Share

4. Rasa Yang Panas

Penulis: Sarangheo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-02 18:06:16

"Maaf bu Aku ngak bisa." Tolak ku pelan dan aku ingin segera pergi dari kamarnya.

Bu Siti tak bergeming, dia hanya berdiri terpaku menatap kepergianku. Sepulang dari rumah Bu Siti pikiranku jadi tak karuan, ada rasa sedikit bersalah karena menolak pekerjaan yang beliau tawari. Tapi tidak mungkin juga Aku bisa menerima dengan mudahnya lagian uang sepuluh ribu aku masih sanggup membayarnya.

"Kamu ada keperluan apa ke warung Bu Siti?" Tanya Bang Awan tiba-tiba.

Aku terkejut karena saat ini pikiranku sedang melayang kemana-mana.

"Kenapa? Kok diam saja." Celetuk Bang Awan lagi.

"Eh, Abang tanya apa tadi? Bisa diulang ngak?" Tanyaku setengah linglung.

"Susah ya punya isteri yang pura-pura tuli!"

"Aku ngak pura-pura tuli bang emang kenyataannya Aku ngak denger!" Bantah ku yang tak terima karena dikatakan pura-pura tuli.

"Sudahlah ngak perlu dibahas! Lagian aku merasa ngak begitu penasaran sama semua hal yang kamu lakuin."

Aku tak menjawab tapi dari nada bicaranya bang Awan sepertinya kesal padaku.

"Beliin rokok sana!"

Setelah nyeletuk dengan kata perintah, Bang Awan tiba-tiba melemparkan selembar uang 50 ribu di hadapanku. Tentu saja rasanya Aku tak terima, tadi dia bilang bahwa Aku disuruh ngutang dulu di warungnya bu siti. Ini kok tiba-tiba melempar uang untuk beli rokok. Aku ingin marah tapi sekali lagi ku tahan amarah itu. Dengan perasaan yang menggebu-gebu akhirnya ku pungut juga uang itu. Akupun berbalik pergi hanya sekedar membelikannya rokok.

Di perjalanan pikiranku kemana-mana, Aku masih bingung akan perlakuan bang Awan terhadapku sehingga tak ku sadari ada mobil yang hampir saja menyerempet. Tak hanya itu genangan air yang sengaja ku hindari ternyata memercikkan air ke seluruh bajuku.

Wuih, Aku kesal! Bayangkan saja air kotor dijalanan itu meninggalkan pulau-pulau indah yang menjijikkan. Aku ingin marah tapi pengendara mobil Avanza itu tiba-tiba berhenti. Aku masih terus berjalan.

"Mbak!"

Teriak seseorang dari dalam mobil, suara itu, ya suaranya sangat familiar di telingaku. Aku menoleh.

"Bajunya kotor?" Tanyanya lagi.

Aku yang tadinya kesal dan ingin sekali marah, seakan tak tega untuk melontarkan kata-kata makian ku. Alhasil Aku cuma tersenyum.

"Bisa dicuci." Jawabku seadanya.

Dia masih melirikku, memperhatikan dari ujung kaki hingga kepalaku, lalu pria yang tak kutahu wajahnya karena dia menggunakan masker mengeluarkan uang 200 ribu.

"Ambil uang ini, anggap saja sebagai ganti rugi!"

Aku mengkerut kan kening. Yang benar saja memangnya tampangku sama percis kayak pengemis ya? Pria itu seakan menghinaku. Dia mengeluarkan uang lagi dan menyodorkannya kepadaku.

"Ambil!"

Dia memberikan uang dan menyisipkan sebuah kartu nama. Tapi karena rasa kesal ku yang dia anggap seperti pengimis seakan membuatku jijik untuk menerima uang serta kartu itu. Tak kusangka dia nekat juga dan segera melemparkan uang serta kartunya. Lalu tanpa persetujuanku diapun menjalankan kembali mobilnya.

Aku terheran sambil memperhatikan keadaan di jalan. Sepi belum ada kendaraan yang lewat dan karena Akupun butuh uang untuk berbelanja akhirnya uang itu ku pungut juga. Ku baca kertas putih yang dia lemparkan tadi.

"Dion Pratama. Nama yang bagus dan terimakasih banyak orang baik lain kali, sekalian lempar saja tubuhku pakai lumpur! Huh." Gerutuku kesal.

Aku berjalan dengan langkah yang malas, menghela nafas berulang kali.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Di Jual Suami Jadi Pemuas Pria Kaya   52. Masih Bernafas

    "Dion ini aku." Cercanya langsung. "Bagaimana kabarmu hari ini? Aku akan memeriksa kakinya dan mungkin juga kau harus melakukan pijat refleksi lagi." Tanya Pras pelan. Dion menoleh dan memberinya senyum. "Kau tahu bahwa hari ini aku baik-baik saja." Dion berkata sambil meletakkan pelan cangkir kopi yang dia pegang. Pras membalas senyumnya dan mulai berjalan mendekatinya, lalu secara pelan pria itu menjongkok. Pras memegang kakinya dan mulai melakukan penekanan. "Apa ini sakit?" Tanyanya. "Tidak." Jawab Dion mantap. "Lalu bagaimana dengan ini?" Pras menekan lebih kuat lagi. "Juga tidak sakit." Dion menggeleng. "Baik, setelah ini kau harus pergi kerumah sakit, saraf kakimu masih perlu pemeriksaan." Jelas Pras kalem. "Baik." Dion memalingkan wajahnya. "Kau sudah bisa berjalan kan?" Pras lalu berdiri. "Jangan khawatir." Dion mencubit hidung mancung nya sendiri. Lalu pria di sampingnya ikut duduk. "Dion, semalam aku mendapat informasi dari bawahanmu, ya dia menghubungiku karena

  • Di Jual Suami Jadi Pemuas Pria Kaya   51. Prasetyo

    Melisa berjalan mendekati Dion, aroma parfum itu sungguh menyebar kemana-mana. "Sayang, kau sudah mandi? Apa perlu aku memandikanmu? Tapi ini sudah sangat larut, bagaimana jika kita tidur saja?" Katanya pelan. Lelaki tampan itu tetap dingin dan tanpa ekspresi. Tak perlu jawaban Melisa langsung mendorong kursi roda yang di duduki Dion menuju ranjang mereka, setelah sampai Melisa ingin membantunya berdiri tapi tangan kekar Dion segera menepis nya. "Apa ada yang salah?" Tak ada jawaban, Dion langsung saja memapah tubuhnya sendiri keatas ranjang, perempuan cantik itu hanya menatapnya dengan tarikan nafas yang kesal namun dia harus menahannya demi permainan cantik dirinya dan sang ibu. Melisa kini perlahan mendekatinya, sontak saja pria itu terkejut. "Melisa, apa yang kau lakukan? Kembali ke kamarmu." Hardik Dion keras. "Sayang kecilkan suaramu, bagaimana kalau malam ini kita jadikan malam yang takkan pernah terlupakan, kau tahu kan bahwa sekarang aku adalah istrimu." Tangan halu

  • Di Jual Suami Jadi Pemuas Pria Kaya   50. Jahat

    Saat itu jarum jam tepat menunjuk pada angka sebelas dimalam hari. Melisa dan Sri tampak tertawa kecil di balkon rumahnya."Oh malangnya nasibmu sebagai jalang yang tak tahu diri, pasti kau sudah tenangkan di alam sana?" Ujarnya dengan wajah tanpa ekspresi ketika dia melihat kiriman video yang baru saja bodyguardnya kirimkan."Sekarang, kau bisa lebih leluasa memiliki Dion putriku. Perempuan jalang itu memang pantas di lenyapkan dari muka bumi ini." Sri menatap sang anak. Anggukan bahagiapun terlihat dari raut wajah melisa yang memerah."Bagaimana jika kita rayakan kemenangan ini bu.""Jangan dulu nak, ibu takut jika ada yang mencurigai kita, sekarang pulanglah mungkin saja Dion mencarimu.""Aku sudah sedikit ifill padanya bu." Dalam sekejap wajah melisa yang memerah tadi berubah."Ada apa?""Bukannya ibu tidak tahu bagaimana perubahan Dion setelah kecelakaan meminum racun itu, dia lebih banyak berdiam dan bahkan sekarang dia lumpuh, apalagi yang bisa kubanggakan dari dia bu.""Oh kau

  • Di Jual Suami Jadi Pemuas Pria Kaya   49. Cinta Kita Haruskah Berakhir

    Rasa putus asa serta bingung, itulah yang kurasakan sekarang, ruangan ini sungguh membuatku serasa ingin mati. Ketika aku tenggelam dalam ketakutan. Tiba-tiba terdengar deritan pintu di buka. Aku menoleh, sesosok bayangan seorang wanita muncul diikuti beberapa pria di belakangnya. "Selamat datang calon menantuku yang bodoh, bagaimana rasanya? Pasti kau sangat kebingungan ya ketika di bawa keruangan ini?" Ujarnya seperti berbisik. Senyuman sinis kini terlihat dari bibirnya yang merah merona. "Apa mau kalian!" Bentakku kemudian. "Baiklah, sekarang aku akan menjelaskannya padamu jadi kuharap kau bisa bekerja sama." Aku bungkam, masih memahami keadaan ini, bagaimana aku tidak bingung. Ketika aku naik mobil bersama pria misterius itu, di tengah perjalanan tiba-tiba tiga orang pria menyergap kami dan langsung membawanya kesini. Oh ya kupikir mungkin aku di culik? Tapi untuk apa orang-orang ini menculikku? Aku bukan siapa-siapa, bukan pula orang yang terkenal? Mungkinkah mereka butuh gi

  • Di Jual Suami Jadi Pemuas Pria Kaya   48. Tentang Kak Dina

    Dia seolah tak perduli akan deringan ponsel yang terus berbunyi. Alhasil endingnya dia nonaktifkan juga ponsel itu. Seketika suasanapun kembali sunyi.Sudah seminggu Arya dibuat pusing oleh Dina dan pada akhirnya pilihan lelaki itu adalah berselingkuh demi memuaskan nafsu biologisnya yang terus saja menuntut. Arya masih muda dan sebagai lelaki yang sudah menikah tidak mungkin dia akan bisa hidup tanpa kebutuhan itu.Mas Arya pulang ketika hari sudah gelap, keadaan rumah sunyi, lelaki berperawakan tinggi itu langsung masuk kekamar dan melihat kak Dina tengah memeluk anak semata wayang mereka."Mas kamu baru pulang?" Tanyanya serak karena saat itu kak Dina baru saja bangun tidur. Dia bangun ketika mendengar langkah kaki mas Arya."Sudah.""Mas sudah makan?""Sudah. Ada apa tadi sore kamu telpon? Mas lagi sibuk dan lain kali jangan ganggu mas, maskan lagi memulai bisnis.""Bisnis apa mas? Kitakan sudah enak kerja di PT dan gajinya juga menjanjikan!""Gaji kita belum cukup untuk pendidika

  • Di Jual Suami Jadi Pemuas Pria Kaya   47. Mas Arya Selingkuh

    Setelah kurasa perjalananku sudah cukup menjauh dari rumah sakit, aku duduk sejenak di sebuah rumah kosong. Sambil sesekali memijit kakiku yang pegal. Dor! Terdengar suara tembakan dari arah yang berlawanan, kontan aku yang berada di situ seketika menggigil ketakutan. Tanpa bisa ku tebak dari mana sumbernya tiba-tiba sebuah tangan yang kekar menarikku kuat. Aku tak bisa mempertahankan diriku sendiri, aku terpaksa mengikutinya dan entahlah sudah sejauh mana aku dan pria misterius itu berlari. "Berhenti! Tolong berhenti! Siapa kamu?" Tanyaku berani-berani takut. Dia tak menjawab, wajah itu tertutup kain, tentu saja aku tak mengenalinya. Lalu perlahan-lahan aku ingin menjauh darinya namun itu hanya mimpi, pria itu tak akan semudah itu melepaskanku. "Kau harus ikut denganku!" Terdengar suara barito. "Tidak! Biarkan aku pergi." "Bagaimana aku bisa membiarkanmu pergi, kau dalam bahaya nona." Ujarnya lagi. "Drama tragis apa lagi ini?" Aku benar-benar tak mengerti apa maksud dari pria

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status