Share

Dia (Bukan) Suami Idaman
Dia (Bukan) Suami Idaman
Penulis: tri hidayanti

Sikap Yuda Berubah-ubah

Srak! 

Bruk! 

Yuda menarik koper yang bertengger diatas lemari dengan kasar, kemudian melemparkannya tepat di sebelah meja rias. Putri yang sedang melepas riasannya di depan cermin, sontak menoleh kaget.

"Cepat kemasi pakaian dan barang-barang kamu seperlunya saja!" Titah Yuda dengan sangat tegas. 

Bahkan raut wajah Yuda terlihat dingin, tidak hangat seperti tadi siang, saat dia belum mengucapkan ijab qobul di depan penghulu. 

Ya, Yuda dan Putri baru saja resmi menjadi pasangan suami istri, sejak beberapa jam yang lalu. 

Saat ini mereka tengah berada di kamar Putri, kamar pengantin yang tidak di hias seperti pada umumnya, karena mereka hanya menggelar pernikahan yang sederhana. 

Tidak ada resepsi, hanya ada akad dan disaksikan oleh beberapa orang dari kedua belah pihak. Meskipun demikian, Putri tetap bahagia dengan pernikahannya yang sederhana ini. 

Sejak dulu dia memang tidak pernah mengidamkan pernikahan yang mewah, seperti kebanyakan para wanita. Bagi Putri, yang penting dah dimata hukum dan agama, itu sudah lebih dari cukup. 

Lagi pula, daripada uang dihamburkan untuk berpesta, lebih baik disimpan untuk bekal kedepannya. Karena menikah bukanlah akhir dari kehidupan, justru awal dari kehidupan yang nantinya penuh tantangan. 

"Kita mau kemana, Mas?"

"Ya pulang ke apartemen lah, kemana lagi?"

Putri terkejut karena Yuda mengajaknya pindah saat itu juga. Mereka memang sudah sepakat, setelah menikah akan tinggal di apartemen Yuda, karena selama ini Yuda juga tinggal di sana seorang diri. 

"Mas, kita itu baru saja menikah. Bahkan beberapa saudara masih ada di sini, masa kita sudah mau pergi saja? Enggak enak dong sama mereka?"

"Saya itu sekarang suami kamu, jadi harus menurut apa perintahku! Tahu kan kalau membantah suami itu dosa?"

Putri tercekat saat mendengar Yuda berkata demikian, nada bicaranya begitu mengintimidasi. Padahal sebelumnya Yuda selalu berucap dengan lembut, tidak pernah memaksakan kehendak seperti itu. 

Tapi ucapan Yuda adalah benar, istri harus menurut dengan suami, jadi mau tidak mau Putri harus menuruti peringtah Yuda. 

"I-iya, Mas. Tapi aku bilang sama Bapa dan Ibu dulu yah." pinta Putri seraya berdiri, dia sudah kebiasaan jika akan melakukan sesuatu pasti berunding terlebih dahulu dengan kedua orang tuanya. 

Apalagi Putri merupakan anak tunggal, sebenarnya dia ingin tetap bersama orang tua meskipun sudah menikah. Sayangnya Yuda sudah terbiasa hidup sendiri, jadi akan canggung jika hidup dengan orang tua, apalagi mertua. 

Saking cintanya Putri terhadap Yuda, dia rela melanggar janjinya kepada kedua orang tua, yang katanya akan tetap menenami walaupun sudah berkeluarga. 

Mau bagaimana lagi? Putri sudah cinta mati terhadap Yuda sejak saat pertama bertemu, empat bulan yang lalu. Saat itu dia tengah bermain ke rumah Amanda, teman Putri sejak duduk dibangku sekolah. 

Dimana Yuda merupakan Kakak dari Amanda. Sikap Yuda yang begitu hormat pada kedua orang tuanya, dan juga begitu menyayangi Amanda, membuat Putri yakin bahwa Yuda adalah pria yang baik dan calon suami yang dia idamkan. 

Siapa sangka ternyata Yuda juga menyimpan kekaguman yang sama terhadap Putri? Hingga mereka berdua sering berkomunikasi dan akhirnya memutuskan menikah. 

Tapi Putri heran, sikap Yuda saat ini jauh berbeda dengan sebelumnya. Yuda berubah seratus delapan puluh derajat, tidak ada kata-kata lembut yang Putri dengar setiap pagi. 

Apa ijab qobul membuat seorang Yuda tertekan? Entahlah, untuk saat ini Putri masih mencoba untuk berprasangka baik. Mungkin Yuda masih kebawa grogi akibat ijab qobul tadi siang. 

"Bilangnya bisa sekalian nanti 'kan? Sekarang kemasi barang dulu, nanti keluar bilang sekaligus pamit. Jadi enggak dua kali kerja."

Putri yang sudah berjalan hampir menyentuh gagang pintu pun terhenti, dia mengerjapkan netranys berkali-kali. Kenapa seakan Yuda melarang Putri untuk berbicara dengan orang tuanya? 

Tapi sekali lagi Putri masih mencoba berprasangka baik, mungkin Yuda tidak suka dengan banyak membuang waktu. Jika bisa lebih singkat, kenapa harus diperlama?

Putri pun membalikkan badannya dan kembali untuk meraih koper tersebut, perlahan Putri membuka lemari dan memandangi seluruh pakaiannya yang berada di dalam lemari. 

Semua merupakan pakain kesukaan Putri, dia bingung harus membawa yang mana saja. Tidak mungkin juga akan dibawa semua, nanti jika sedang menginap dirumah orang tuanya itu, bakal kebingungan baju ganti. 

Yuda geregetan melihat Putri yang masih saja diam dan tak kunjung mengambil pakaian mana yang akan dibawa. Dia kemudian menyerobot mengambil beberapa dress, kemeja dan rok. 

"Ngambil baju aja pake lama!" Gerutu Yuda sambil melemparkan pakaian yang dia ambil tadi ke dalam koper yang sudah dia buka sebelumnya. 

Putri terperanjat, "Sabar dong, Mas. Ini aku juga lagi memilih, itu kenapa yang diambil dress, kemeja dan rok? Celana sama kaosnya belum."

"Siapa yang ngizinin kamu pakai kaos dan celana? Mau tebar pesona sama pria lain? Kamu itu sudah punya suami Putri, ingat!"

"Lalu apa hubungannya status aku yang sudah bersuami dengan pakaian yang aku pakai, Mas? Ini semua pakaian aku, hasil jerih payahku sendiri."

Brak! 

Yuda membanting pintu lemari, "Jadi kamu mau memperhitungkan masalah materi? Oke, nanti akan aku ganti untuk semua kaos dan celana-celana kamu itu!"

Putri memejamkan mata, dia masih tidak menyangka. di hari pertama pernikahannya dengan Yuda, malah mendapatkan perlakuan kasar dari pria yang begitu dipujanya itu. 

"Mas, kamu kenapa sih? Kenapa jadi marah-marah begitu? Aku jadi takut." Suara Putri terdengar bergetar, dia menempelkan badannya ke badan lemari. 

Deg! 

Melihat Putri yang begitu ketakutan, membuat Yuda mengusap wajahnya dengan kasar. Dia pun menghembus keras, perlahan dia mendekati wanita yang sudah resmi jadi istrinya itu. 

"Sayang, maafin aku ya. Aku hanya belum terbiasa hidup dalam suasana ramai begini, makannya aku langsung mengajak kamu untuk pindah."

Kini Yuda lebih mengontrol emosinya, dia berucap sambil membelai wajah Putri yang masih menunduk takut. Putri pun mengangguk pelan, tapi masih belum sanggup untuk menatap sang suami. 

"Hei, jangan takut. Aku tuh sayang banget sama kamu, jadi aku tidak ingin ada yang mengganggu kebersamaan kita nantinya." Imbuh Yuda seraya menarik dagu Putri agar sejajar dengannya. 

Yuda semakin mengikis jarah antara dia dan Putri, hingga membuat jantung Putri berpacu lebih cepat dari biasanya. 

Cup! 

Yuda berhasil mencuri ciuman pertama milik Putri. Rasa takut yang Putri rasakan seketika menghilang, kini berubah menjadi rasa malu. 

Meskipun dengan singkat, sungguh hati Putri merasa begitu berbunga-bunga. Ini kali pertamanya merasakan ciuman, terlebih orang yang melakukannya adalah pria yang selama ini dia kagumi. Kebahagiaan Putri semakin bertambah karena orang tersebut kini telah menjadi suaminya. 

"Jangan takut-takut lagi ya, aku hanya ingin menghabiskan waktu selalu bersamamu, tanpa ada yang mengganggu." Ucap Yuda dengan begitu lembut. 

***** 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status