Home / Romansa / Di Ranjang Sepupu Suamiku / 3. Ciuman Pertama Setelah Setahun Pernikahan

Share

3. Ciuman Pertama Setelah Setahun Pernikahan

Author: Wideliaama
last update Last Updated: 2025-10-25 20:41:51

Sudah lima kali Clara membersihkan diri di kamar mandi. Meski tubuhnya terasa licin oleh sabun, rasa kotor itu tetap menempel kuat. Ia merasa jijik pada dirinya sendiri—lebih dari rasa jijik yang ia rasakan pada Sean.

Saat Clara keluar dari kamar mandi, Sean baru saja pulang. Matanya melirik Clara sekilas, tapi hanya sebatas itu. Tidak lebih, tidak ada ketertarikan sama sekali. 

Padahal… Clara hanya menggunakan handuk pendek. 

Penampilan yang cukup membuatnya malu di depan seseorang yang bahkan tidak pernah menganggapnya sebagai seorang wanita. 

"Baru pulang?" Clara berusaha menjaga nada suaranya tetap netral. Berjalan menuju lemari untuk mengambil pakaian. 

"Hmm. Semalam aku tidur di kantor," jawab Sean tanpa menatap.

Pembohong. Aku tahu kamu tidur di hotel dengan selingkuhanmu.

Clara memaki dalam hati, namun bibirnya tetap kelu.

"Oh begitu," hanya itu yang sanggup ia ucapkan sebelum akhirnya menanggalkan handuk dan mengganti pakaian tepat di hadapan Sean. 

Tapi lagi-lagi lelaki itu tidak tergugah. 

Tatapannya fokus pada layar ponsel tanpa mau repot-repot meliriknya. 

Hati Clara mencelos. Air mata menggenang hampir turun di pipi. Ia masih mengingat jelas ekspresi Sean di foto itu. Cara Sean merangkul seorang perempuan dengan hangat dan mesra.

Perlakuan yang tidak pernah ia berikan pada isterinya sendiri. 

Hatinya remuk. Ia ingin marah pada Sean—bahkan meneriakinya—namun kesalahan besar yang ia lakukan semalam membuatnya tak sanggup membuka mulut.

Kini bukan hanya Sean yang mengkhianati pernikahan ini. Ia pun sama kotornya.

Tidur dengan lelaki lain… seperti perempuan murahan.

"Bodoh…" gumam Clara lirih sambil mengancingkan kemeja. 

Setelah berpakaian lengkap –kemeja putih bergaris dan celana jeans– Clara menghampiri Sean di sofa. Lelaki itu hanya melirik sekilas ke samping, seolah memastikan bahwa jarak mereka cukup membuatnya merasa tidak nyaman. 

“Ada yang mau kamu bicarakan?” Sean berbicara datar. Kali ini ia membuka laptop, sibuk dengan beberapa hal. 

Clara mempersiapkan diri. Namun sebelum bibirnya terbuka, ponsel Sean bergetar di meja. 

Sekilas, Clara melihat sederet nomor yang tidak tersimpan. Sebuah nomor familiar namun ia tidak ingat pernah melihatnya dimana. 

Sean mengangkat telepon segera. Meski terlihat tenang, tapi Clara menangkap ada kehati-hatian dalam pergerakannya. 

"Hmm. Baik, aku segera ke kantor." 

Clara menatapnya getir. Apakah itu telepon dari selingkuhannya? 

Pertanyaan itu menari-nari di kepalanya, membuat jemarinya terkepal sampai memutih.

"Aku harus ke kantor sekarang," ucap Sean singkat.

"Apa masalahnya sangat serius sampai kamu tidak bisa berbicara denganku dulu?” Clara tak bisa menahan diri.

Sean berhenti. Ia membaca sorot mata Clara dan tahu pertengkaran sedang mengintai pagi itu. Menghindari itu, ia kembali duduk. 

“Katakan. Aku tidak bisa membuang waktu lebih lama.” Ucapnya dingin, menusuk. 

Clara menelan ludah getir. “Aku… ingin bercerai.”

Suaranya bergetar, dipenuhi duri yang ia tahan selama ini.

Sontak Sean menoleh. Kali ini, ia benar-benar menatap Clara penuh. Mata tajamnya menghitam, namun pupilnya bergetar seolah kata itu menohoknya.

"Omong kosong apa yang kamu katakan?"

"Aku sudah memikirkan ini sejak semalam," ujar Clara pelan. "Kita sudah menikah setahun, tapi tidak ada yang berubah. Aku tahu kamu selingkuh. Dan... aku pun sudah melakukan kesalahan besar."

Sean terdiam, ekspresinya sulit dibaca.

"Kamu juga menginginkannya, kan?" Clara tersenyum hambar—senyum yang lahir dari luka.

"Kamu mabuk, ya?" sahut Sean akhirnya. Ia berdiri. "Bicaralah saat akalmu kembali."

"Sean!" Clara ikut bangkit, namun Sean sudah berjalan menuju pintu. Ia benar-benar menganggap kata-kata Clara hanya gurauan.

"Sean, aku serius! Aku ingin mengakhiri pernikahan ini!"

Tangan Sean berhenti di gagang pintu ketika Clara menarik baju belakangnya.

"Aku tidak bercanda!" seru Clara. "Aku ingin berpisah!"

Wajah Sean mengeras. Dengan kasar ia menepis tangan Clara dan mencengkeram dagunya.

"Ini trik barumu untuk menggodaku? Kamu pikir aku tidak tahu permainanmu?"

Clara menggeleng. Nafasnya tercekat.

"Berhentilah merengek dan menyusahkanku!" bentak Sean. "Aku sudah cukup lelah dengan pekerjaan yang menumpuk. Apa kamu tidak bisa diam dan menikmati hidup enakmu?"

Clara menatapnya tajam. Menikmati?

"Bagian mana yang harus kunikmati? Kamu bahkan tidak pernah menganggapku sebagai istrimu!"

Brak! Sean mendorongnya ke pintu. Clara meringis, tapi Sean tidak peduli.

"Jadi itu tujuanmu?" sorot matanya penuh penghinaan. Clara mengerut, tak mengerti arah pembicaraan Sean.

"Aku tahu kamu sedang menggunakan trik murahan," lanjut Sean, mencondongkan tubuh. Wajah mereka sedekat beberapa inci.

"Tapi anggap saja untuk kali ini aku terjebak."

Clara membeku ketika Sean tiba-tiba mencium bibirnya. Ciuman itu dingin, tajam dan tanpa perasaan. 

Ia tahu Sean sedang merendahkannya. Tapi tubuhnya… tubuhnya bergetar. Dan di sanalah letak penghinaan terbesar bagi dirinya sendiri.

"Bukankah ini cukup untuk membuatmu diam?" ucap Sean setelah melepaskan ciuman itu.

Tanpa memberi kesempatan Clara bernapas, ia membuka pintu dan pergi begitu saja.

Meninggalkan Clara dengan hati yang hancur, tubuh bergetar, dan rasa hina yang semakin dalam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di Ranjang Sepupu Suamiku   6. Apa Aku Boleh Menjilatnya Lagi?

    Aroma mawar dan eucalyptus memenuhi ruangan ketika Clara menunduk merapikan rangkaian bunga yang baru saja ia mulai.Tangannya bekerja cekatan, menyisipkan batang demi batang ke dalam vas kristal, membentuk kombinasi warna lembut sesuai yang dipesan pelanggan."Jadi benar ya, Bu?" Suara Nella, salah satu pegawai Clara, memecah keheningan.Clara mendongak sedikit, pada Nella yang bersandar di meja kasir sambil mengunyah permen karet. "Apa?""Itu loh... katanya cucu pertama Mananta Group sudah pulang ke Indonesia."Clara membenarkan posisi bunga lily yang mulai mekar. “Kamu dengar dari siapa?”“Sarah," jawab Nella cepat. Dagu lancipnya menunjuk ke arah sudut ruangan, tempat Sarah sedang memberi label harga pada pot bunga kecil. “Dia dengar dari temannya yang jadi salah satu pelayan di rumah keluarga Mananta." Jelas Nella. Clara mencoba tertawa kecil. “Iya… dia pulang.”“Oh, jadi benar?!” seru Nella sambil mengangkat alis tinggi, lalu mulai heboh memanggil Sarah. “Sarah! Cepat kemari!

  • Di Ranjang Sepupu Suamiku   5. Terjebak

    Clara gugup dengan uluran tangan itu. Tangannya dingin, jemarinya bergetar. Dunia seakan berputar dan hampir membuatnya jatuh. Sendok Clara berhenti di udara.Ia bisa merasakan tatapan Regan tertuju padanya, bahkan sebelum ia menoleh.Ketika Clara akhirnya menengok ke arah laki-laki itu, Regan memang sedang menatapnya. Senyum jahil, nakal, menggodanya—senyum yang langsung menyeret ingatan Clara pada malam memalukan itu.“Baik.”Clara buru-buru mengalihkan pandangan, jantungnya memukul keras. Tangannya yang memegang sendok sedikit bergetar, enggan membalas uluran tangannya.Sean tidak menyadari apapun. Ia tetap makan, tak mengangkat kepala sama sekali. Seakan dunia lain tak berarti baginya.“Sean,” lanjut Jusuf sambil beralih menatap cucu keduanya, “aku sangat puas dengan laporan bulan ini. Kamu melakukan perkembangan besar.”Sean mengangkat dagu sedikit. “Terima kasih, Kek.”“Kamu selalu konsisten. Selalu disiplin. Tidak seperti sepupumu ini,” gumam Jusuf sambil menggeleng, membuat R

  • Di Ranjang Sepupu Suamiku   4. Sepupu Suami

    Sejak ibunya meninggal, rumah besar keluarga Mananta tidak lagi terasa hangat bagi Clara.Dulu, Mila, ibunya adalah kepala pelayan yang bekerja di rumah itu selama puluhan tahun. Sosok yang disegani dan disukai oleh para pelayan lain. Clara masih kecil ketika Mila membawanya tinggal di sana --menempati rumah pelayan yang terpisah di sisi barat halaman.Meski tinggal di lingkungan keluarga kaya, Clara tidak lupa siapa dirinya. Ia tidak pernah mengganggu pekerjaan ibunya. Sebaliknya, Clara justru membantu apa pun yang bisa dilakukan—memetik sayur di kebun, menyiram tanaman, bahkan menanam bunga di taman belakang. Karena itu para pelayan menyayanginya, dan di masa itu, Clara merasa bahagia.Tapi setelah ibunya meninggal… segalanya berubah.Clara dijodohkan dengan Sean Fernandes—cucu kedua Tuan Jusuf, pemilik Mananta Group. Sebuah perjodohan yang lahir dari balas budi karena ibunya mendonorkan jantung kepada Tuan Jusuf sebelum meninggal. Sebuah hutang nyawa yang ingin dibayar dengan ikata

  • Di Ranjang Sepupu Suamiku   3. Ciuman Pertama Setelah Setahun Pernikahan

    Sudah lima kali Clara membersihkan diri di kamar mandi. Meski tubuhnya terasa licin oleh sabun, rasa kotor itu tetap menempel kuat. Ia merasa jijik pada dirinya sendiri—lebih dari rasa jijik yang ia rasakan pada Sean.Saat Clara keluar dari kamar mandi, Sean baru saja pulang. Matanya melirik Clara sekilas, tapi hanya sebatas itu. Tidak lebih, tidak ada ketertarikan sama sekali. Padahal… Clara hanya menggunakan handuk pendek. Penampilan yang cukup membuatnya malu di depan seseorang yang bahkan tidak pernah menganggapnya sebagai seorang wanita. "Baru pulang?" Clara berusaha menjaga nada suaranya tetap netral. Berjalan menuju lemari untuk mengambil pakaian. "Hmm. Semalam aku tidur di kantor," jawab Sean tanpa menatap.Pembohong. Aku tahu kamu tidur di hotel dengan selingkuhanmu.Clara memaki dalam hati, namun bibirnya tetap kelu."Oh begitu," hanya itu yang sanggup ia ucapkan sebelum akhirnya menanggalkan handuk dan mengganti pakaian tepat di hadapan Sean. Tapi lagi-lagi lelaki itu

  • Di Ranjang Sepupu Suamiku   2. Bukan Sean

    Clara memejamkan matanya rapat ketika bibir lelaki itu menyentuh lehernya. Sentuhan panas itu membuat tubuhnya menegang sekaligus gemetar. Di bawah cahaya kamar hotel yang temaram, ia meremas ujung rok dress hitamnya agar tetap sadar. Pengaruh alkohol membuat dunia berputar, tetapi lengan kekar itu menangkap pinggangnya—mengangkat tubuhnya dengan mudah sebelum membawanya ke tempat tidur. “Emh…” Clara tersenyum kecil. Rasa malu dan sakit hati yang tadi membakar dadanya tergantikan oleh getaran aneh yang selama ini hanya ia bayangkan. Ia sudah menunggu ini selama satu tahun. Menunggu Sean. Menunggu suaminya sendiri. Ketika lelaki itu berhenti bergerak, Clara membuka mata. Ia berada di bawah. Dia berada di atas. Posisi yang seharusnya Clara impikan. “Kenapa berhenti?” bisiknya cemas. Ada ketakutan liar bahwa Sean akan menolaknya lagi—seperti dulu. Seperti saat ia menawarkan diri hanya untuk dibuang mentah-mentah. Tak ingin kesempatan itu hilang, Clara mendadak membalik keadaan. Ta

  • Di Ranjang Sepupu Suamiku   1. Salah Kamar

    "Dasar brengsek! kalau kamu memang tidak mencintaiku, kenapa kamu setuju menikah denganku?!" Clara Favietra menenggak segelas minuman panas sampai tandas.Sudah hampir dua jam wanita dengan dress mini hitam itu duduk di meja bar. Menghabiskan dua botol minuman panas sambil menangis dan meracau sendirian. Barista yang melayaninya tidak sedikitpun bertanya. Clara bukan satu-satunya pelanggan yang mengalami hal serupa. Entah putus cinta atau kesulitan menghadapi masalah hidup, orang-orang selalu memilih club sebagai tempat meringankan beban. Saat Clara hampir ambruk, Barista itu berbicara. "Nona, mau saya panggilkan taksi online?"Clara melambaikan tangan tanpa membuka mata. Kepalanya terasa berat tapi ia masih memiliki sedikit sisa kesadaran. "Tidak usah.""Baiklah."Memegangi satu sisi kepala yang semakin berat, Clara meraih ponsel yang tergeletak di samping minuman ketika benda persegi itu bergetar singkat. Seseorang mengirimkan pesan. Sial. Ia bahkan kesulitan melihat layar. Cla

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status