Share

Di Balik Topeng si Pembunuh
Di Balik Topeng si Pembunuh
Penulis: Scheinen

BAB 1

William tersenyum mengerikan seraya mengacungkan pistol ke arah pria yang kini tengah bersimpuh di hadapannya. Dion Aryatama—pria yang semasa sekolah selalu mengejek William hanya karena dirinya anak yatim piatu kini tengah memohon ampun dihadapannya.

“Will, gue minta maaf. Gue tau gue salah Will, tapi gue mohon jangan seperti ini. Kita bisa bicarakan semua baik-baik Will,” kata Dion dengan suara yang terdengar begitu putus asa.

“Apa lo bilang?  Bicarakan baik-baik? Setelah apa yang lo lakuin ke adik gue lo minta kita bicara dengan baik-baik?!” teriak William dengan penuh emosi.

Dion menyeritkan alisnya mendengar teriakan William. Mengapa William berbicara tentang adiknya? Dion kira apa yang William lakukan sekarang adalah bentuk dari kekesalan semasa sekolah karena ia kerap mengejeknya.

“Salsa, gadis yang ditemukan mati mengenaskan di Gudang Sekolah adalah adik gue.” Dion membelalakkan matanya mendengar perkataan William. “Dan lo! Dion Aryatama adalah salah satu dari beberapa tersangka yang terlibat dalam kematian Salsa sepuluh tahun lalu,” lanjut William.

Dion membeku. Ingatannya kembali pada peristiwa sepuluh tahun lalu, dimana ia bersama teman-temannya menculik seorang gadis karena perintah dari seseorang. Menyiksanya, menikmati tubuhnya, dan meninggalkan begitu saja yang membuat gadis itu pada akhirnya harus meregang nyawa.

“Gue bisa jelaskan untuk --,”

“Tutup mulut lo, sialan!” bentak William sebelum sebuah tembakan ia lesatkan tepat ke arah kepala pria itu.

Tubuh besar Dion jatuh tak berdaya bersama dengan darah segar yang mengalir dari kepalanya. Peluru yang ditembakkan William dari pistol berjenis Revolver berhasil menembus kepala Dion hingga menyebabkan pria itu meregang nyawa seketika.

Setelah memastikan jika tubuh besar di hadapannya benar-benar sudah tidak bernyawa, William mengeluarkan ponsel pintar miliknya, memencet beberapa kali sebelum kemudian mendekatkan benda pipih itu ke arah telinganya.

“Bereskan semuanya. Aku tidak ingin ada yang mengetahui aksiku malam ini.” perintahnya kepada seseorang diujung telepon.

William mengedarkan pandangannya sembari mendengarkan jawaban dari lawan bicaranya diujung sana. Hingga tiba-tiba ia bertemu tatap dengan seorang wanita yang tengah berdiri beberapa meter darinya dengan ekspresi yang begitu ketakutan. Sial, bagaimana bisa William tidak menyadari jika ada seseorang yang sedari tadi melihat aksi bejatnya.

Dilihatnya sang wanita yang mulai berjalan mundur dan berlari. Maka tanpa  memperdulikan panggilan telepon yang sedang berlangsung ataupun mayat Dion yang masih tergeletak tidak berdaya, ia berlari mengejar wanita itu. Namun teriakan dari arah samping menghentikan langkah William. Harsya, sang asisten pribadi datang bersama dengan beberapa orang.

“Saya, ada yang lihat aksi gue.” Harsya membelalakkan matanya mendengar perkataan William. Bagaimana bisa temannya seceroboh ini.

Belum sempat Harsya bereaksi dengan apa yang diucapkan, netra William menangkap sebuah gantungan kunci berbentuk boneka kelinci tak jauh dari tempat Harsya berdiri.

“I got you.” Senyum terpancar di wajah tampannya ketika ia mendapati sebuah inisial nama di gantungan kunci tersebut. “Bereskan semuanya. Buat kematian Dion seakan-akan adalah kecelakaan tunggal.” perintahnya kepada orang-orang yang datang bersama Harsya.

William masih mengamati gantungan kunci yang ia pegang. Ia yakin jika benda tersebut adalah milik wanita yang beberapa jam lalu menyaksikannya membunuh Dion.

“Temukan nama wanita dengan inisial k dan a yang datang malam ini.” ia kembali mengeluarkan perintah yang ditujukan kepada Harsya.

“Lo gila Will? Gimana bisa gue---” ucapannya terpotong ketika ia William mengangkat tangannya.

“Jaga sopan santun lo. Saat ini lo masih bertugas sebagai asisten gue, bukan Harsya temen gue,” katanya dengan tegas.

William melangkahkan kakinya ketika ia mendapati mayat Dion telah dimasukkan ke dalam mobil oleh orang-orang suruhannya. Meninggalkan Harsya yang terlihat kebingungan untuk menjalankan perintah yang William. Ia tidak peduli dengan apa yang akan dilakukan Harsya untuk menemukan wanita itu, saat ini ia hanya ingin membersihkan diri dan bersantai di kamarnya. Membunuh orang benar-benar melelahkan dan menguras emosi.

***

“Ada dua orang wanita yang berinisial k dan a yang ada di kelab semalam, Kara dan Kinara.” Harsya menghembuskan napasnya sebelum melanjutkan penjelasannya. “Kara adalah seorang mahasiswa yang bekerja paruh waktu di kelab semalam. Sedangkan Kinara adalah seorang tamu yang datang untuk menghadiri pesta ulang tahun temannya”

William menatap Harsya setelah mendengarkan penjelasan yang lelaki itu dapatkan. Ia melipat tangannya di dada sebelum menyandarkan tubuhnya ke kursi kebesarannya. Sedangkan Harsya hanya terdiam menunggu dengan perasaan resah akan penjelasan yang disampaikan.

“Bagaimana dengan perkembangan dari mayat Dion?” Harsya menatap heran ke arah William setelah mendengar pertanyaan yang telontar dari mulut lelaki yang sedang kini tengah memejamkan mata sambil menyandarkan tubuhnya. Bukankah ia tadi meminta penjelasan dari apa yang Harsya temukan dari wanita yang menjadi saksinya melakukan kejahatan semalam. Mengapa ia sekarang malah bertanya tentang mayat Dion?

William membuka matanya ketika ia tidak mendapatkan jawaban dari Harsya. Menatap lelaki itu dengan tajam, seakan memberitahu jika ia tidak menyukai kebungkaman dari Harsya.

“Sesuai dengan perintah anda. Kami membuat Dion seakan-akan mengalami kecelakaan tunggal dengan mobil terbakar sehingga mayatnya akan sulit untuk diotopsi,” jelas Harsya sesegera mungkin ketika ia mendapati tatapan tajam William.

“Bagus. Sekarang temukan informasi tentang wanita bernama Kinara itu,” Harsya yakin jika William benar-benar memiliki kepribadian ganda. Bagaimana seseorang bisa berubah hanya dalam hitungan detik sepertinya jika ia tak memiliki kepribadian ganda.

Tanpa mengatakan apapun Harsya menyerahkan beberapa lembar foto kehadapan William. Seorang wanita cantik dengan rambut sebahu terlihat tengah menikmati minumannya di sebuah café tanpa mengetahui jika ada yang mengambil gambarnya secara diam-diam.

“Kinara Alleta—pemilik butik Beauty and Different. Dia salah satu tamu yang datang semalam dan kemungkinan juga yang menjadi saksi pembunuhan yang anda lakukan.” William mengamati foto kedua dimana wanita cantik itu tengah tersenyum dengan ponsel dihadapannya.

“Antar aku ke butik Beauty and Different sekarang. Aku akan langsung menemuinya.” Harsya hanya terdiam mendengar perintah William, membuat sang empu yang kini tengah merapikan jas memandang dengan tatapan heran kearah asisten pribadinya. “Ada yang aneh?” tanyanya.

“Yang menjadi masalah adalah Kinara merupakan adik dari salah satu klien sekaligus sahabat baik anda Mr. Will.” William mengernyitkan alisnya mendengar pernyataan dari Harsya. “Ia adalah adik dari Mr. Stefano,” katanya.

Perkataan Harsya membuat William menghentikan aktivitasnya. Ia terdiam sejenak, mencerna apa yang baru saja asistennya sampaikan sebelum sebuah senyum sinis tersungging.

“Ubah rencana. Belikan aku cincin dan kita datang ke kantor Stefano sekarang. Aku akan memberi kejutan kepada kakak beradik itu.” William melangkah sembari menyungingkan senyum kemenangan, membuat Harsya yang mesih berdiri didepan meja William kembali memandangnya dengan heran. “Aku akan melamar adik Stefano hari ini.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status