Share

Bab 6

"Ada apa lagi jangan-jangan mas suka sama naila Iyah jawab mas" kata Hanifah.

"Han aku itu cuma cinta sama kamu, aku bakal turutin perintah kamu ok tapi tolong jangan ngambek lagi yah" sambil menggenggam tangan Hanifah kemudian mencium kening istrinya.

Malam ini Naila akan dilamar oleh kakak iparnya itu dia datang bersama keluarganya. 

Naila masih siap-siap untuk menemui calon suaminya. 

"Gimana umi bagus gak kalo aku pakai hijab dengan gamis" tanya Naila kepada uminya. 

"Masya Allah kamu cantik sekali nai umi kagum sama kamu, coba saja kamu setiap Hary pakai hijab pasti cantik deh" jawab uminya yang kagum dengan anaknya. 

"Aku akan coba buat umi bahagia" Naila memeluk uminya dnegan penuh sayang.

"Ayok kita ke bawah pasti calon suamimu usaha nunggu" ajak uminya lalu kami turun ke bawah sudah ada calon suaminya, Hanifah, dan keluarganya Raihan yang sedang duduk melihat bidadari yang turun dari tangga dia kagum dengan penampilan naila. 

"Cantik Masya Allah" kagum Raihan melihat Naila menggunakan hijabnya. 

"Ingat mas jangan sampai menyukai adikku" peringatan Hanifah kepad suaminya kemudian Naila pun menyalami orang tua Raihan. 

"Kamu cantik nai pakai hijab" puji bunda Raihan dengan menyentuh pipiku. 

"Iya Naila memang cantik loh, gak salah Raihan memilih kamu jadi istrinya" kata ayahnya Raihan lalu Naila pun tersenyum dengan melihatkan lesung pipinya itu. 

"Cantikan apanya coba cantikan juga gw" batin Hanifah dengan menatap Naila sinis yah dia gak suka jika keluarga Raihan skrg dengan Naila dia takut jika kasih sayang keluarga Raihan berpaling darinya. 

"Saya ke sini untuk melamar anak kamu Nur Naila Habibah untuk anak saya yang bernama Raihan wadihan Muammar bagaimana apakah kamu menyetujuinya" ujar ayahnya Raihan. 

"Saya sebagai orang tua menyetujuinya tapi keputusan ada ditangan anak saya karena dia yang menjalani pernikahannya bagaimana Naila apa kamu menyetujuinya" tanya abiku lalu Naila mengangguk. 

"Ada syaratnya jika suami saya menikah dengan adik saya" bicara Hanifah dengan tegas. 

"Syaratnya apa kak" tanyaku kepada kak Hanafih. 

"Disini ada surat persyaratan."

1. Tidak ada pernikahan kalian rasa saling menyukai. 

2. Setelah lahir kalian berdua harus berpisah. 

3. Anak hasil dari pernikahan bkalin jatuh ke tangan raihan dan saya

4. Mas Raihan harus adil

"Gimana apa Naila setuju dengan persyaratan ini" jelas Hanifah. 

"Hmm... Iya aku menyetujuinya demi kakak" Naila memutuskan menerima pernikahan ini demi kakaknya 

“Han kamu gak boleh gitu sama adik mu pernikahan hanya satu kali Han gak boleh ada kata cerai" nasihat umi. 

"Benar nak pernikahan itu hany sekali gak boleh dimainkan" kata bunda Raihan. 

"Naila juga kan setuju dengan permintaan Hani jadi gak slaah dong" ucap Hanifah.

"Sama aja kamu gak adil sama adik kamu Han kamu harus adil dong" ujar abinya. 

"Udah aku gapapa kok Abi ini semua juga aku lakukan demi kak Hani" balas Naila. 

"Kamu memang perempuan baik nai aku kagum sama kamu cantik lagi aku tau kk sebenarnya kamu itu perempuan baik-baik" gumam Raihan. 

"Gimana mas kamu setuju kan persyaratan aku" tanya Hanifah. 

"Aku Seterah kalian saja" jawab Raihan. 

"Ok Klian bisa tanda tangani surat ini sebagai bukti perjanjian" dengan ragu Naila mendatangani surat persyaratan itu. 

"Bismillah" kemudian mendatangani surat itu sama dengan Raihan juga. 

"Lalu pernikahan akan diadakan kapan" tanya abiku. 

"2 Minggu lagi gimana" jawab ayahnya Raihan. 

"Ok gimana kalian setuju gak" kata abiku kepada Raihan, Naila dan Hanifah lalu kami mengangguk. 

Esoknya kami fitting baju pengantin untuk pernikahan kami 2 Minggu lagi yah kami pergi bersama Hanifah, Naila hanya terdiam melihat kemesraan mereka berdua. 

"Mas bagus deh bajunya" Hanifah sedang melihat baju pengantin untuk pernikahan. 

"Iya bagus gak Nora lagi" kata Raihan. 

"Sebenernya siapa sih yang mau nikah kenapa mereka berdua yang sibuk sih" gumam. 

Naila lebih baik dia duduk disofa sambil memainkan handphonenya. 

"Nai coba kamu pake gaun ini deh" kata Hanifah kemudian Naila pun nurut mencoba gaun pengantin yang dipilih kakaknya dia pun keluar dengan memakai gaun pengantin. 

"Cantik" ucap Raihan yang keceplosan. 

"Ingat mas jangan sampai suka dengan adikku" sindir Hanifah sedangkan Naila hanya teridiam saja melihat mereka berdua. 

"Coba mas pakai kemeja ini deh pasti cocok" lanjutnya yang sedang memegang kemeja tadi kemudian Raihan pun mencobanya di kamar pengganti Setelah itu dia keluar dengan menggunakan kemejanya. 

"Kamu ganteng pak Astagfirullah ingat nai gak boleh suka sama pak Raihan" gumam Naila. 

"Ganteng mas kamu cocok pake ini udah yuk beli gaun sama kemeja ini aja" ajak Hanifah untuk membayar dikasirnya setelah itu mereka mengelilingi mall untuk melihat-lihat. 

"Mas kita ke sana dulu yuk" ajak hanifah yang menarik lengan suaminya sedangkan Naila hanaya terdiam berdiri disini dia seperti tidak dianggap kemudian Naila mengikuti mereka berdua ke dalam toko baju gamis. 

"Bagus gak mas" tanya Hanifah kepad suaminya. 

"Bagus aku ke sana dulu yah" jawab Raihan dan Hanifah pun mengangguk Raihan melihat Naila sedang melihat gamis dan memegang gamis itu sepertinya dia menyukainya. 

"Bagus gamisnya pengen beli tapi gak ada uang kuliah aja pakai beasiswa apa lagi ini gamis mahal mana bisa ke beli sih nai" Naila berbicara sendiri sambil memandang gamis mahal itu dan memegangnya. 

"Kalo kamu mau ambil aja biar saya yang bayar" kata Raihan yang muncul disampingnya. 

"Eh bapak gak kok pak gak usah hehe" ucap Naila dengan tertawa kecil. 

"Udah kamu ambil aja sebentar lagi juga kan saya bakal jadi suami kamu" kata Raihan dengan tersenyum

"Maaf gak bisa kak nanti kak Hani marah lagi" ucap Naila. 

"Itu biar saya yang urus" ujar Raihan. 

"Maaf sekali lagi gak saya gak bisa pak" balas Naila kemudian datang Hanifah yang melihat mereka berdua sedang mengobrol. 

"Ada apa ini" tanya Hanifah, Naila hanya terdiam dia takut di marah kakaknya. 

"Mas bolehkan membelikan gamis ini untuk Naila" jawab Raihan. 

"Ya boleh lah sebentar lagi juga kalian akan menikah kan" kata Hanifah dengan tersenyum.

"Kakak gak marah" ucap Naila lalu Hani menggelengkan kepalanya. 

"Makasih kak" dengan memeluk kakaknya

"Kamu lucu nai saya suka sama sifat kamu tidak mau mengambil pemberian orang tanpa seijinnya" gumam Raihan dengan tersenyum melihat kelakuan Naila.

Setelah membeli gamis Hanifah mengajak suaminya untuk makan di cafe mahal Naila memikirkan bagaimana cara membayar makanan ini sedangkan dia tidka punya uang untuk membelinya. 

"Kamu mau makan apa nai" tanya Raihan yang melihat Naila sibuk Dengan melihat-lihat buku resepnya dia bingung harus pilih yang mana sementara ini semua makanannya mahal semua yang paling murah aja seratus ribu. bagaimana dia membayarnya coba Naila memutuskan membeli air putih saja yang harganya 10 ribu. 

"Aku mau air putih aja pak" jawab Naila dengan ragu. 

"Air putih? Kamu gak makan nai" kata Raihan. 

"Gak deh pak saya gak laper" ucap Naila. 

"Kamu makan aja nai yang bayar kan mas Raihan bukan kamu" ujar Hanifah. 

"Aku gak mau ngerepotin kalian lagi tadi kan udah dibelikan gamis masa mau dibayarin lagi sih" balas Naila. 

"Kamu gak perlu bingung Saya yang akan bayar makanannya" kata Raihan. 

"Udah mas pesan aja makanannya kalo bicara sama Naila pasti nolak terus" ucap Hanifah kemudian Raihan memesan makanannya, kami pun makan bersama-sama.

Setelah makan kami pulang ke rumah Raihan mengantarkan Hanifah ke rumah temannya katanya dia ingin bertemu dengan teman lamanya kemudian Raihan pun mengantarkan Naila ke rumah orang tuanya di dalam mobil kami saling diam. 

"Ehhmm" Raihan pun berdehem agar suasana tidak canggung lagi. 

"Kenapa pak" tanya Naila dengan polosnya. 

"Nai saya mau bicara penting sama kamu" jawab Raihan sambil menyetir mobilnya. 

"Bicara apa pak" ujar Naila.

"Hmm... Saa...aaya mencintai kamu nai" balas Raihan dengan gugup menyatakan perasaannya. 

"Tolong hapus perasaan bapak kepada saya, saya gak mau kalo kak Hani tau" kata Naila dengan menatap wajah Raihan. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status