alicia ingin mengatakan sesuatu yang lain, tetapi Pak Thomas memandang mereka dengan dingin dan berkata, "Apakah kalian masih ingin membeli rumah? Jika tidak ingin membeli rumah, silakan keluar!"

Thomas telah mengetahui situasinya ketika dia pergi mengambil kunci. Setelah mengetahui bahwa Johnny dan Alicia sengaja membuat masalah dan mencoba mengusir tamu terhormat yang melihat rumah, dia sudah kehilangan niat baiknya terhadap mereka.

Jangankan dia tamu terhormat di Galaxy Permai. Sekalipun dia hanya orang biasa yang datang untuk melihat rumah, dia tidak boleh mengusir orang dengan cara seperti itu. Ini adalah kualitas profesional yang paling mendasar.

Alicia mengerling matanya dan berkata, "Beli, tentu saja beli."

Pak Thomas mengangguk dan berkata pada staf pemasaran, "Bantu mereka menghitung harga."

Johnny menambahkan, "Aku memiliki tunjangan karyawan dalam membeli rumah, jadi ketika kamu menghitungnya, jangan lupa hitung diskonnya."

Saat penjual hendak mengangguk, Pak Thomas berkata, "Hitung menurut harga normal. Dia tidak memiliki tunjangan pembelian rumah bagi karyawan."

Mendengar hal tersebut, Johnny berkata dengan marah, "Aku adalah karyawan Venus Grup, kenapa aku tidak dapat menikmati tunjangan membeli rumah??"

Pak Thomas mencibir, "Kamu sekarang adalah karyawan Venus Grup. Tapi beberapa hari lagi, kamu mungkin bukan. Singkatnya, tunjangan pembelian rumah karyawan kamu telah dihapus. Jika kamu ingin membeli rumah ini, kamu bisa beli dengan harga normal. Kalau tidak beli, silakan keluar saja!”

Ketika Johnny mendengar ini, ekspresinya sangat suram.

Dia tidak tahu bagaimana dirinya bisa kehilangan tunjangan karyawan untuk membeli rumah.

Dia berkata dengan marah, "Aku bawahan Pak Carl yang sedang naik daun. Aku bahkan makan malam dengan CEO beberapa hari yang lalu. Apakah kamu yakin aku tidak mendapat tunjangan karyawan?"

Pak Thomas berkata tanpa mengangkat kelopak matanya, "Aku tidak peduli siapa yang kamu kenal, singkatnya, namamu tidak ada dalam daftar kesejahteraan internal di Galaxy Permai."

“Kalaupun CEO sendiri yang datang, pun percuma saja.”

Kalimat ini benar-benar membuat Johnny marah. Dia mencibir dan berkata, "Oke, oke! Seorang manajer pemasaran kecil, demi seorang pria miskin, mempelakukan aku demikian. Tunggu saja dan tunggu sampai aku melapor ke CEO. Kita lihat, bagaimana dia akan menghadapimu nanti!"

Ada ancaman dalam kata-katanya.

Pak Thomas berkata tanpa bergeming, "Silakan saja."

Pada saat yang sama, Pak Thomas diam-diam berpikir dalam hati, ‘Haha... kalau aku beri tahu kamu CEO sendirilah yang menghapus hak tunjangan karyawanmu? Kamu kenal CEO? Apakah kamu tahu nama lengkap CEO, Bu Garciela Martinez? Masih berpura-pura di sini."

Saat ini, semua orang di departemen pemasaran sedang menonton.

Alicia merasa sedikit tidak nyaman dilihati, dia berkata dengan tidak sabar, "Kalau tidak ada tunjangan karyawan, ya tidak ada tunjangan. Lagi pula kita tidak kekurangan uang. Ayo, hitung harganya!"

Namun, Johnny dengan marah menarik pakaian Alicia dan berkata, "Hitung apaan, rumah ini tidak jadi beli, ayo kita lihat di komplek lain saja."

Alicia berkata dengan heran, "Tidak jadi beli? Bukankah kita sudah setuju untuk membeli rumah di sini?"

Alicia sangat marah.

Hari ini jika tidak membeli rumah di sini, benar-benar memalukan.

Apalagi di sekitar mereka ada begitu banyak orang yang menonton.

Tidak butuh waktu lama, beritanya pasti akan menyebar ke seluruh Kota Merkuri.

Johnny berkata dengan wajah tak tahu malu, "Awalnya aku mengira ini adalah perumahan yang dibangun anak perusahaan kami. Sebagai karyawan, aku harus mendukung perkembangan perusahaan, tetapi ternyata perusahaan bahkan tidak memberikan tunjangan pembelian rumah padaku, jadi ya sudahlah, aku pun tidak membeli rumah di sini."

Setelah mengatakan itu, Johnny menarik Alicia untuk meninggalkan departemen pemasaran.

Meskipun dia mengatakan demikian, sebenarnya uangnya tidak cukup ....

Tanpa tunjangan karyawan, uang muka untuk rumah tiga kamar tidur saja tidak cukup, apalagi rumah dengan empat kamar tidur! Biar tahu saja, harga rumah di Galaxy Permai ini sangatlah mahal!!

Saat dia menarik Alicia pergi, Xavier berdiri di depan mereka dan berkata sambil bercanda, "Bukankah kamu mengatakan selama aku mampu membeli rumah di sini, kamu akan bersujud dengan kepalamu menyentuh tanah?"

“Tadi semua orang mendengar ini masih di sini. Kamu tidak bermaksud mengingkari janjimu, ‘kan?”

"Berlututlah!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 515 Bantuan Telah Tiba

    Tiba-tiba, Pria berjanggut kambing tertawa, "Di Kota Ankhara, bukan hanya berani melukai orang-orangku malah juga begitu bernyali besar mengancamku? Hehe, kamu tidak mungkin benar-benar berpikir dirimu itu tak terkalahkan, bukan?"Xavier tampak acuh tak acuh.Dia berkata dengan suara yang dingin dan menyipitkan sepasang matanya, "Masih ada 50 detik lagi!"Pria berjanggut kambing masih tidak peduli. Dia menoleh ke arah para kultivator di sampingnya dan tertawa, lalu menunjuk ke Xavier dan berkata, "Orang ini ... otaknya pasti bermasalah, bukan? Hanya dengan beberapa orang ini, mereka berani menantang kita di Kota Ankhara ....""Hahaha!" Para kultivator di samping Pria berjanggut kambing semua tertawa, sama sekali tidak memandang Xavier dan yang lainnya."Xavier, dengan aura pembunuh yang terpancar dari matanya, dia melirik mereka dan berkata, "Masih ada 30 detik lagi!" Xavier tidak terburu-buru untuk bertindak.Mengingat dia telah memberi mereka waktu satu menit untuk mempertimbangkan

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 514 Waktu Satu Menit untuk Pertimbangan

    Xavier baru saja membantu pria berjenggot putih itu berdiri, ketika pria itu segera berlutut lagi. "Tuan Xavier, jika Anda tidak menyetujui permintaan saya, saya tidak akan berdiri," kata pria berjenggot putih itu dengan suara gemetar. Xavier merasa sedih, dan dengan cepat berkata, "Silakan katakan, apa yang Anda ingin saya setujui, selama saya bisa melakukannya, saya tidak akan menolak!"Melihat pria berjenggot putih ini, yang sudah berusia lanjut, berlutut di depannya di depan begitu banyak orang, hatinya sangat sedih. Dia berpikir pria tua ini pasti menghadapi beberapa masalah yang membutuhkan bantuan. Pria berjenggot putih itu, mengangkat kepalanya perlahan dan menatap Xavier, air mata berkilauan di matanya yang keruh."Harap Tuan Xavier membantu kami di Kota Ankhara, membersihkan Sekte Griffin, membersihkan hama di Kota Ankhara ini dan mengembalikan langit yang cerah untuk Kota Ankhara kami." Setelah mengatakan ini, pria berjenggot putih itu memberi hormat dengan berat. Xavie

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 513 Tuan Trisula Metropolis

    Ini adalah pertanyaan yang sangat penting bagi Xavier. Dia selalu berpikir kekuatan Minotaur tidak kalah darinya.Kalau Minotaur menggunakan semua kekuatannya, orang-orang ini mungkin tidak akan bisa mendekatinya. Namun, dia baru saja melihat Minotaur berjuang keras ketika menghadapi orang-orang ini. Ini adalah sesuatu yang membuatnya bingung.Minotaur tidak ingin berbicara di depan banyak orang atau mungkin dia ingat perintah Xavier untuk tidak berbicara ketika ada banyak orang, jadi dia langsung berbicara melalui telepati. "Kemampuanku menurun." "Apa?" Xavier terkejut melihat Minotaur. Minotaur terus berbicara melalui telepati. "Aku juga tidak tahu mengapa, setelah keluar dari pelatihan itu, levelku terus menurun setiap hari, sekarang aku hanya memiliki kekuatan dari Alam Super Grandmaster."Mendengar kata-kata Minotaur, Xavier akhirnya mengerti kenapa Minotaur bisa terluka. Ternyata, level alamnya telah kembali seperti sebelumnya. Walaupun begitu, kenapa bisa menurun? Pada s

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 512 Hukuman

    "Aku juga memiliki niat yang sama!" kata Xavier dengan nada dingin. Dia sangat membenci orang-orang ini. Mereka berlagak sebagai kultivator, lalu berpura-pura mabuk dan menggoda gadis-gadis biasa di jalanan. Kalau mereka berani menggoda orang yang lebih tinggi tingkatannya setelah minum atau menggoda orang yang memiliki status lebih tinggi dari mereka, Xavier benar-benar berpikir mereka itu mabuk. Namun, mereka hanya berani menggoda orang yang lebih lemah, jadi itu menunjukkan mereka sebenarnya paling memahami dibandingkan siapa pun.Delapan kultivator di tanah juga melihat niat membunuh di mata Xavier. Meskipun mereka terluka, tetap tidak takut. Sebaliknya, mereka berteriak, "Kalian tahu kami adalah orang siapa?" "Aku tidak peduli kalian adalah orang siapa!" Xavier menendang wajah seorang kultivator yang baru saja berbicara.Kultivator yang ditendang itu memiliki kemarahan di wajahnya. "Kamu berani memukulku!" "Apa masalahnya aku memukulmu?" Xavier maju, mengangkat kakinya da

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 511 Alam Super Grandmaster Level Kelima

    Xavier dan yang lainnya menunggu Monalisa sejenak di lantai satu.Kemudian mereka berjalan menuju lokasi kejadian itu. Xavier bertanya sewaktu dalam perjalanan, "Kenapa Cyan mulai berkelahi dengan orang lain?""Kami sedang berjalan-jalan, lalu bertemu dengan beberapa kultivator yang mabuk. Mereka sedang menggoda beberapa wanita biasa. Cyan tidak bisa membiarkannya, jadi dia pergi untuk menghentikannya, kemudian mereka mulai berkelahi," tutur Igor."Rupanya begitu," kata Xavier sambil mengangguk. Bukan hanya Cyan yang tidak bisa berdiam diri dan mulai bertindak, bahkan kalau dia berada di sana, kemungkinan juga akan melakukan hal yang sama. Lagi pula, seorang kultivator tidak mungkin mabuk. Mereka menggunakan kekuatan alkohol untuk menggoda wanita, pasti hanya berpura-pura. Ini menunjukkan sifat asli mereka memang seperti itu.Monalisa bahkan berkata dengan marah, "Mereka berani menggoda wanita di jalan besar hanya karena mereka adalah seorang kultivator, ini benar-benar tidak dapa

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 510 Menuju ke Akademi Vikrama

    Satu jam kemudian. Di luar Kota Kaida. Igor mengendarai kereta kuda dan berangkat. Xavier sudah menunggu di luar kota sejak awal. "Bisakah kita berangkat?" tanya Igor.Kereta kuda berhenti di depan Xavier, Igor turun dari kereta. "Bisa." Xavier melihat kereta kuda itu. Sangat mewah dan sederhana! Di belakangnya juga ada sebuah palanquin, yang sangat sesuai dengan keinginan Xavier. Pada saat itu, Monalisa dan Cyan keduanya keluar dari Kota Kaida. Mereka menggunakan teknik tubuh mereka dan datang ke samping kereta kuda. Xavier bertanya, "Apakah kalian semua sudah siap?" "Sudah siap." Monalisa dan Cyan mengangguk. Xavier kemudian berbalik ke Igor dan bertanya, "Oh ya, apakah kamu sudah memberi tahu keluargamu bahwa kamu akan pergi jauh?" "Sudah, ketika saya membeli kereta kuda tadi, saya melewati rumah dan memberi tahu mereka," jawab Igor segera. Igor khawatir Xavier tidak akan membiarkannya ikut. Xavier mengangguk dan berkata, "Baik, mari kita berangkat sekarang!" Kemudian,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status