Short
Luka Abadi, Cinta Tak Berarti

Luka Abadi, Cinta Tak Berarti

By:  Dona ChanlieCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
8Chapters
4views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Orang tuaku mengadopsi seorang anak yatim piatu dan aku sangat menyayanginya, bahkan memperlakukannya layaknya anakku sendiri. Sampai akhirnya aku sadar, wajahnya semakin mirip dengan suamiku, Yobel, bahkan diam-diam memanggil adikku dengan sebutan ‘ibu’. Ternyata, suamiku yang begitu mencintaiku sudah lama berselingkuh. Dia dan adikku diam-diam membangun keluarga bahagia, bahkan mendapat restu dari orang tuaku. Saat semuanya terbongkar, adikku memohon agar aku merestui mereka dan orang tuaku menyuruhku untuk mengalah. Anak yang begitu kusayangi selama ini, malah mengutukku dengan kejam. Namun, mereka tak menyangka, sebenarnya Yobel yang menolak untuk bercerai. Dia menangis memohon pengampunanku, berkata bahwa dia benar-benar mencintaiku dan anak itu hanyalah sebuah kecelakaan. Aku berpura-pura percaya pada ketulusannya, lalu berkata, “Tujuh hari, aku kasih kamu tujuh hari. Kalau kamu bisa menunjukkan ketulusanmu, aku akan memaafkanmu.” Yobel senang bukan main dan menuruti semua perkataanku, memperlakukanku seperti harta berharga. Demi diriku, dia bahkan menyumbangkan seluruh tabungannya, memaksa adikku berlutut di salju untuk meminta maaf padaku. Semua orang mengira aku akan memaafkannya, hingga hari di mana polisi datang untuk menyuruh mereka mengidentifikasi jenazah. Saat itulah, Yobel benar-benar gila. Yobel tidak tahu, sebenarnya aku sudah mati sejak tujuh hari lalu. Hanya saja, malaikat kematian memberiku izin kembali ke dunia selama tujuh hari, untuk berpamitan dengan Yobel.

View More

Chapter 1

Bab 1

Aku sudah mati.

Mati di perjalanan saat hendak mengambil hadiah ulang tahun untuk adik angkatku, si Kelven.

Sepatu yang dia sukai baru dijual pada malam tahun baru.

Di kota kecil kami tidak ada, jadi aku meminta suamiku, Yobel untuk mengantar adik perempuanku pulang lebih dulu, agar bisa berkumpul bersama ayah dan ibu.

Tak kusangka, saat aku selesai membeli sepatu dan dalam perjalanan pulang, diriku malah mengalami kecelakaan beruntun.

Demi menyelamatkan anak-anak di dalam sebuah bus, diriku terkena hantaman mobil yang meledak dan terjatuh ke jurang. Aku pun meninggal saat itu juga.

Malaikat kematian melihat jasaku yang besar dan kematianku yang begitu tragis, aku pun diizinkan kembali ke dunia selama tujuh hari untuk mengucapkan perpisahan terakhir dengan keluargaku.

Saat aku kembali, hari sudah gelap.

Takut keluargaku menunggu terlalu lama, aku seolah ingin terbang agar bisa cepat sampai rumah.

Namun saat sampai di rumah, aku melihat pemandangan makan malam yang begitu hangat melalui jendela kaca.

Kelven duduk di samping ayah dan ibu, Yobel duduk bersebelahan dengan adik perempuanku, Bella.

Ada anggur merah dan hidangan lezat di atas meja depan mereka, semua orang berpakaian baju baru, wajahnya penuh suka cita.

Meja bundar enam kursi itu seakan tak pernah menyisakan tempat untukku, si orang keenam yang tak seharusnya ada.

Seketika, dadaku terasa nyeri, kemudian aku pun buru-buru memarahi diriku sendiri lebay.

Mereka tidak tahu sama sekali apa yang kualami, mereka juga tidak menyalahkanku yang pulang terlambat di malam tahun baru ini. Bisa-bisanya aku malah tega menyalahkan mereka?

Saat bersiap untuk melangkah masuk, aku malah melihat Bella mengambilkan sepotong daging ke piring Yobel.

Dengan tatapan penuh cinta, Bella berkata, “Kak Yobel, ini ayam bawang yang aku belajar khusus untukmu, coba diicip.”

Yobel tidak langsung makan, melainkan dia malah menggenggam tangan Bella dengan cemas, sambil memeriksanya sambil mengerutkan alis, lalu menegur lembut, “Setiap kali masuk dapur, kamu pasti melukai tanganmu. Kok masak lagi kali ini?”

Bella menjawab dengan manja, “Soalnya aku lihat kamu sangat suka dengan masakan kakak, jadi aku pikir, kalau dia bisa masak untukmu, aku pun bisa.”

Wajah Yobel tampak tidak senang, lalu menjawab dengan suara beratnya, “Omong kosong! Dia itu tahan banting, kerja keras apapun bisa. Kamu sudah dimanjakan sejak kecil, untuk apa dibandingkan dengan dia?”

Sambil bicara, Yobel bahkan menunduk dan dengan lembut mencium tangan Bella. Tatapannya penuh kasih sayang, seolah takut permata rapuh itu hancur.

Padahal aku sudah tak lagi punya detak jantung ataupun nadi, tapi seketika, dadaku terasa sakit luar biasa.

Kenangan tentang kebersamaan mereka berdua pun bermunculan di benakku.

Aku dan Yobel sama-sama lulusan Universitas Maratha.

Setelah lulus, kami pun menetap di Kota Madin.

Tiga tahun lalu, Bella datang ke Kota Madin untuk mencariku, dengan alasan peluang kerja di kota besar lebih banyak.

Orang tuaku sendiri yang membawanya ke rumahku, sambil menekan secara halus agar aku menjaganya baik-baik.

Yobel yang khawatir diriku dipersulit, akhirnya setuju membiarkannya tinggal bersama kami.

Selama ini, mereka tak pernah menunjukkan sikap berlebihan di hadapanku, bahkan sering bertengkar, seolah saling tak suka.

Aku pun selalu berusaha menengahi mereka dan karena rasa bersalahku, aku semakin baik pada Yobel.

Sekarang dipikir-pikir, kebencian dan jarak yang ditunjukkan mereka itu hanyalah tipuan belaka.

Mereka tahu aku merasa bersalah, tahu posisiku yang serba salah. Itu semua malah jadi bumbu dalam kemesraan mereka, jadi perekat yang membuat kedekatan mereka semakin kuat.

Memikirkan itu, perutku terasa mual, rasa ingin muntah naik sampai ke tenggorokan.

Aku hampir saja menerobos masuk untuk menangkap basah mereka, tapi saat itu juga, datang pukulan yang lebih besar.

Tiba-tiba, Kelven berdiri dari kursinya, mengambil seekor udang lalu menaruhnya di piring Bella, sambil berkata dengan manja, “Ibu, ini udang kesukaanmu.”

Aku masih belum pulih dari rasa sakit akibat pengkhianatan itu, telingaku kembali diguncang oleh panggilan ‘ibu’.

Aku langsung mendongak dan melihat ibuku buru-buru menutup mulut Kelven, sambil menegur, “Jangan asal panggil! Bukannya sudah kubilang, di rumah ini harus panggil kakak?”

Ayahku malah dengan santai berkata, “Takut apaan? Anak itu juga belum pulang.”

Wajah Kelven tampak puas, lalu berkata, “Perempuan jahat itu masih antri membelikan sepatu untukku, dia pasti nggak akan sempat pulang malam ini!”

“Aku bukan hanya mau panggil ayah dan ibu, tapi malam ini aku juga mau tidur bersama ayah dan ibu!”

Usai bicara, Kelven menatap Yobel dengan tatapan penuh harap, lalu bertanya, “Ayah, boleh, ‘kan?”

Belum sempat Yobel menjawab, Bella sudah menjawab dengan lembut, “Tentu saja boleh, jarang-jarang ayah bertemu denganmu, mana mungkin tega menolak permintaanmu?”

Usai bicara, Bella menatap Yobel dengan sedikit manja, lalu memohon, “Kak Yobel, setiap kali meneleponku, dia selalu bilang ingin tidur denganmu.”

“Hanya kali ini saja, jangan ditolak, ya?”

Yobel hanya terdiam sebentar, lalu mengangguk dan menjawab, “Iya.”

Kelven pun melompat kegirangan, sambil berteriak, “Hore! Aku bisa tidur bersama ayah dan ibu! Aku bisa tidur dengan ayah dan ibu!”
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
8 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status