Share

Part 5

Pagi hari Hanifah pergi ke rumah orang tuanya untuk memberikan baju Naila yah dia memang kakak terbaik dan perhatian dengan adiknya. 

"Assalamu'alaikum umi." ucap salam Hanifah kemudian mencium tangan uminya. 

"Wa'alaikumussalam." jawab salam uminya yang membukakan pintu rumahnya. 

"Hani ke sini mau kasih Naila baju." kata Hanifah bahwa dirinya datang ke tempat rumah umi nya ini hanya ingin memberikan baju untuk adik nya saja. 

"Naila lagi dikamar nya han kamu ke atas aja yah oh ya umi titip pesan sama kamu tolong rubah tuh anak umi seperti kamu Han." nasihat umi lalu Hani mengangguk sambil tertawa lalu dia berjalan ke atas tangganya menemui adiknya itu. 

"Assalamu'alaikum." ucap salam Hanifah yang mengetuk pintu kamar dan dibukakan oleh adiknya. 

"Wa'alaikumussalam kakak sama siapa ke sini." tanya Naila yang sedang mengurus tugas kuliahnya. 

"Tadi kakak sendiri ke sininya, kamu lagi ngerjain tugas yah maaf ganggu yah" jawab Hanifah ia jadi merasa terganggu oleh adiknya itu saja. 

"Enggak kok gak cuma lagi ngerjain tugas pak Raihan aja" kata Naila yang masih mengetik laptopnya. 

"Ciee lagi ngerjain tugas dari calon suaminya" goda Hanifah hanya ingin menggoda adiknya ini saja. 

"Apaan sih kak ini kan tugas seorang mahasiswi yang mengerjakan tugas dari dosennya" tegas Naila sembari mengetik laptopnya masih banyak tugas yang harus ia kerjakan lagi. 

"Mas Raihan kalo di kampus gimana nai" tanya Hanifah ia ingin tahu bagaimana dengan sifat suami nya itu jika dia sedang berada di kampusnya. 

"Dia kalo di kampus mukanya datar kak mana dingin lagi mukanya bicara aja sedikit doang" jawab Naila ia menceritakan tentang calon suaminya itu Jiak kalo di kampusnya dia pasti selalu memasang wajah datarnya saja. 

"Dia memang begitu tapi Kalo udah kenal huuu perhatian banget tau terus cerewet dan suka manjain istrinya loh" kata Hanifah ia menasehati adiknya kalo calon suaminya itu memang seperti itu sifatnya tapi jika suaminya sudah perhatian pasti akan selalu memanjakan isterinya juga. 

"Tapi aku gak suka sama dia kak kaya es batu sikapnya pokoknya gak suka deh" ucap Naila yang sedang menjelekkan calon suaminya tiba-tiba calon suaminya datang yang berada di depan pintu kamarnya. 

"Terus kenapa kamu nerima kak Raihan" tanya lelaki itu yang baru datang Naila masih fokus dengan tugasnya. 

"Ya karena..." Belum saja menjawab dia melihat sudah ada calon suaminya di depan pintu kamarnya. 

"Loh kok bapak ada disini sih katanya Kakak ke sini sendiri" kata Naila ia sangat terkejut sekali saat melihat lelaki itu datang tiba tiba saja masuk ke dalam kamar milik dirinya saja. 

"Kakak juga gak tau loh nai tadi kakak ke sini sendiri kok" ucap Hanifah bahwa dirinya pun sama sekali tidak tahu jika suaminya itu menyusul dirinya ke rumah uminya juga. 

"Saya ke sini mau menjemput istri saya" ujar Raihan menghampiri mereka berdua. 

"oh" jawab Naila dengan singkat saja tak mau ambil pusing. 

"Oh yah nai ini kakak bawain baju buat kamu nanti pas malam dipake yah buat lamaran kamu" kata Hanifah sambil memberikan plastik yang didalamnya baju kepada Naila. 

"Makasih loh kak ngerepotin segala" ucap terima kasih Naila. 

"Gak ngerepotin kok ini hanya sebagai terima kasih kakak ke kamu" Hanifah tersenyum Naila pun ikut tersenyum. 

"Kamu lagi ngerjain tugas apa nai" tanya Raihan yang melihat tugasnya berserakan dimana-mana. 

"Masih aja gak nyadar orang lagi ngerjain tugas dia juga" gumam Naila. 

"Tugas bapak numpuk nih" jawab Naila. 

"Oh lain kali tugasnya jangan ditumpuk jadi kerepotan kan" nasihat Raihan dengan dingin. 

"Ini kan tugas dari bapak kemarin mana banyak lagi" sinis Naila. 

"Mas kira-kira dong ngasih tugas ke calon istri mas" omel Hanifah. 

"Omel aja kak kebiasaan kalo ngasih tugas tuh banyak biar tau rasa nanti aku anggurin dia kak" kata Naila. 

"Benar tuh kalo mas udha nikah Naila pasti mas dianggurin Sama Naila Karena sibuk ngurusin tugas dari mas" bela Hanifah. 

"Syukuri emang enak di omelin" ledek Naila dengan mengeluarkan lidahnya. 

"Ya maaf" permintaan maaf Raihan kepada calon isterinya itu. 

"Udah deh pak mending pergi deh gw mau ngurusin tugas dulu" usir Naila meminta keada calon suaminya itu untuk segera pergi dari dalam kamar milik dirinya saja. 

"Kamu gak boleh gitu nai gak baik ngusir calon suami" nasihat Hanifah. 

"Udah yah mending sekarang kakak sama bapak pergi deh aku lagu pusing nih ngerjain tugas kuliahku" kata Naila. 

"Yaudah kakak tunggu dibawah yah" pamit Hanifah kemudian meninggalkan kamar. 

"Maaf yah gara-gara saya kamu jadi banyak tuga" maaf Raihan dengan wajah sedihnya. 

"Hmm" Naila hanya berdehem dia tidka perduli dengan ucapan suaminya dia masih sibuk dengan tugasnya. 

"Ehmm... Mau saya bantuin gak" tawaran Raihan tidak ada sahutan dari Naila dia masih berkutik dengan laptopnya. 

"Nai" panggil Raihan. 

"Hmm" deheman Naila yang fokus dnegan laptopnya. 

"Nai aku bicara sama kamu loh ada yang bisa saya bantu gak" tanya Raihan yang melihat Naila menghadapn ke arahnya. 

"Saya minta kurangi tugas saya" jawab Naila dengan sinis. 

"Gak bisa gitu nai kamu kan mahasiswi saya" ujar Raihan. 

"Yaudah kalo gak bisa lebih baik bapak keluar jangan ganggu saya" usir Naila. 

"Tapi nai??" Kata Raihan. 

"Udah pergi sana ganggu aja deh" mencoba mendorong Raihan sampai keluar kamar lalu menutup pintu kamarnya dengan keras kemudian Raihan pun ke bawah untuk menemui istrinya. 

"Naila kenapa" Hanifah mendengar suara bantingan pintu dari kamar Naila. 

"Gak tadi aku mau bantuin Naila eh malah dia marah-marah" kata Raihan. 

"Dia kalo lagi banyak tugas emang gitu suka pusing dan gak mau pikirin yang lain" ucap umi yang sedang menyiapkan sarapan untuk keluarga di ruang makan. 

"Naila udah makan belum umi" tanya Raihan. 

"Dia belum makan dari tadi tuh dia sibuk dengan tugasnya dari malam tuh" jawab uminya. 

"Belum makan!" Kaget Raihan mendengar perkataan uminya. 

"Kenapa mas kok khawatir gitu sih" tanya Hanifah. 

"Hmm... Gimana gak khawatir sih deh melihat adik iparnya belum makan loh" jawab Raihan dnegan berbohong. 

"Oh kirain aku kamu suka sama adik aku awas yah jangan sampai suka kamu menikah dengan dia cuma karena ingin anak yah" ujar Hanifah. 

"Untung aja dia percaya jangan sampai Hani tau kalo saya sudah mulai suka dengan Naila" batin Raihan dengan lega. 

"emang kenapa Han gak salah kan kalo suami kamu suka dengan calon istrinya sendiri" tanya uminya. 

"Aku gak mau umi sampai mas Raihan berpaling dariku nanti kasih sayangnya ke aku hilang lagi" jawab Hanifah dengan takut. 

"Jangan suudzon sama adikmu dan suamimu loh" nasihat umi. 

"Siapa yang suudzon aku nyuruh Naila buat nikah sama mas Raihan cuma karena anak kok terus kalo Naila lahir suamiku bakal talak Naila" kata Hanifah. 

"Han nikah itu bukan main-main aku gak yah Sama kamu kaya gitu nikah itu hanya sekali nanti gak ada kata cerai aku masih bisa adil kok untuk kalian" ucap Raihan. 

"Benar kata suamimu Han nikah itu gak main-main emang kamu mau adikmu nanti jadi janda kamu itu jangan mikirin perasaan kamu aja dong pikirin adik kamu juga" ujar umi. 

"Aku gak mau tau setelah Naila melahirkan mas Raihan harus cerain Naila" Hanifah langsung pergi dari rumah uminya. 

"Aku ngejar Hani dulu Bu assalamu'alaikum" ucap salam Raihan kemudian menyusul istrinya. 

"Wa'alaikumussalam" jawab salam uminya. 

"Han tunggu" panggil Raihan yang sudah di depan rumahnya. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status